Download App

Chapter 4: Bab 03 : Suka dan Duka.

"Hai, namamu siapa? Keyfan? perkenalkan namaku Tara. Ini Joel, yang sedang bermain komputer itu Donna, di sana ada Will, lalu yang terakhir Tina. Apa kau mau bergabung di klub kami?"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Hei Key! kau berhasil! Kau memenangkan turnamen! kami ucapkan selamat untukmu."

"Ya, Tara dan aku sudah membuat perayaan untuk menyambutnya. Ayo ikut kami ke ruang klub. Donna, Will, dan juga Tina sudah menunggu di sana."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Key, berlindung! Automatans ada di sebelah utara, tembak dia Donna!"

"Aku berusaha, Joel! Mereka sangat cepat!"

"Tina, sembuhkan yang terluka! Key, Will, ikut aku."

"Aku mengerti, Tara."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Kau gila!? kau tidak bisa menyerbu ke sana sendirian!"

"Will benar Key. Itu sama saja dengan bunuh diri."

"Jangan mengatakan seolah-olah kami beban bagimu! Apa kau tidak pernah memikirkan yang lain?! Kami tahu kau sangat kuat, tapi setidaknya dengarkan apa kata temanmu."

"Will, ini keinganan Keyfan. Percuma kau menasehatinya sekarang. Kita tahu dia sudah kehilangan banyak daripada kita. Kita tidak bisa mencegahnya."

"Tapi Joel...."

"Cukup Will, walau bagaimanapun juga dia pimpinan kita. Key aku tahu perasaanmu. Karena itu setidaknya sebagai teman dan juga bawahanmu, biarkan kami bertarung di sisimu."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Key, kami tidak menyalahkanmu. Kau sudah melakukan yang terbaik sebagai pemimpin. Sekarang biarkan kami yang tampil sebagai pahlawan untuk kali ini. Kalian semua sudah siap?"

"Siap!"

"Will di sini."

"Kapanpun kau mau Joel."

"Aku siap."

"Key ini perpisahan. Terima kasih untuk tahun-tahun yang menyenangkan. Kami bahagia bisa menjadi temanmu. Ingat kami selalu dan jangan lupakan kami. Oh ya, tolong jaga Aurora. Aku percayakan adikku itu padamu. Selamat tinggal, komandan."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"JOEL!!!"

Reynold terbangun dengan nafas terengah-engah. Tangan kecil itu menggenggam selimutnya erat. Air mata mengalir tanpa dia sadari. Reynold melihat tetesan air matanya pada selimut itu. Dia lalu mengusapnya dan mencoba untuk mengatur nafas yang tidak teratur.

"Hah... hah... hah... Mimpi?" ucapnya masih dengan nafas ngos-ngosan. "Tidak, itu ingatan. Sial, setelah membaca catatan itu, aku jadi banyak bermimpi tentang mereka. Sudah kuduga meski berusaha ku tepis, perasaan bersalah ini masih ada."

Anak itu kemudian bangun dari tempat tidur dan berjalan menuju jendela. Semilir angin membelai lembut segera, disertai dengan aroma pagi hari yang khas. Udara segar itu sangat berbeda dengan di bumi. Ini sedikit membantunya untuk mengusir mimpi itu dari kepalanya. Tapi di saat dia tengah menikmati kenikmatan pagi hari yang cerah, suara ketukan pintu mengalihkan perhatiannya.

Tok tok tok.

Reynold menatap ke arah pintu dalam bingung. Dia kemudian bertanya. "Siapa?"

"Ini aku Mia Tuan muda." Jawab suara di luar pintu.

"Ada apa?"

"Tuan Doglas memanggil anda."

Reynold tercekat. Ayahnya memanggilnya? tidak seperti biasanya. Sejak Reynold dicap sebagai aib, Ayahnya sangat jarang berbicara dengannya. Bahkan untuk bertemu saja sangat sulit. Seperti dia tinggal di tempat berbeda yang jauh dari keluarga.

Tanpa berlama-lama lagi Reynold segera berpakaian. Tapi tiba-tiba saja dia teringat sesuatu. Reynold belum mandi. Ini buruk. Itu bakal menjadi masalah untuk pertemuan pertama kali sejak 3 tahun dengan Ayahnya. Dia harus sebersih dan seharum mungkin untuk memberikan kesan yang baik.

Mia menunggu dengan sabar dari luar kamar Reynold. Suara ribut yang berasal dari dalam kamar sempat membuatnya terkejut. Dia bertanya untuk memastikan apakah Tuan mudanya itu baik-baik saja tanpa mengalami masalah. Namun tidak ada jawaban. Meski Mia adalah pelayan pribadi Reynold sejak kecil, dia tidak bisa main masuk begitu saja. Itu melanggar etika kerjanya sebagai pelayan profesional. Selain itu tindakan tersebut sangat tidak sopan dan meski mereka sudah bersama sejak kecil, Reynold masihlah majikannya. Karena itu dia hanya bisa menunggu di luar kamar walau hatinya sedikit rada-rada cemas.

10 menit berlalu. Pintu akhirnya terbuka dan memperlihatkan Reynold yang berpakaian rapih dengan wangi parfum yang menusuk hidung. Mia menatap dalam diam saat Reynold berdiri di hadapannya. Dirinya baru tersadar saat anak itu menjentikkan jarinya di depan hidungnya.

"Hey, Mia! Aku memanggilmu!" Tegur Reynold.

"Eh, oh ya Tuan muda. Maaf karena sudah bengong seperti tadi. Aku hanya terpesona saja melihat kau berpenampilan seperti ini." Jelas Mia.

"Begitukah? menurutmu bagaimana penampilanku?"

"Kau sangat tampan Tuan!" Puji Mia.

Mereka berdua kemudian berjalan beriringan menuju ruang tamu dimana Ayahnya menunggunya. Tidak beriringan juga karena Mia berjalan di belakang Reynold. Setelah menuruni tangga satu kali, mereka akhirnya sampai di ruangan yang dimaksud. Di sana, Ayahnya telah menunggunya. Duduk dengan tubuh tegak dan kedua tangan terlipat di dada. Ibunya juga ada di sana, bersama Stella dan juga Nolan.

"Ayahanda, kau memanggilku?" tanya Reynold sedikit gugup. Pasalnya baru kali ini dia berbicara dengan Ayahnya kembali.

"Duduk." Ucap Tuan Doglas tegas.

Reynold menuruti kata Ayahnya. Dia duduk di sofa paling ujung di samping Nolan Kakak tertuanya. Ketegangan menyelimuti ruang tamu. Baik Reynold maupun yang lain tidak ada yang berbicara sama sekali. Semua diam sampai Tuan Doglas memulai percakapan.

"Apa kau tahu kenapa aku memanggilmu kemari?" Tanyanya.

Reynold menjawab. "Aku tidak tahu, Ayahanda."

"Aku dengar dari beberapa orang jika kau dan Nolan melalukan latih tanding. Lalu secara sengaja membuat setengah area hutan Dinn lenyap tak berbekas. Apa itu benar?" Ungkap Tuan Doglas.

Nolan dan Reynold terdiam tak menjawab. Mereka berdua dipenuhi keringat karena gugup.

Tuan Douglas menghela nafas. "Aku anggap sikap diam kalian ini sebagai jawaban iya."

"Tunggu sebentar!" Tiba-tiba Stella angkat bicara. "Kalian berdua melakukan latih tanding? apa aku tidak salah dengar? dan juga apa-apaan bagian penghancuran hutan itu. Kak Nolan, kenapa kau latih tanding dengan Reynold!? kau tahu kan jika dia baru bangun dari koma?"

"Iya aku tahu itu. Tapi ini semua karena Reynold yang memaksaku." Kata Nolan membela diri.

"Iya kak ini semua salahku." Reynold membenarkan. "Aku memaksa Kak Nolan untuk melakukan latih tanding.

"Tuh kan bukan aku yang menginginkan latih tanding itu."

"Tapi kalian tidak perlu khawatir. Kak Nolan hanya menggunakan 50% kekuatannya saja. Dia tidak sampai menggunakan seluruh kekuatannya." Kata Reynold tiba-tiba.

Pernyataan yang diucapkan Reynold membuat seluruh isi rumah terdiam dan melihatnya dengan tatapan tidak percaya. Bahkan Nolan yang tadinya tengah menyeruput teh buatan kepala pelayan Albert langsung menyemburkannya ke samping saking terkejutnya.

Tuan Doglas beda lagi dalam menanggapi pernyataan Reynold. Memang pada awalnya dia terkejut, tapi sedetik kemudian ekspresinya berubah serius. Tidak mungkin anak terlemah di keluarganya mendadak menjadi sangat kuat. Penyihir agung Linerta saja kesulitan menghadapi Nolan yang saat itu hanya menggunakan 45% kekuatannya. Tapi Reynold berhasil bertahan menghadapi kekuatan 50% Nolan dan kembali dalam keadaan bersih tanpa luka sama sekali di tubuhnya. Fakta anak itu baru terbangun dari koma juga menambah keyakinan Tuan Doglas jika cerita putranya itu hanya dibuat-buat saja.

"Pfft, Ahahahaha!" Stella tanpa diduga tertawa terbahak-bahak keras sampai mengeluarkan air mata. Dia terlihat geli sendiri hingga membuat orang-orang memandang heran ke arahnya.

"Kau melawan Kak Nolan yang menggunakan 50% kekuatannya? sepertinya efek dari koma itu masih ada. Jika tidak kau tidak akan berhalusinasi separah ini." Ejek wanita itu.

Namun Reynold hanya bersikap biasa dengan ejekan Kakak keduanya itu. "Terserah jika kau percaya atau tidak. Aku sudah memberitahu yang sebenarnya pada kalian."

"Kalau begitu bagaimana jika tidak kita tanyakan saja pada Kakak kalian. Apakah cerita Reynold benar atau karena spontan saja." Usul Nyonya.

Baru Nolan ingin berucap, Tuan Doglas menghentikannya dengan satu tangan terangkat. Dia menatap tajam Reynold yang langsung gelagapan tak karuan. Lalu sejurus kemudian, Tuan Doglas kembali berbicara.

"Tidak. Aku ada cara yang lebih baik." Dia mengeluarkan dua buah amplop dengan perangko berlambang bintang emas. "Ini adalah surat undangan ke akademi Starlight."

"Ma-maksud Ayah Akademi sihir terkenal di mana para murid-murid elit berbakat belajar di sana?" Tanya Reynold bersemangat.

"Itu benar. Tapi undangan ini hanya untuk Teressa dan juga Stella." Jawab Tuan Doglas.

"Oh...." Reynold kecewa.

"Tetapi karena Stella sudah masuk ke militer Kerajaan dan si kembar juga sudah masuk ke Akademi sihir wanita Rosemary, maka undangan ini bisa menjadi milikmu." Jelas orang tua itu lagi.

Mata Reynold kembali bercahaya. "B-benarkah?"

Tuan Doglas mengangkat satu jarinya. "Dengan satu syarat. Jika memang kau berkata jujur dan ceritamu benar maka tunjukkan itu lagi padaku. Akademi Starlight hanya menerima terbaik di antara yang terbaik. Aku tak bisa memberikan undangan berharga ini pada yang tidak kompeten. Apa kau paham?"

Reynold berdiri dan menatap mata Ayahnya serius. "Aku mengerti. Aku akan menunjukkannya lagi pada Ayah kalau aku tidak berbohong pada kalian."

Tuan Doglas terdiam. Dia menghela nafas sekali lagi dan berdiri. Langkahnya kemudian berjalan menuju pintu keluar. Beberapa pasang mata memandang bingung dirinya Saat Tuan Doglas sudah berada di ambang pintu, dia menoleh ke arah Reynold.

"Apa yang kau tunggu? ayo cepat ikuti aku." Kata Tuan Doglas.

"Ah, baik." Reynold dengan semangat berjalan mengikuti Ayahnya dari belakang. Tapi satu tangan menahannya dan membuat anak itu menoleh.

"Hati-hati, nak. Jangan terlalu memaksakan diri." Ujar Nyonya Gulma.

Reynold tersenyum. "Tidak apa-apa Bu." Ujarnya.

"Jangan berkecil hati jika kau gagal nanti. Kau masih bisa belajar di rumah." Kata Stella sembari tersenyum jahil.

"Menurutmu begitu? aku akan menang dan pergi ke akademi itu. Lihat saja." Balas Reynold.

Dia lalu kembali berjalan mengikuti Ayahnya keluar rumah. Di luar, Ayahnya telah di sana menunggu dengan kedua tangan terlipat di dada. Reynold menelan ludah dan mendekati lelaki itu.

"Kau siap? jika kau merasa tidak sanggup, kau bisa kembali ke dalam." Ujar Ayahnya.

"Apa yang Ayah bicarakan? aku akan buktikan perkataanku. Jadi untuk apa aku kembali ke dalam?"

Tuan Doglas tidak berbicara lagi. Dia memegang pundak Reynold dan dalam sekejap mata kedua orang itu menghilang tanpa jejak.

Reynold hampir mengeluarkan isi perutnya saat proses teleportasi berlangsung. Saat dirinya membuka mata itu, dia terkejut karena sudah berada di tanah lapang yang luas. Tidak ada pohon sejauh mata memandang. Hanya ada beberapa batu berbeda ukuran, dirinya dan tentu saja Ayahnya.

"Di mana ini?" Tanyanya.

"Jika di sini tidak akan menimbulkan kerugian bagi siapapun. Baiklah, kita mulai." Tuan Doglas menciptakan sebuah lingkaran sihir besar yang menyamai luas sebuah rumah. Mulutnya komat-kamit membaca rapalan. Lalu tiba-tiba pria itu berteriak keras.

"Niire, Raja kadal dari semua kadal. Aku, Doglas von Videlltta, memanggilmu. Keluarlah dan penuhi panggilan Tuanmu!"

Tanah bergetar hebat. Dari dalam lingkaran sihir yang bercahaya, seekor kadal berwarna hijau seukuran mansionnya dengan sirip atau sisik yang tersusun di sepanjang punggung hingga ekornya keluar dengan dramatis. Setiap kadal itu membuka mulut, liur asam menetes dari sana. Cairan asam yang terkandung dalam liurnya itu bahkan sanggup melelehkan tanah solid.

"Ini adalah Niire. Raja dari para kadal. Dia bisa bergerak cepat, mempunyai kekuatan super, dan juga liur asam yang mematikan. Selain itu dia juga bisa melompat sangat tinggi. Yang hanya perlu kau lakukan adalah kalahkan dia. Niire berada di tingkat AA, itu sama saja dengan 30% kekuatan Nolan. Jika semua yang kau katakan waktu kita di mansion itu benar, maka kau tak ada masalah dalam menghadapi hewan panggilan ini."

Reynold terdiam. Dia terlalu takjub memandang kadal besar itu sampai dirinya tak mampu bergerak dari tempatnya. Hewan panggilan itu sangat mirip seperti dinosaurus yang pernah dia lihat di tv saat kecil dulu. Sejak masih kecil, Reynold memang selalu mengagumi sosok hewan prasejarah tersebut. Dia sering melihat mereka di tv tetangga atau melihat mainannya di etalase toko-toko mainan. Namun Reynold tidak bisa membeli mereka lantaran saat itu dia masih tinggal di jalanan dan tidak punya uang untuk membelinya.

Tuan Doglas menghela nafas untuk sekian kalinya kala melihat Reynold hanya bisa terdiam terpaku di hadapan Niire. Sikap anaknya itu disalahartikan oleh Tuan Doglas. Dia kira anak keempatnya itu terdiam lantaran ketakutan karena melihat hewan panggilannya. Yah, Reynold adalah orang lemah dengan Mana yang sangat sedikit. Jadi wajar jika Tuan Doglas menganggapnya begitu.

Sebenarnya dia tidak ada niatan sama sekali untuk menakuti Reynold. Anak itu sangat lemah dan rapuh. Tindakan Tuan Doglas sekarang ini hanya sekedar ingin memberi pelajaran pada anak itu. Untuk tidak berbohong padanya. Jika dia mengingat lagi cerita Reynold, memang sangat mustahil bagi anak itu untuk menang. Apalagi Nolan menggunakan kekuatannya sampai 50%. Jangankan untuk menang, bisa kembali ke rumah dengan selamat saja itu masih suatu keajaiban.

Meski Tuan Doglas terlihat keras, kurang memerhatikan, dan selalu mengabaikan Reynold, tapi sebenarnya dia tidak begitu. Dia selalu mengamati setiap perkembangannya dan mendukungnya dibalik bayang-bayang. Jika harus ditanya siapa yang paling khawatir saat Reynold terluka ketika penyerangan Dark Besar 3 bulan lalu, jawabannya pastilah Ayahnya itu.

Saat mengetahui Reynold diambang kematian, Tuan Doglas mati-matian mempertahankan nyawa putranya. Dia melakukan berbagai cara agar putarnya itu bisa selamat. Memanggil hewan panggilan yang memiliki sihir penyembuhan, memanggil tabib dari seluruh benua, sampai pernah berpikir untuk menukar jiwanya dengan anak keempatnya itu.

Ketika tahu Reynold telah bangun, dia bersyukur pada Dewa berkali-kali hingga hampir menangis karenanya. Dia juga ingin memeluk Reynold saat melihat semua orang memeluknya. Tapi karena sifat gengsinya itu, Niatnya terurungkan.

"Reynold, Ayah tahu ini sulit bagimu. Bagaimana jika---"

"Ini bagus!" Seruan Reynold memotong ucapan Ayahnya. Api memercik dari bahu anak itu dan seketika menyelimuti seluruh tubuhnya, merubah Reynold kembali menjadi makhluk api seperti saat dia melawan Nolan.

Perubahan Reynold ini membuat Tuan Doglas terkejut. Begitu juga dengan hewan panggilannya. Hawa yang sangat panas menyebar cepat membuat pria itu mundur beberapa langkah. Ini sesuatu yang sangat mustahil. Bahkan saat kedua matanya melihat secara langsung. Tidak mungkin putranya bisa mempunyai kekuatan sebesar ini. Reynold yang dia tahu hanyalah anak lemah yang mempunyai sedikit Mana dan tidak bisa menggunakan sihir.

Tapi sekarang dia bisa menggunakan sihir api dengan tingkat yang diluar akal. Apalagi sihir api yang digunakan Reynold saat ini. Pria itu tidak pernah melihat sihir api yang bisa menyelimuti tubuh penggunanya sebelumnya. Jangan-jangan yang dikatakan Reynold benar adanya.

"Aku sudah siap, Yah!" Ucap Reynold semangat. "Ayo kita mulai!"

Tuan Doglas yang masih termangu tidak percaya segera tersadar sesaat Reynold berkata. Dia nampak bingung dengan situasi ini dan segera memulai pertarungan mereka. "B-baiklah, mulai sekarang juga!"

BUAK!!!

Tidak ada sedetik sejak Tuan Doglas memulai pertarungan, kadal panggilannya sudah terpental entah kemana. Hanya meninggalkan sebuah lingkaran sihir yang masih menyala dengan Reynold yang berdiri diam di atasnya. Semua masih senyap untuk beberapa detik, sampai tak berapa lama sesudahnya efek dahsyat itu muncul. Hembusan angin kuat serta gelombang kejut yang meluluhlantakkan area.

Ayah Reynold bergerak cepat dengan melompat dan melayang di udara. Untungnya dia mempunyai reflek bagus dan segera menghindar. Tidak dapat dipungkiri lagi jika dia terlambat, pria itu pasti sudah mengalami luka yang sangat parah. Terdiam di angkasa dengan kepala penuh dengan pertanyaan. Itu bukan sesuatu yang bisa dilalukan oleh anak seumur Reynold. Dia bahkan tidak bisa melihat kecepatannya. Yang dia tahu, Reynold sudah berdiri di sana seakan dia memang berada di sana selama ini.

"Err... Ayah? kau di sana?" Panggil Reynold. "Ayah!" Tapi Ayahnya tidak menjawab. Seketika dia menjadi panik. Reynold menghilangkan apinya dan langsung mencari pria itu. Apa dia sudah kelewatan? Bagaimana jika Ayahnya terkena serangannya tadi. Betapa bodohnya dia. Seharusnya dia bisa menahan diri. Ini cuma pembuktian jadi tidak perlu sampai mengeluarkan kekuatan penuh.

Sekarang keadaan bertambah rumit. Debu dan asap yang berterbangan di sekelilingnya mempersulit pandangannya. Panggilannya juga tidak di jawab. Reynold cemas. Dia takut sesuatu terjadi pada Ayahnya itu. Padahal setelah sekian lama orang itu mau berbicara lagi padanya. Benar-benar sial.

"Jika begini terus, aku tidak bisa menemukan Ayah." Reynold menghentak tanah keras dan dalam sekejap semua debu maupun asap tebal menghilang terbawa angin. Dia mulai mencari lagi. Tapi hasilnya tetap sama saja. Ayahnya masih belum terlihat.

"Reynold!" Seru Tuan Doglas dari atas.

Suara itu disadari oleh Reynold. Dia mendongak ke atas dan menghela nafas lega. Ayahnya turun dari atas dan mendarat di depannya. Ekspresinya masih sama dengan kedua tangan terlipat di dada. Pandangannya mengitari sekeliling. Dia kembali menghela nafas dan kemudian menatap Reynold.

"Sepertinya kau tidak berbohong. Aku terkejut kau bisa melakukan semua ini. Dan juga kau berhasil membunuh hewan panggilanku yang berada di tingkat AA."

Reynold menggaruk kepala belakangnya. "Err..mengenai hal itu aku minta maaf karena membunuh hewan panggilan berhargamu. Seharusnya aku menahan diri tadi. Tapi karena terlalu bersemangat aku jadi kebablasan. Maafkan aku Ayah." Sesalnya.

"Kau tidak perlu khawatir. Hewan panggilanku juga tidak sepenuhnya terbunuh. Seekor hewan panggilan yang membuat kontrak tidak bisa mati ketika dibunuh. Dia hanya akan kembali ke pemiliknya dan bisa dipanggil kembali. Tapi membutuhkan waktu lama untuk pemanggilan berikutnya." Jelas Tuan Doglas.

"Ternyata begitu. Syukurlah, aku lega mendengarnya."

Tuan Doglas terdiam sejenak. Dia kemudian merogoh jas hitamnya dan mengeluarkan amplop dengan prangko emas berlambang bintang itu dari sakunya. "Ini Rey, kau pantas menerimanya."

Reynold menerima itu dengan tangan gemetar. Dia kemudian tersenyum cerah dan bersorak sambil mengangkat amplop itu tinggi-tinggi. "Huzza! Terima kasih Ayah. Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk membawa nama keluarga Videlltta melambung tinggi."

Tuan Doglas berbalik dan melihat Reynold yang sangat bahagia dari belakang punggungnya. Sejenak dia tersenyum kecil dan berucap. "Aku tahu kau akan melakukannya."

"Reynold!" Panggil pria itu kemudian.

Reynold yang tengah bersuka cita segera berbalik mendengar panggilan Ayahnya.

"Ayo kita kembali."

Reynold mengangguk senang. Dia berlari mendekati Ayahnya dan berdiri di hadapannya. Tangan kasar pria itu menyentuh bahu Reynold dan dalam sekejap mereka kembali berteleportasi.

****

Reynold dan Tuan Doglas tiba di depan rumah mereka. Berharap sambutan hangat dari

keluarganya yang di dapat, namun betapa terkejutnya mereka saat melihat mansion mewah itu telah hancur berantakan. Semua penjaga tergeletak tak bernyawa dengan bersimbah darah. Api berkobar di mana-mana. Bahkan taman indah itu juga hancur tak berbentuk.

"Apa yang terjadi di sini?" Tanya Reynold.

Tuan Doglas tidak menjawab. Dia tengah mengamati keadaan sekitar.

Bingung serta cemas melanda mereka berdua. Tanpa menunggu lama mereka berlari menaiki tangga menuju pintu masuk yang telah berubah menjadi lubang besar. Begitu mereka masuk, asap hitam mengepul hebat. Api hampir terdapat di semua tempat. Suara teriakan dan tangisan terdengar. Itu adalah milik Teressa dan juga Nyonya Gulma. Tuan Douglas menyerbu masuk bersama Reynold di belakang. Satu hal yang mereka pertama kali temui ketika di dalam sana adalah hal yang tidak ingin dilihat oleh mereka.

Tuan Doglas terdiam, sementara Reynold jatuh bertumpu pada lututnya. Air mata membasahi pipinya kalau melihat jenazah itu. Jasad dari tubuh Kakak keduanya yang bersimbah darah dengan luka terbuka pada perutnya. Dan disebelahnya, jasad seorang Dark Elf wanita. Dia memakai pakaian pelayan. Satu-satunya orang yang mengarah pada ciri-ciri itu adalah Mia, pelayan pribadinya. Dia mati dengan luka yang sama dengan Stella. Sepertinya mereka mati karena melindungi satu sama lain.

"K-Kak Stella... M-Mia... TIDAK!!!" Teriak Reynold histeris. Saat mata itu berpindah ke arah lain, dia kembali menemukan dua jenazah. Dan sialnya lagi jenazah merupakan jenazah dari kedua kakak kembarnya. Reynold kembali berteriak histeris meneriakkan nama mereka. Tidak tahu kenapa dia bersikap seperti itu. Mungkin bagian dalam dirinya yang "asli" masih ada di sana.

Tapi itu mungkin juga dirinya sendiri. Memiliki keluarga seperti ini adalah mimpinya sejak lama. Meski sudah berkeluarga, tapi sejak kecil dia hidup di jalanan. Tanpa orang tua ataupun saudara. Itulah kenapa dia tidak mengerti rasa sakit Aurora ketika Kakaknya Joel tewas saat pertarungan terkahir itu. Kini dia tahu bagaimana perasaan sakit Aurora. Sakit ketika melihat keluarga terdekat mati. Terutama mati dengan mengenaskan di depan matanya.

"SIAPA YANG BERANI BERBUAT SEPERTI INI!?" Teriak Reynold. Suaranya berubah drastis dengan nada yang lebih dalam dan berat. Aura kematian menyebar cepat hingga membuat Tuan Doglas merasa sesak karenanya. Pria itu bertanya-tanya bagaimana bisa bocah kecil sepertinya bisa mengeluarkan aura sebesar itu.

Tapi dia tidak hanya merasakan aura besar Reynold, melainkan juga aura lain. Itu ada di depan mereka. Asap tebal menutupi sosok itu. Jika dilihat dari siluetnya, dia tinggi, kurus, mempunyai tanduk, dan juga ekor. Tangannya panjang dan seperti menggenggam sesuatu. Seperti sosok tubuh manusia.

"Oh masih ada lagi? ini menyebalkan." Suara melengking kecil terdengar dan berasal dari sosok itu. Perlahan dia berjalan ke arah mereka berdua. Semakin lama semakin mendekat, kemudian terlihatlah tubuhnya keseluruhan.

Seorang Iblis. Begitulah mereka menyebutnya. Tidak mempunyai mata ataupun hidung. Hanya ada mulut seram yang menyeringai memperlihatkan deretan gigi tajam. Tubuhnya tinggi kurus berwarna cokelat gelap. Sebenarnya hanya terdiri dari kerangka yang terbalut kulit. Tanpa daging dan otot ataupun jaringan penyusun lainnya. Tanduknya seperti tanduk kambing yang melingkar. Ekor dengan ujung runcing itu bergerak ke sana kemari layaknya seekor kucing. Tangannya yang di lengkapi cakar tengah menggenggam mayat seseorang. Seseorang yang sekali lagi sangat berarti buat Reynold.

"Kau brengsek! Lepaskan Kak Nolan!" Reynold seketika berubah menjadi api. Dia kembali menggunakan serangan yang sama ketika dia membunuh kadal panggilan Ayahnya. Tapi serangannya meleset lantaran si Iblis menghilang dalam sekejap.

"Apa yang---"

Buak!

Sebuah pukulan telak menghantam wajahnya. Reynold terpental jauh dan menabrak dinding. Membuat material semen dan bata itu menimpa dirinya.

"REYNOLD!" Tuan Doglas berseru. Dia bermaksud memanggil hewan panggilan miliknya, tapi tubuhnya telah terpelanting lebih dulu dan menabrak tiang bangunan sampai rubuh.

"Tamer sialan. Tidak akan kubiarkan kau memanggil apapun di sini." Kata Iblis itu angkuh.

Reynold berhasil merangkak keluar dari pondasi bangunan yang hancur. Matanya lalu terbelalak saat melihat Ayahnya ikut menjadi korban serangan si Iblis tersebut.

"Kau! Aku akan membunuhmu!" Reynold ingin maju tetapi terhenti oleh seruan Tuan Doglas.

"JANGAN REY!" Tuan Doglas keluar dari puing-puing tiang yang menimpanya. "Pergi dari sini, SEKARANG!"

"Apa yang Ayah katakan! Aku bisa bertarung. Aku akan membunuh bajingan ini dengan cepat!" Reynold bersikeras.

"Sudah kubilang pergi dari sini! Selamatkan dirimu bersama dengan Ibu dan Teressa."

"Oh apa yang kau maksud wanita besar dan wanita kecil itu?"

Mata Reynold kian membesar. Api kemarahan membakar dirinya bersama dengan api yang menyelimutinya. "Apa yang kau lakukan pada mereka!!?"

Iblis itu tertawa. "Tidak ada. Hanya mengecilkan sedikit suara mereka. Jika tidak percaya, kau bisa lihat di sana."

Mata Reynold mengikuti arah yang ditunjukkan si Iblis. Tak bisa berkata tak bisa berteriak. Hanya ada air mata yang memenuhi seluruh wajahnya. Perasaan hancur, sakit, benci, dan marah menjadi satu. Kenangan bersama adiknya, sikap cerianya dan senyumannya. Juga kenangan bersama Ibunya yang penuh dengan kasih sayang dan kebahagiaan. Semua itu terlintas dibenaknya. Kini dia tidak akan bisa merasakan itu lagi. Ibu yang penuh kasih sayang, Adiknya yang ceria dan lucu, kini telah menjadi mayat yang terbaring mengenaskan di lantai.

"Gulma..., Teressa..., tidak...." Tuan Doglas pasrah. Wajah yang selalu terlihat serius itu berubah menjadi kesedihan.

"Bunuh... bunuh... bunuh... AKAN AKU BUNUH KAU!!!" Reynold semakin bertambah murka. Dia menerjang dengan membabi buta menggunakan pedang apinya. Tapi berhasil dihentikan dengan mudah oleh si Iblis.

Iblis itu menendang tubuh kecil Reynold dan sekali lagi membuat anak itu melayang hingga kembali menabrak tembok. Belum cukup sampai di situ Sang Iblis melanjutkan serangannya kembali menggunakan cakar panjangnya.

Reynold menutup mata cepat. Dia siap menerima serangan itu. Mau bagaimanapun juga si Iblis tidak bisa membunuhnya. Jadi kena atau tidak kena bukanlah sebuah masalah baginya. Lama Reynold menunggu. Belum ada sesuatu yang menancap tubuhnya. Tapi dia merasakan sesuatu yang menetes. Saat dia membuka mata saat itulah diam menguasai dirinya.

"Sudah kubilang... untuk lari.... Dasar anak... bodoh.... uhuk!" Tuan Doglas berbicara patah-patah. Muntahan darah hitam mengenai wajah dan baju Reynold yang diam terpaku. Cakar tembus ke dadanya itu sudah pasti sangat fatal. Waktunya sudah mencapai akhir.

"K-kenapa?"

"Kau anakku untuk apa kau bertanya lagi.... Dengar, mulai sekarang teruslah hidup.... Walau kami tidak ada di sampingmu..., mendampingimu..., berjalan bersamamu..., kami akan selalu ada di hatimu.... Maaf karena sudah mengabaikanmu selama ini.... Ayah tidak berani untuk berbicara padamu.... Sebagai Ayah..., Ayah sudah gagal.... Maafkan Ayah ya...." Ungkap Tuan Doglas di sela nafas terakhirnya. Satu tangan menggapai pelan ke bahu Reynold.

"Teruslah hidup..., Anakku yang pemberani.... Reynold...." Tuan Doglas tersenyum tulus untuk pertama kalinya. "Kau sudah besar ya...."

Reynold masih terdiam di tempatnya. Bahkan ketika dirinya tahu jika sekarang dia telah berpindah tempat. Ya, Tuan Doglas memakai energi terakhirnya untuk memindahkan Reynold ke tempat lain. Tempat yang jauh dari mansionnya.

"Haha... dasar memang tidak pernah berubah." Dia kemudian melihat pantulan dirinya di atas cermin. Lalu sebuah pukulan yang berasal dari dirinya menghantam kubangan air itu beserta tanahnya hingga hancur.

"Apanya yang terkuat jika melindungi mereka saja tidak bisa. Ini sama dengan saat itu. Jika saja aku berhenti melibatkan emosi dalam setiap pertarungan, selalu gampang terprovokasi, aku bisa saja menyelamatkan mereka. Sekarang siapa yang pecundang!? KAU!"

Reynold menggenggam tanah kuat. Lalu sedetik setelahnya tubuh yang sempat bergetar mendadak berhenti. Dia bangkit dan mengusap semua air mata itu.

"Tidak. Ini belum berakhir. Aku akan memperbaiki ini. Aku akan memperbaiki kesalahan ini. Tidak ada satupun yang bisa mengalahkan Elemental Man. Akan aku tunjukkan siapa diriku yang sebenarnya. Aku Keyfan, seorang Mutan terkuat di seluruh semesta. Tidak akan aku biarkan cecunguk seperti dirinya mengalahkan aku. Tidak akan."

Mata Reynold seketika mengeluarkan cahaya putih. Tato aneh berwarna putih keemasan tergambar di sekujur tubuhnya. Memanjang layaknya akar pohon. Berbagai elemen mulai dari air, tanah, es, api, petir, besi, dan semua jenis lainnya mengerubungi Reynold. Memutari anak itu layaknya planet-planet yang mengitari matahari.

"Aku akan membunuh makhluk kecil itu." Dan Reynold menghilang dalam kedipan mata.

Bersambung....


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C4
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login