Download App

Chapter 3: 03 Dasya

Suara gemuruh masih terdengar, hujan yang semakin deras tidak membuat Alena berhenti menghentikan kegiataan nya yang baru saja ia mulai. Alena menatap keseluruhan pria berwajah pucat di depan nya dengan darah yang sudah bercampur dengan air hujan.

Pria yang mengancam Alena beberapa waktu lalu seakan terkapar tidak berdaya dilantai dengan kedua kaki yang tidak bisa di Gerakan. Pria itu terus meminta agar diri nya di biarkan hidup. "lepaskan aku" Gumam nya lemah.

Alena menyeringai. "Mari kita mulai dengan hal yang kecil, ini akan sangat menyakitkan." Bisiknya ke dekat telinga Pria itu. seluruh tubuhnya Kembali merinding, pria ini bahkan tidak bisa melakukan apapun untuk menyelamatkan dirinya dari Wanita yang tidak ia ketahui nama nya ini.

Alena memasukan Kembali pistol dan mengambil satu senjata yang sering ia bawa kemanapun. Entahlah, Alena suka membawa senjata apapun jika keluar rumah. "Pertama-tama kita hilangkan tatto ini dengan baby ku ini."

Pria itu menggeleng. "Tidak, Tidak..

"Akhhhh!!"

Di gang yang sempit hanya terdengar suara pria yang berteriak kesakitan di tambah suara gemuruh dan hujan yang saling bersamaa, tidak ada seseorang pun yang melewati tempat itu kecuali Anjing yang menjaga Kawasan gang. Suara jeritan yang sejak tadi terdengar jelas semakin menghilang. Entah apa yang di lakukan Alena, yang pasti sesautu yang membuat seseorang yang semakin dekat dengan ajal nya.

-

-

-

-

Setelah selesai dengan kegiatannya, Berjalan-jalan di sebuah perubahan elite dengan kondisi pakaian yang basah dengan noda darah di pakaiannya, berjalan-jalan dengan santai seolah tidak terjadi apa-apa padanya beberapa waktu lalu.

Sampai saat nya ia berdiri di depan tembok besar yang berdiri kokoh, Alena kembali mengecek ponsel nya untuk melihat alamat yang di berikan Revan untuk dirinya kunjungi. "Tidak salah, Ini benar alamat rumah ini"

"Dia membodohiku?" Gumam nya menginvgat jika alamat yang di berikan sang kakak adalah sebuah mansion, ia berpikir jika alamat yang harus ia tuju sebuah tempat lain. ternyata ekspetasi nya salah.

Alena bergegas mengambilponsel nya kembali yang ia masukan di dalam kantong celananya, menekan nama Revan di layar ponselnya untuk menghubungi sang kakak. Di saat Alena menunggu panggilannya di angkat Revan, ada dua anak kecil menghampiri Alena lalu memberikan tisu.

"Wajah kakak kotoy, ini tiyu." Unjuk mereka berdua. Alena sontak menyentuh wajah nya dengan satu tangan nya, ia melihat ada noda darah di wajahnya.

"Ah, Terima kasih." Alena mengambil Tisu itu lalu lap wajah nya yang terdapat noda darah. Alena menghela nafas kasar.

"Sama-sama" Sahut mereka berdua lalu meninggalkan Alena setelah memberikan tissu. Alena menatap kepergian kedua bocah kecil itu smabil tersenyum, ia melihat kedua nya menghampiri seorang Wanita, ia bisa menebak jika Wanita itu adalah ibu dari mereka berdua.

"Aku hampir ketahuaan jika ibu nya yang memberiku tissue." Gumam nya yang tersenyum ke arah ibu dari dua anak kecil tadi.

Darah yan ada di pakaian Alena tidak terlalu jelas, Karena ia memakai Switter berwarna kecoklatan. Hanya saja jika Seseorang yang berada di dekat nya bisamencium aroma amis darah dari pakaian nya, Dan bisa saja menimbulkan kecurigaan.

"Hallo, apa kau sudah sampai?" Tanya Revan yang baru saja panggilannya tersambung.

"Kau menyuruhku kemana, Ke rumah siapa?"

"Sudah sampai?" Tanya revan dari seberang.

"Ya, jawab saja pertanyaan ku!" Sahut Alena sudah mulai kesal.

Terdengar suara helaan nafas dari ponsel. "Masuk saja, Kau akan tau"

Jawaban yang di berikan Revan tidak membuat Alena mendapatkan jawaban, Alena memutuskan mematikan telpon sambil menggerutu. "Bajingan,"

Tanpa memikirkan apapun, ia membuka pager kecil lalu masuk ke dalam tanpa berpikir Panjang. Setelah masuk, Alena melihat Sebuah mansion yang jarak nya lumayan jauh dari Pager, butuh 7 menit untuk nya berjalan menuju mansion. "Mansion sebesar ini tidak ada kendaraan,pemilik nya pasti miskin." Gumam Alena kesal karena harus berjalan agar sampai ke depan mansion.

Entah kediaman siapa yang ia kunjungi sekarang ini, Revan benar-benar membuat nya harus bekerja keras dan terlibat masalah hanya untuk berkunjungi mansion yang dirinya sendiri bahkan tidak tahu pemiliknya siapa. Baju yang sudah berbau amis, Rambut yang berantakan. Penampilan nya saat ini sangat kacau.

Saat ia sudah berdiri di depan pintu, Alena sadar jika dirinya tidak akan bisa masuk denga mudah, sebab pintu ini di kunci menggunakan Smart lock di gital yang hanya bisa di buka dengan sidik jari pemilik dan kata sandi. Dan jika di lihat Alena teliti. Smart lock ini keluaran terbaru dan canggih, tidak sembarang orang bisa membuka nya, Jika ia mencoba untuk membuka, mungkin saja ada alat sensor yang mampu menjadikan nya sebagai pencuri.

"Sial!" Tak berselang lama Alena terus saja mengumpat, Suara seseorang membuka kunci dari dalam terdengar sedang menekan beberapa digit angka. Pintu terbuka lebar Dan terdapat seorang Wanita memakai baju tidur berwarna pink dengan gambar beruang dan satu tangan nya memegang gelas berisi Wine.

Alena menghela nafas setelah tau siapa yang di suruh Revan untuk mengunjungi sampai sejauh ini.

"Walcome to my home, Alena" sambut nya ceria lalu memeluk Alena llau kembali melepaskan pelukan nya setelah mencium aroma tidak sedap di tubuh Alena.

"Kau bau sekal, Alena!! "

Huekk

Alena menatap tingkah sahabat nya dengan wajah datar, Jung Dasya. Wanita blasteran Russia dan korea yang sejak dulu berteman dekat dengan Alena, memiliki wajah yang tak kalah sempurna dari Alena, Hidung yang mancung dan garis rahang yang sempurna.

"Kapan kau kembali dari Russia? Dan untuk apa kau kemari." Tanya Alena heran, Sebab Dasya tidak pernah ke korea karena kedua orang tua nya tinggal di Russia.

"Yesterday, Oh ayo lah Alena. Apa kau tidak senang aku kemari"

"Net."

Net adalah Bahasa Russia yang memiliki arti tidak.

Dasya menghela nafas. "Jawaban nya sudah bisa di tebak—

"Apa kau tidak menyuruhku masuk, Aku sangat lengket dan mau mandi" Ucap Alena yang sudah tidak nyaman dengan tubuh nya yang beberapa jam lalu di guyur hujan, dan bau darah yang membuat Dasya yang hampir muntah.

"Ah iya, masuklah di rumah baru---

Belum Dasya menyelesaikan perkataan nya, Alena masuk dan melewati Dasya yang masih berbicara. "Tidak usah pamer, aku punya mansion lebih besar dari pada ini." Sombong Alena yang sudah tahu apa yang akan di katakan Dasya padanya.

Dasya itu tipe orang yang hobi memamerkan kekayaan nya pada Alena, Meskipun Ia tahu jika kekayaan Alena tidak bisa di samakan dengan nya. tetap saja ia melakukan itu.

"Kau darimana, kok bau." Ucap Dasya sedikit berlari mendekati Alena. Ia menutup hidung nya smabil mengatakan itu.

"Bermain." Jawab Alena smabil tersenyum menyeramkan.

"Benarkah!, bagaimana jika ada orang yang mencium bau busuk ini."

"Tidak ada, aku menghindari mereka."

"Benarkah? Bagaimana—

"Dimana kamar mandi nya" sahut alena kembali memotong ucapan Dasya.

Dasya mendesih. "Seluruh kamar tamu ada kamar mandi, pilih saja sesukamu." Ucap nya sambil meneguk wine.

"Baju?"

Dasya mengangguk. "tentu saja ada, aku sudah mengisi pakaian ku di seluruh lemari."

Tanpa mengatakan apapun lagi, Alena meninggalkan Dasya dan masuk ke salah satu kamar untuk membersihkan dirinya dari bau darah di pakaiannya, Dasya menggerutu kesal karena tingkah Alena yang selalu saja memotong perkataan nya. "Tidak berubah sama sekali, Padahal aku kemari karena dia"


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login