Download App

Chapter 16: Kebenaran besar telah terungkap

Damian sudah lelah memutari kota bersama Iris sejak pagi. Wanita yang dicarinya itu tidak ditemukan di mana-mana. Ia tidak berpikir jauh, kalau wanita itu mungkin pulang ke kampungnya.

Laki-laki itu tidak pernah memberikan uang pada Julia. Tidak mungkin wanita itu bisa pulang ke kampung tanpa uang. Ia meminta beberapa anak buahnya untuk meninggalkan pekerjaan di gudang dan mencari wanita itu.

Foto pernikahannya dan Julia pun dikirim ke ponsel mereka untuk memudahkan mencari wanita itu. Damian kembali ke rumah dan menunggu kabar dari mereka. Baru dua hari ia mulai bekerja, kini ia harus kembali libur karena tidak bisa fokus mengerjakan tugasnya di kantor.

"Kakak pasti lelah. Sini! Biar Iris memijat pundak, Kakak," ucap gadis itu mencari kesempatan menyentuh Damian.

Laki-laki itu memang merasa sangat lelah. Ia membiarkan Iris memijat pundaknya. Matanya terpejam memikirkan betapa bingungnya ia mencari wanita itu.

Tangan Iris mulai nakal. Gadis itu tanpa malu meraba dada bidang Damian dari belakang. Dagunya bersandar di bahu lurus dan kuat milik laki-laki itu.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Damian sambil bangun dari kursi. 

Sentuhan tangan iris itu jelas bukan sedang membantu memijat. Ia merasa risih dengan rayuan gadis itu. Bagi Damian, Iris hanyalah seorang adik sepupu ipar yang terpaksa ditampung di rumahnya.

Dulu, dengan alasan tidak berani tinggal di kos atau aparteme seorang diri, Damian terpaksa mengizinkan gadis itu tinggal di rumahnya. Toh, kakak sepupunya, Gabriel, masih ada di rumah itu. Damian tidak tega mengusir Iris setelah ia dan Gabriel bercerai.

"Kakak adalah pria dewasa. Iris yakin, Kakak, pasti tahu maksud Iris." Gadis itu melangkah mendekati Damian dan berdiri di depannya sambil membuka kancing kemejanya satu persatu.

"Aku tahu. Tapi, kenapa kau berani merayuku seperti ini?"

Damian tidak pernah melihat sisi nakal Iris selama ini. Yang ia kenal adalah gadis manja yang polos dan patuh. Dalam bidang pekerjaannya di kantor, Damian selalu puas dengan hasil kerjanya.

Kancing kemeja itu sudah terlepas seluruhnya. Ia menurunkan kemejanya hingga tergeletak di lantai. Menyisakan tanktop warna pink yang memiliki bahan sangat tipis, mencetak bukit kembar yang tersembul di balik penutup dada berwarna merah.

"Pakai bajumu, Ris! Jangan membuatku mengulangi kata-kataku," kata Damian sambil memalingkan wajahnya.

Bukannya mengikuti perintah laki-laki itu, Iris justru maju dan melingkarkan tangannya di leher Damian. Dengan berani, ia mengecup leher laki-laki itu. Ia percaya, bahwa laki-laki yang lama menduda akan mudah terangsang.

Benar, perbuatan Iris itu sontak membuat Damian menatap wajah gadis itu. Namun, perkiraan Iris meleset. Laki-laki itu menunjukkan pandangan marah dan tidak suka.

"Menyingkir dari hadapanku, Ris!" Kedua tangan Damian menarik tangan Iris dari lehernya dan mengempaskannya dengan kasar. Ia berlari masuk ke kamarnya.

Iris kecewa, ia ditolak mentah-mentah oleh Damian. Setelah perbuatan nekadnya malam ini, ia tidak tahu dengan apa yang laki-laki itu akan lakukan padanya. Ia tidak mau pergi dari rumah itu.

'Gawat! Jangan sampai, Kak Damian marah dan mengusirku dari sini. Aku tidak punya kesempatan untuk merebut hatinya, jika aku keluar dari rumah ini.'

Gadis itu mengambil kemeja yang tergeletak di lantai dan masuk ke kamarnya. Ia memutar otak untuk mencari solusi atas kejadian ini. ia harus bisa membuat Damian tetap mengizinkannya tinggal di rumah itu.

***

Julia tiba di kampung. Langit sudah gelap saat wanita itu turun dari bus. Dari jalan raya utama, ia masih harus menyusuri hutan pinus yang mengelilingi desanya.

Tidak ada kendaraan yang melalui jalur Desa Parangkaris. Desa itu berada di tengah-tengah hutan pinus. Itulah kenapa, desa itu jarang tersentuh pemerintah.

Maraknya perjudian, tidak bisa dilacak pihak berwajib. Kepolisian mengira desa itu aman-aman saja karena hanya desa kecil. Tidak ada orang luar yang tahu, jika di desa itu ada tempat perjudian, kelab malam yang menyediakan wanita tunasusila, dan juga lintah darat yang menguasai wilayah itu.

"Aku harus mengambil surat perjanjian jual beli antara papa dan Pak Oman." 

Julia berjalan menyusuri jalan berbatu di tengah hutan. Saat melihat cahaya lampu kendaraan, ia bersembunyi di balik pohon. Ia tidak ingin kedatangannya diketahui orang lain. Tujuannya pulang ke kampung, ingin mengambil surat itu dari rumah Oman.

Ia akan pergi meninggalkan desa itu jika berhasil mengambil surat perjanjian jual beli. Julia juga berencana masuk ke kamarnya untuk mengambil sisa uang gaji yang disimpan di lemari pakaian. Ia kembali berjalan setelah motor itu menjauh.

Tiba di depan rumah Oman, Julia kebingungan. Bagaimana caranya masuk? Dua orang penjaga gerbang itu begitu kuat berdiri menjaga rumah.

"Aduh, perutku mulas. Aku ke toilet dulu sebentar," pamit salah satu penjaga gerbang.

Tinggal satu orang. Ia harus bisa mencari akal secepat mungkin sebelum penjaga yang pergi ke toilet itu kembali. Keberuntungan berpihak pada gadis itu.

'Pak Sukma mau apa ya?' Ia memerhatikan laki-laki paruh baya itu dari balik pohon tak jauh dari pintu gerbang.

"Mau apa?" Penjaga itu bertanya pada Sukma.

"Saya, mau membayar hutang sama pada Tuan besar."

"Oh. Ikuti saya!" Penjaga membawa Sukma ke dalam rumah.

Kesempatan bagi Julia. Ia segera menyelinap masuk ke pintu gerbang. Wanita itu mengikuti mereka dari jarak lima meter. Julia bersembunyi di dekat sebuah rak buku.

"Tuan, ada tamu yang ingin membayar hutang," lapor penjaga itu di depan ruang kerja Oman.

Sudah masuk waktunya makan malam, tapi laki-laki itu masih bekerja bersama saistennya Kimo.

"Kim, bawa tamu kita masuk!"

"Baik, Tuan."

Sukma duduk dengan takut di depan meja kerja Oman. Ia segera mengeluarkan uang di saku celananya. Memberikan uang itu kepada Kimo yang berdiri di sampingnya.

"Hutang saya satu juta. Saya sudah membawa tiga juta, sesuai perjanjian, Tuan."

'Hah? Satu juta, jadi tiga juta. Benar-benar lintah darat tidak punya hati.' Wanita itu menggumam dalam hati. 

"Kimo! Ambil surat perjanjian milik Pak Sukma!"

Kimo mengambil selembar kertas dari lemari di sudut ruangan itu. Memberikannya kepada sang majikan, lalu menaruh uang itu di atas kertas. Kimo kembali berdiri di samping Sukma.

"Saya meminjamkan uang sebesar satu juta. Uang dua juta ini, Pak Sukma, bawa untuk modal usaha," ucap Oman sambil menyerahkan uang dua juta kepad Sukma.

Laki-laki paruh baya itu segera turun dari kursi dan bersujud. Oman pun segera bangun dan menghalangi Sukma agar tidak bersujud di depannya. Laki-laki itu diminta untuk tidak memberitahu orang lain tentang hal itu.

Rupanya selama ini, Oman memang selalu seperti itu. Ia akan meminta bunga lebih besar dari uang yang dipinjam. Tujuannya, agar saat orang itu mengembalikan uangnya, mereka bisa mengambil bunga itu untuk modal usaha.

'Jadi, selama ini orang-orang salah menilai Pak Oman. Termasuk aku yang mengira dia benar-benar rentenir jahat.'

Julia bergegas keluar dari rumah itu dan berjalan menuju rumah Dodit. Kebenaran itu tidak pernah ada yang tahu karena tidak boleh disebarkan. Malaikat berkedok iblis paling disegani dan ditakuti. 

Itulah sosok Oman di mata Julia saat ini. Jika kebanyakan orang adalah iblis berkedok malaikat, tapi Oman justru sebaliknya. Ia menolong orang yang membutuhkan uang dengan berpura-pura menjadi lintah darat.

*BERSAMBUNG*


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C16
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login