Download App

Chapter 26: BAB 26

Pletak...!!!

Sebuah suara yang cukup nyaring terdengar di kursi belakang, Grey melirik melalui kaca depannya. Ia tampak kaget melihat tingkah bosnya yang usil, biasanya Dexter akan bermain main dengan wanitanya tanpa basa basi namun kali ini tampaknya Dexter benar benar bermain dalam arti sesungguhnya. Ia tampak kekanak kanakan jauh dari image menakutkan dengan tatto dan tindik di tubuhnya.

Bella terbangun karena rasa sakit di dahinya. Oh tidak, kenapa aku bisa tertidur di samping pria mesum itu? Bella terbangun dengan rasa malu, digosoknya dengan lembut dahinya yang terasa sakit karena disentil pria aneh tadi. Ia sedikit bingung namun memilih diam sambil menundukkan kepalanya dari Dexter dan Grey.

Tanpa sepatah katapun Dexter keluar dari mobil dan berjalan pergi meninggalkan Bella tanpa rasa bersalah. Ia tadi begitu gemas melihat gadis pucat itu tertidur pulas menyenderkan kepalanya di jendela mobil, ingin rasanya ia memindahkan tubuh kurus itu ke tempat yang lebih nyaman. Namun belum puas ia mengamati wajah mungil Bella, mobil telah berhenti di tempat tujuan mereka. Karena merasa sebal Dexter tiba tiba menyentil dahi Bella cukup keras, bulu mata keriting yang panjang dan mata sipit gadis itu tiba tiba bergetar dan terbuka karena kaget. Dexter yang sadar akan tingkahnya yang memalukan kemudian keluar dari mobil dan berjalan dengan tegap menuju restoran tanpa memperdulikan Bella dan Grey yang masih di dalam mobil.

Grey yang tanggap segera keluar dari kendaraannya dan mengajak Bella untuk ikut segera menyusul bosnya.

"Mari nona Bella" Grey bersuara.

"Panggil saja saya Bella, sir" Bella merasa canggung dipanggil dengan sebutan nona oleh pria terhormat di depannya. Tidak ada yang pernah memanggilnya dengan begitu hormat apalagi sikap Grey yang membukakan pintu mobil untuknya. Bella merasa tidak enak hati, ia bukan siapa siapa namun lelaki tersebut memperlakukannya dengan sangat baik.

"Terimakasih sir, jangan repot repot saya bisa membukanya sendiri" Bella keluar dari mobil dengan membungkuk, ia sungkan pada Grey.

"Tidak apa apa nona, tamu tuan adalah tamu saya juga". Grey berbasa basi melihat sikap Bella yang begitu rendah diri.

Mereka kemudian menyusul masuk ke dalam restoran di mana Dexter sudah duduk manis di ruang VIP.

Semua mata tampak mencuri curi pandang ke arah Dexter yang duduk dengan sikap sempurna, aura maskulin dicampur dengan penampilan yang garang membuat para tamu lain tidak berani terang terangan menunjukkan minat mereka padanya. Tanpa menunjukkan kekuatannya pun orang orang disekelilingnya bisa merasakan kekuatan besar yang ada pada pria tersebut.

Bella ragu untuk ikut duduk dan makan dengan kedua pria tersebut, penampilan mereka terlalu mencolok dibandingkan dengan dirinya yag kusam dan lusuh.

"Saya ke belakang dulu sir, terimakasih atas tumpangannya" Bella undur diri.

"Eemm..." Dexter menjawab dengan acuh.

Selang beberapa menit kepergian Bella, Dexter merasa meja makan mereka terasa membosankan ia berubah pikiran seketika.

Grey memanggil pelayan namun segera dihentikan Dexter.

"Panggilkan saya pekerja kalian yang bernama Arabella" Dexter memberi perintah.

"Baik sir" Grey memberi perintah pada pelayan yang dipanggilnya tadi.

Selang beberapa menit kemudian manajer restoran datang tergopoh gopoh.

"Selamat datang di Restoran Albertini sir, perkenalkan saya Gwen manajer restoran ini. Ada yang bisa kami bantu?" wanita paruh baya yang datang sebagai manajer menyunggingkan senyum berlebihan dengan dandanan tebal dan lipstik merah yang mencolok, Ia terkenal dengan kepandaiannya berbicara dengan orang lain.

"Saya ingin bertemu salah satu pekerja di sini yang bernama Arabella, saya ingin rekomendasi makanan dari gadis itu" tanpa basa basi Dexter menyampaikan keinginannya.

"Well sir, saya rasa akan lebih baik bila saya selaku manajer restoran ini yang melayani anda dan merekomendasikan makanan andalan kami. Bella hanya pelayan dan bertugas mencuci piring di tempat ini, saya rasa dia kurang kompeten untuk tugas seperti ini". Gwen merasa jengkel karena pria tampan di depannya mencari Bella gadis cupu yang selama ini ia benci.

"Anda adalah tamu terhormat kami sir, tidak mungkin seorang pelayan yang bahkan belum pernah mencicipi makanan pembuka di sini akan memberi rekomendasi pada anda sekalian".

"Saya khawatir cita rasa anda yang berkelas akan sangat berbeda dengan selera gadis pelayan itu tuan" Gwen mulai menjilat orang kaya di depannya, biasanya saat dipuji mereka akan memberikan tips yang cukup besar untuknya.

Dexter tampak tidak sabar mendengar ocehan Gwen, ia mengeluarkan hand phone dari sakunya kemudian melakukan panggilan dengan seseorang mengabaikan keberadaan manajer restoran yang berdiri kebingungan.

"Paman aku berada di restoranmu sekarang" Dexter menutup panggilannya begitu saja. Dengan malas Dexter menggerakkan tangan kirinya untuk mengusir manajer itu pergi.

Gwen tetap memasang senyum walaupun tampak tidak tulus, dia pergi meninggalkan tempat itu dengan hati dongkol. Dasar orang kaya aneh, bisa bisanya dia mengenal gadis cupu kotor seperti Bella. Tunggu saja akan kukerjai gadis burik itu, Gwen menggerutu pelan.

Selang beberapa menit kemudian, sang pemilik restoran datang menghampiri Dexter dan langsung memeluk pria itu dengan akrab.

"Oh Didi anak nakal, bagaimana kabarmu?" pria tua yang tetap nampak tampan khas lelaki Italia diusianya yang beranjak 50 itu menyapa Dexter dengan pelukan hangat.

"Kabarku baik baik saja Paman. Bagaimana dengan mu? Kenapa perut ini semakin membesar?" Sambil mengelus perut Albertini Dexter tertawa lepas.

"Oh Didi aku tidak sebuncit itu anak bodoh..!" Lelaki tua itu ikut tertawa, ia selalu memanggil nama kecil Dexter.

"Sudah lama kau tidak ke sini anak nakal, apakah bisnismu sudah berkembang pesat?" Albertini sudah mengenal Dexter sejak lama, masa di mana Dexter masih menjadi berandalan jalanan. Tidak banyak yang ingin membantu preman jalanan seperti dia, namun Albertini adalah salah satu orang yang berperan memberi jalan keberhasilan bisnis Dexter.

"Bukan apa apa Paman, masih berkembang". Dexter merendah, walaupun Albertini mengetahui latar belakang masa lalunya yang kelam namun ia tidak tau bisnis kotor apa yang dijalankan Dexter saat ini.

"Kau tampak tampan dengan setelan ini Didi" Albertini merasa sangat bangga melihat anak jalanan itu menjadi pebisnis handal.

"Terimakasih paman"

"Paman aku ingin makan bersama dengan salah satu pelayanmu yang bernama Arabella, bolehkah?" Dexter tanpa basa basi kembali menyampaikan isi hatinya.

"Oh no, Didi kau tidak bermaksud menggoda salah satu pelayanku kan?" Albertini menjahili Dexter.

Pria muda itu memasang senyum manis menampakkan muka polos seorang pria yang sedang kasmaran, Dexter pandai menyembunyikan wajah aslinya.

"Kurasa gadis itu cuti Didi, seingatku hari ini dia meminta ijin untuk tidak masuk kerja".

"Dia adalah salah satu karyawan terbaik di sini" sang pemilik restoran membanggakan Bella.

"Begitukah?" Dexter merasa jengkel ditipu oleh gadis kurus itu.

"Ya sudah makanlah segera, pesan apa saja yang kau mau bocah tengil. Maapkan paman yang harus pergi, ada urusan yang harus paman tangani" Albertini tidak bisa berlama lama karena harus pergi.

"Terimakasih paman. Oh iya, jangan sungkan menghubungiku bila paman membutuhkan sesuatu" Grey dengan sigap memberikan kartu namanya kepada Albertini.

"Saya Grey asisten tuan Dexter, silahkan menghubungi saya bila membutuhkan sesuatu tuan".

"Sure, kalian anak muda tampan. Sampai jumpa lagi" Albertini kembali memeluk Dexter dengan erat dan menyalami Grey di sampingnya.

Belum lama pria itu pergi Dexter kembali menelpon seseorang "Keluarlah temani aku makan, kau cuti hari ini" suara Dexter pelan namun penuh tekanan.

"Tapi sir....."

"Ke sini sekarang atau aku akan membuat keributan...!"

"Oke, oke sir" terdengar suara panik di ujung panggilan lainnya.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C26
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login