Download App

Chapter 40: Bab 30

Warning 21+

"Maafkan aku Lalita, membuatmu susah dengan keadaanku yang seperti ini. Lalita saat ini aku sangat merindukan putraku. Lalita. Bayi mungil yang berada dalam kandungungan selama sembilan bulan. Bayi mungil yang sangat aku sayangi. Lalita aku bahkan belum sempat melihat wajah bayiku dan mereka_____Rita mulai menangis. Mereka merengut bayiku yang masih merah dariku dan tidak membiarkanku melihat wajah mungilnya. Apa yang harus aku lakukan Lalita?, mengingat itu semua membuatku kehilangan kewarasanku. Putraku Lalita aku menginginkannya. Rita berteriak

"Rita tenangkan dirimu. Aku mohon jangan menangis seperti ini. Lalita ketakutan melihat Rita yang mulai menjambak rambutnya sendiri. Rita dengarkan aku, ooh Tuhan Rita…please jangan menarik rambutmu. Lalita menekan tombol yang ada di samping kanan ranjang Rita. Ooh Tuhan Rita…..Lalita mencoba menahan salah satu tangan Rita yang mulai mencakar wajahnya sendiri. Jangan menyakiti dirimu sendiri Rita, aku mohon sadarlah.

Dokter datang tepat waktu. Rita mulai mengalami sesak napas. "Apa yang terjadi?". "Lalita hanya diam tidak menjawab pertanyaan dokter, mematung ketakutan melihat Rita yang tampak kesulitan bernapas.

Keluarga pasien sebaiknya menunggu di luar, kami akan menangani pasien.

Lalita bergerak lambat, memperhatikan dokter dan perawat yang berusaha menangani Rita, berdiri di sudut pintu menatap para dokter dan perawat dengan putus asa. Apa yang harus aku lakukan Rita?. Hampir satu jam para dokter menangani Rita, sebelum akhirnya Rita kembali tertidur setelah dokter menyuntikan obat tidur.

"Anda masih disini?", sebaiknya anda pulang, anda juga membutuhkan istirahat. Lagipula tidak ada yang bisa anda lakukan disini, dokter baru saja menyuntikkan obat tidur, saudari anda akan tertidur sampai besok.

"Aku akan tetap disini menunggu Rita sampai bangun".

dokter mudah itu menatap Lalita datar, Direktur Rumah Sakit memeberitahu kami kalau Rita pasien istimewa karena pemilik rumah sakit ini yang membawanya langsung kemari dan meminta pada dokter Rosman selaku Direktur rumah sakit agar memperioritaskan saudari anda, jadi anda tidak perlu keras kepala, kami lebih tahu apa yang harus kami lakukan dalam menangani pasien, anda tentu tidak ingin apa yang barusan terulang saat keesok paginya saudari anda sadar dan kembali menyakiti dirinya sendiri.

"Baiklah malam ini aku akan pulang". Dokter tolong jaga Rita dengan baik.

"Itu sudah tugas kami, lagipula saya mana berani melanggar perintah dari Direktur rumah sakit.

Lalita mengangguk.

Lalita berjalan gontai ke luar rumah sakit, ini sudah sangat malam, bagaimana caranya aku pulang.

"Nona!". Dirham datang menghampiri Lalita

"Pak Diram!, apa yang pak Diram lakukan tengah malam di rumah sakit.

"Saya diperintahkan tuan muda untuk menjemput nona pulang ke apartemen. Mari nona, Diram membukakan pintu penumpang untuk Lalita.

"Terima kasih pak Diram".

"Akhirnya kau pulang juga…!"

"Sir..!"

Lardo menatap dingin Lalita. Kemarilah Lardo mengulurkan tangan.

Lalita maju menerima uluran tangan Lardo. Terima kasih sudah mengirim pak Diram ke rumah sakit.

Lardo mendorong Lalita ke atas ranjang. Aku sudah tidak sabar ingin menikmati tubuhmu sayang. Lardo melumat kasar bibir Lalita, apa kau bersenang-senang hari ini, bitch….

"Sir…!"

Lardo menyungingkan sebuah senyum mengerikan. Aku yakin kau pasti sangat lelah hari ini, melayani Ramond yang sudah sangat merindukanmu satu bulan ini. Bagaimana apakah miliknya lebih nikmat", katakan padaku apa kau menikmatinya dan mendesah seperti saat aku memasukimu.

"Sir, apa yang anda maksud….?"

Lardo mendelik tajam, aahh….kau pasti menikmatinya. Apa Ramond tidak bertanya siapa yang telah memasukimu untuk pertama kalinya, atau Ramond menerimamu yang sudah pernah dimasuki pria lain.

Lalita mengigit bibirnya menahan tangis atas tuduhan keji Lardo. Bagaimana bisa Lardo menuduhnya melakukan hal menjijikan itu.

"Aku sudah pernah katakan jangan mengigit bibirmu sayang. Lardo menjilat bibir Lalita. Itu membuatku tidak tahan untuk segera memasukimu.

Lalita mengeleng. Anda salah paham. Saya dan Ramond_____"

Aku tidak ingin mendengar apapun dan kau tidak bisa menolakku sayang, yang harus kau lakukan hanya membuka pahamu lebar-lebar dan membiarkanku memuaskan diriku.

Lalita mengeleng mencoba meluruskan kesalah pahaman Lardo

Lardo salah mengartikan gelengan kepala Lalita.

"Sudah aku katakan kau tidak berhak menolak apa yang ingin aku lakukan pada tubuhmu" Lardo merobek pakaian Lalita, menangislah sayang, aku tidak akan mempedulikannya. Mulai saat ini tugasmu memuaskanku sayang, tidak ada pria lain sampai aku membuangmu. Setelah mengatakan itu, Lardo memasuki milik Lalita dengan satu dorongan kuat dan kasar. Lalita meringis kesakitan, miliknya belum siap, Lardo menghentak-hentak miliknya dengan sangat kasar, menjamah tubuh Lalita dengan sama kasarnya.

Lalita meringkuk di sudut tempat tidur setelah Lardo mendapat kepuasannya. Menahan selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya.

Hanya untuk hari ini aku mengampuni Lalita. Kalau aku melihatmu lagi bersama Ramond atau pria manapun. Aku akan memberi tubuhmu pada para pengawalku untuk digilir.

Lalita menangis dalam diam, seluruh tubuhnya terasa sakit, ada banyak memar kebiruan di sekujur tubuhnya. Lardo benar-benar memperlakukannya layaknya pelacur yang hanya memuaskan nafsunya.

Keesok paginya Lalita bangun lebih awal dan tidak mendapati Lardo di dalam kamar. Saat mencoba bangun Lalita meringis kesakitan. Aakkh…Lalita merasa sakit pada bagian terintimnya. Lalita bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Lardo menatap datar Lalita yang menuruni tangga dengan sedikit tertatih-tatih. Habiskan sarapanmu dengan cepat. Aku tidak ingin datang terlambat karena harus menunggumu.

Lalita mengangguk, meneguk segelas kopi panas dan memakan selembar roti dengan cepat, aku sudah siap, sir."

Lardo mengernyit pada kebiasaan baru Lalita. Kopi dipagi hari dan roti selai kacang.

Setelah rapat pagi ini apa jadwalku selanjutnya, Robi.

Robi terkejut dari lamunannya. Robi membacakan jadwal Lardo sambil berjalan menuju mobil. Pagi ini terasa sangat berbeda. Lardo bersikap dingin pada Lalita, apa terjadi sesuatu pada mereka, atau ini hanya dampak dari kecemburuan Lardo kemarin malam.

Ada apa dengan cara jalanmu Lalita, apa kakimu terluka?.

Pipi Lalita memerah. Robi mengernyit.

"Kakiku sedikit sakit aku rasa ini akibat terlalu lama mengenakan hight heels."

"Kalian para wanita memang sangat suka menyiksa diri sendiri, sudah tahu sepatu dengan tumit tinggi tidak nyaman untuk dikenakan bekerja seharian tapi tetap saja kalian memakainya". Robi mengeleng-gelengkan kepala

Lalita hanya tersenyum menangapi, omelan Robi. Di depan Lardo melangkah cepat, tidak mempedulikan Lalita yang berusaha mensejajarkan langkah mereka dengan cara jalan yang tampak aneh. Menatap pungung tegap Lardo. Lalita merasa tidak karuan, ia tidak mengerti kenapa Lardo bisa berpikir buruk tentang dirinya, perlakuan Lardo semalam sangat kasar, berbeda dengan perlakuan Lardo selama sebulan kebersamaan mereka. Lalita menghela napas panjang, tampaknya pria kaya seperti mereka tidak akan pernah menganggap wanita dari kalangan rendah sepertiku cukup beharga, tidak seharusnya aku mengulangi nasib buruk Rita, tampaknya aku tidak bisa memilih kemana nasib membawaku, selain menunggu Lardo membuangku karena bosan. Kuatlah doa Lalita dalam diam.

Lalita masuk kedalam mobil di ikuti Lardo yang baru saja selesai menerima panggilan. Malam ini kau tidak aku izinkan ke rumah sakit. Aku menginginkanmu di ranjangku sepanjang malam". Setelah mengatakan itu Lardo kembali sibuk dengan macbook miliknya.

BERLI DOUBLE UP DETE, BENTAR LAGI "LALITA MY LOVE", MENDEKATI ENDING LOH

JADI AYO TEKAN BANYAK VOTE UNTUK BERLI, BIAR BERLI LEBIH SEMANGAT LAGI UP DATE

TERIMA KASIH SUDAH MAMPIR BACA KARYA BERLI YA


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C40
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login