Download App

Chapter 3: hampir ketahuan!

•••

Awa duduk manis menyeruput jus alpukatnya sambil mendengarkan Listya yang bercerita panjang lebar tentang pak Darius. Listya merupakan salah satu dari banyaknya siswi yang menyukai Pak Darius, cewek itu begitu antusias jika membahas tentang dosen idolanya tersebut, apalagi jika ada kelas yang di ajarkan oleh pak Darius. Bukannya cemburu atau apa jika cewek itu menceritakan tentang suaminya, tapi Awa hanya risih mendengarnya.

"Lis! Jangan terlalu berharap pada manusia, semuanya akan sia-sia! Berharap itu sama yang maha kuasa," celetuk Awa. Ia bosan jika harus mendengarkan sahabatnya itu yang selalu bercerita tentang Darius, kayak gak ada pembahasan lain aja.

"Aduh Awa! Kamu itu gak tau rasanya jatuh hati itu seperti apa, makanya jangan jadi Jones mulu! Ada yang Nembak malah di tolak," sindir Listya.

Listya sebenarnya tidak ingin menyinggung Awa, tapi dirinya juga penasaran dengan hubungan Awa dengan laki-laki yang bernama Akbar yang ia temui di kelasnya tadi. Dia bisa saja menanyakan langsung, tapi rasanya sangat tidak enak, jadi dia berusaha membukanya pelan-pelan saja dan biarkan Awa sendiri yang menceritakan kejadiannya.

"Dih ngomong kayak gitu sama aku, kayak dia udah punya suami aja!" Awa menatap tajam kearah Listya, gadis itu hanya membalas dengan cengiran. "Lagian! Aku udah punya suami jadi gak perlu nyari lagi," ucap Awa.

Listya menatap serius Awa. "Serius kamu?" Tatapan Listya berubah jadi tawa. " Hahahh! Emang ada yang mau sama kamu." Awa menutup mulutnya, hampir saja dia mengungkapkan tentang dirinya.

Kalau sampai Listya tau kalau dia sudah menikah dengan dosen idolanya bisa berabe, bisa-bisa dia di benci sama sahabatnya itu. Sebisa mungkin ia harus menyembunyikan semuanya. Namun, berapa lama lagi itu harus ia sembunyikan.

"Hey! Wa, hey!" Listya melambaikan tangan di depan wajah Awa. namun, tak ada respon dari sahabat nya itu.

"Wa, kamu kenapa melamun gitu?" tanya Listya. Awa tersadar dari lamunannya, hampir saja. Jika dia sampai keceplosan dan jika sampai Listya tau yang sebenarnya itu akan sangat gawat.

"Hah! Kenapa Lis?" tanya Awa gugup.

"Kamu kenapa melamun gitu, coba cerita sama aku! Nilai kamu turun atau skripsi kamu di tolak sama pak Darius?" Awa menggeleng pelan.

"Gak Listya! Aku gakpapa!" Awa kembali menyeruput jus alpukatnya. Dia melirik ponsel di tangannya yang sudah bergetar sedaru tadi. Namun, tak ia dengar.

"Ponsel kamu bunyi dari tadi, aku pengen liat sih tadi tapi takutnya kamu marah kalau privasi kamu diketahui oleh orang lain!" Awa tersenyum tipis. Namun, dalam hatinya memaki Darius, kenapa ia harus meneleponnya di saat seperti ini.

"Kenapa gak diangkat, wa?" tanya Listya. Awa menggeleng sebagai jawaban.

Selang beberapa detik kemudian, Ponselnya kembali berdering. Mau tak mau Awa harus mengangkatnya. Tipe orang seperti Darius, dia tidak akan berhenti menelepon jika belum di angkat oleh orang diseberang sana.

"Bentar ya! Ini orang maksa banget sih!" kesal Awa. Dia berjalan menjauh dari Listya untuk mengangkat telepon nya.

Suami galak is calling:

"Hallo, assalamu'alaikum mas! Ada apa sih? " tanya Awa tho the point.

"Kamu dimana sekarang? Keruangan aku, kita pulang!"

"Aku lagi sama Listya, Mas!"

"Keruangan aku sekarang! Atau mau aku samperin kamu di sana dan ngomong ke Listya kalau kita udah nikah! " ucapan Darius terdengar seperti nada ancaman.

"Eh jangan! Iya bentar aku kesana,"  ucap Awa pasrah.

"Cepetan! Aku tunggu!"

"Iya, assalamu'alaikum!"

"Waalaikumsalam!"

Awa menutup sambungan telepon nya. Ia kembali menghampiri Listya yang masih menunggu di sana.

"Lis! Sorry ya, kayaknya aku harus pulang duluan deh! Nyokap aku nyuruh pulang cepet ada acara keluarga," ucap Awa.

"Yaudah gapapa! Aku juga tinggal satu mata kuliah lagi, salam sama tante ya, Wa!" Awa mengangguk. Dia berjalan keluar dari area kantin kampus. Ia harus mutar ulang dari arah depan kampus baru kembali ke ruangan Darius, kalau tidak seperti itu, bisa-bisa Listya akan curiga padanya.

Ting!

Awa melihat lagi isi pesan yang masuk. Ternyata itu dari Darius, dia membuka pesannya.

Suami galak:

Kamu dimana? Langsung ke parkir aja, aku tunggu kamu di sana!

Me

Iya!

Read 

Awa berjalan menuju parkiran. Sungguh ia kesal dengan suaminya itu, tadi dia menyuruh dirinya ke ruangannya tapi sekarang tiba-tiba saja ia sudah di parkiran.

Sampainya di parkiran. Awa menatap sinis suaminya yang sudah berdiri ber senderan di mobilnya dengan gaya sok cool dan tatapan tajamnya. Namun, tatapan tajam itu berubah drastis ketika melihat sang bidadari berjalan menghampiri nya.

walaupun di tatap sinis oleh Awa tapi senyum yang menghiasi wajah Darius tak pernah pudar sedari ia melihat kemunculan Awa. Tanpa menyapa sedikitpun, Awa langsung masuk begitu saja ke dalam mobilnya, bukan karena marah tapi ia juga takut jika ada yang melihatnya sedang bersama Darius. Itu akan menjadi masalah besar baginya.

Melihat istrinya masuk begitu saja, itu memunculkan kerutan pada kening Darius. Kenapa? Dan apa yang terjadi saat ia jauh dari wanita itu sehingga membuatnya berubah seperti sekarang.

"sayang, kamu kenapa sih? Kalau aku ada salah, bilang ya! Jangan tiba-tiba diem gini, aku gatau harus ngapain?" Tak ada jawaban sama sekali dari Awa, perempuan itu hanya duduk diam menatap lurus ke depan jalan.

Darius menepikan mobilnya sebentar. Ia harus meluruskan permasalahan yang timbul sehingga menyebabkan istrinya menjadi pendiam seperti sekarang, bagi Darius ini rasanya sungguh tak enak. Di diamkan oleh Awa, bukanlah sesuatu yg baik bagi hati dan perasaan Darius.

"sayang, sini liat aku." Darius meraih bahu Awa dan membuat perempuan itu menatap kearah dirinya.

"Aku mohon sama kamu, jangan diam kayak gini ya! Aku gak bisa jika harus liat kamu diam dan gak bicara seperti ini, aku ngerasa bersalah sebagai seorang suami jika tak bisa membahagiakan istrinya." Darius berucap dengan tulus sambil meraih tangan istrinya.

"siapa yang gak bahagia sih, Mas?" tanya Awa. Dia kembali berekspresi seperti biasanya. Melihat itu, Darius berucap syukur.

"Tadi kamu ngapain diem kayak gitu kalau bukan gak bahagia," ucap Darius. Awa menggeleng tanda tak membenarkan ucapan Darius.

"Aku bahagia Mas, bahagia banget bisa sehidup semati sama kamu," ucap Awa dengan senyum teduhnya. Siapapun yang melihat senyum itu akan merasa tenang dan aman, seperti tak ada beban yang mereka pikul dalam hidupnya.

"Aku juga bahagia! Karena dulu, keputusan yang aku ambil untuk menikah denganmu bukanlah keputusan yang salah." Darius kembali memeluk Awa dengan erat, seperti orang yang akan berpisah saja esok.

•••


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login