Download App
50% PSIKIATRI

Chapter 2: The Time

Setelah pertengkaran di antara Karin & Yoshi hari itu, kedua nya benar - benar tidak lagi bertegur sapa.

Yoshi terang - terangan menjauhi Karin, biasa nya paling tidak mereka seminggu dua kali Yoshi memaksa nya untuk bertemu diam - diam di parkiran sekolah, tapi pada saat itu Yoshi bahkan sudah tidak pernah menghubungi nya lagi.

Karin yang sibuk dengan dunia dan teman - teman nya, begitu pula dengan Yoshi yang memang terkenal sebagai siswa most wanted.

Sampai akhirnya semua ujian akhir sekolah sudah di laksanakan, dan Karin tidak pernah lagi melihat Yoshi di sekolah.

Cowok itu menghilang.

Yang Karin tau, mantan tunangan nya itu pindah ke Jepang dan tidak akan pernah kembali lagi.

Papa Karin yang memberitahu kalau Yoshi dan keluarga membatalkan pertunangan antara mereka berdua.

Apa separah itu perkataan Karin, sampai - sampai Yoshi seperti ini?

Tapi ya, semua sudah terlanjur. Menyesalpun enggak membuat Yoshi kembali dan menjadi tunangannya.

Ingat, pride adalah segala nya. Kata angkuh dan Karina Tedja itu gak bisa di pisahkan, mereka saling bertautan.

Tapi seperti nya karma benar - benar menghampiri Karin. Karena di usia yang sudah mau seperempat abad, Karina masih betah menjomblo dengan alasan "malas pacaran".

Padahal, Karina hanya terlalu sering membandingkan cowok - cowok itu dengan mas mantan.

"Sumpah ya Kar.. seorang Jevano lo tolak. Gak ngerti lagi gue!" Giselle menggeleng - gelengkan kepala setelah mendengar penuturan Minna dari Josephine perihal kelakuan sahabat mereka dari SMA ini.

Karina jelas mengacuhkan ketiga sahabat nya yang ngedumel, sibuk memeluk sebuah boneka usang, pemberian mas mantan.

"Gue curiga deh, apa jangan - jangan mas mantan yang bikin Karina jadi gak demen cowok ini cuma ada di khayalan Karin doang?"

Sebuah botol plastik melayang mengenai kepala belakang Yuna. Padahal dia sedang berjalan ke arah kitchen set, sebut saja kekuatan melempar Karin.

"Dia asli ya! Sumpah, dulu jaman SMA gue sering ngedate sama dia di pojok parkiran sekolah."

"Siapa sihhh?? Salah satu temennya Doren?" Minna kembali memberikan umpan, berusaha menelik kembali siapa mantan dari Karina, tapi lagi - lagi perempuan itu mengangkat bahu dan tiduran lagi di atas sofa.

"Demi tuhan Karinnnn, gue kepo bangetttt. Spill dikit aja dikittttt." Karin masih berdiam diri, kembali mengendus boneka lion berwarna coklat.

Bau maskulin yang selalu menemani masa SMA Karin sudah tidak ada.

"Liat tuh, lagi jadi mode anjing dia." Yuna nyinyir, bukan hal aneh bagi mereka berempat melihat Karina jadi freak. Padahal di luar Karina menjadi sosok yang benar - benar menyebalkan.

"Tapi siapa sih cowok yang bikin Karina gagal move on gini? Dia sampe dikira gak straight gara - gara gak pernah keliatan sama cowok."

"Kalo dari telaah gue ya Min, ini udah pasti Karina yang bikin salah terus dia yang bikin itu cowok itu pergi, pas udah pergi baru nyesel deh anaknya. Kalo dia di sakitin sih gak mungkin Karina kayak gini." Josephine memperhatikan tingkah Karina dari arah dapur, teman nya itu udah bangun dari posisi. Masih dalam keadaan memeluk boneka singa butut, Karina menghampiri teman - teman nya.

"Please ya Kar, kita nih jarang banget ngumpul. Tolong kali ini bisa cerita sejelas - jelas nya." Giselle meletakan slokian di atas kitchen bar, tempat mereka berkumpul. Seperti telepati, Yuna langsung mengeluarkan sebotol baileys chocolate untuk menjadi pelengkap.

"Masih ada jollytime gak Kar?"

"Abis deh kayaknya Sel, ada jagung kering tuh bisa di masak sama butter. Terus jangan lupa masak gula juga biar jadi popcorn caramel." Giselle hanya memberikan ibu jari, lalu Karina kembali fokus menatap ketiga teman nya yang kepo.

"Tolong kalo mau cerita tungguin gue ya anjir."

"Udah lo masak aja Sel, gue udah kepo banget nih. Dari tadi kepotong mulu." Yuna gemes, rasa penasarannya sudah menggunung tapi Giselle terus - terusan memotong cerita Karin.

"Dih gak bisa gitu dong. Yaudah deh gue gak jadi masak." Giselle menjauh dari tempat, yang langsung di dorong oleh Minna dan Josephine.

"Lanjuttt dulu baru nanti ceritaaa."

"Kalo gak sekarang gue gak mau lagi."

"Ih kok lo gitu sih Kar!!" Minna memasang wajah melas, dia jadi dilema mau ada di pihak mana. Si Giselle baperan, Yuna dan Karin nya bodo amatan..

"Yaudah yaudah gue nemenin Giselle masak deh, nanti lo cerita ulang aja ya Minnn." Josephine mengalah dan menemani Giselle bikin popcorn. Walaupun telinga nya dia pasang lebar - lebar untuk tetap dengar cerita dari Karin.

"Jadi... nama nya Yoshi, Yoshi Handoyo." Mata Karina menerawang, dia jadi kangen lagi sama cowok campuran Jepang itu.

---

Yoshi merentangkan tangan nya lebar - lebar ketika melihat sahabat - sahabat nya berkumpul di depan gate kedatangan dari luar negeri di bandara Soekarno Hatta.

Walaupun sebenarnya dia malu, apa lagi dengan pede nya Hugo dan Oji membentangkan banner bertulisan "Welcome Home cogan Jepang" dengan muka aib Yoshi di sepanjang banner itu.

Doren menghampiri Yoshi dan menyerahkan se bucket mawar merah, lalu Haris juga memasangkan toga di atas kepala Yoshi.

Mestipun malu, tapi wajah Yoshi benar - benar gak bisa boong kalo dia bahagia punya temen norak begini.

"Gue tadinya mau mesenin bunga ucapan gitu, tapi mepet jadi gak jadi deh." Juna yang gak bertugas apa - apa memberikan pembelaan nya.

"Alah, lo keasikan deketin anak kader kan lo makanya lupa sama Yoshi."

"Sialan. Ngapain juga gue sama anak kader, beda banget visi misi idup nya sama gue."

"Kader? Orang partai?" Yoshi yang baru kembali setelah lebih dari 5 tahun di Jepang itu jadi banyak ketinggalan berita - berita hot tentang teman - teman nya.

Apa lagi dia sempat berpacaran juga di Jepang, jadi ya.. dia benar - benar sibuk.

"Iya, ketemu di tempat golf gitu bareng gue, malah tadinya gue pikir itu cewek caddy."

"Lah seorang Herjuna Tanoto mau di ajak ke tempat golf?" Yoshi terperangah, cukup takjub dengan perkembangan Juna yang memang terkenal males dari dulu.

"Jangan seneng dulu Yos, ada sebab akibat kalo seorang Juna ngelakuin sesuatu." Hugo terlihat sibuk melipat banner bareng Yoga. Jangan tanya Oji kemana, udah pasti banner nya di tinggalin gitu aja.

Setelah beres dengan perabotan hasil dari proses penyambutan kembali nya Yoshi ke Indonesia, mereka bertujuh berjalan beriringan menuju parkiran mobil.

"Nanti kalo Ilham balik dari US, bikin ginian juga?"

"Gue bawa barongsai nanti biar rame. Kalo perlu kita gelar hajatan." Oji menjawab asal.

Mereka membagi diri menjadi 2, Yoshi ikut di mobil Oji bersama Hugo, sedangkan sisa nya ada di mobil Haris.

Berhubung karna mobil Haris terbatas untuk membawa barang - barang Yoshi, jadi nya semua perabotan laki - laki Jepang itu penuh sesak masuk ke dalam mobil Oji.

"Lo stay sementara atau netap disini Yos?"

"Hm.. netap? Mungkin? Gak tau juga, gue lagi males di Jepang. Bokap udah mulai jodoh - jodohin lagi."

"Loh emang lo pernah di jodohin?" Oji melirik sekilas ke arah Yoshi. Cukup terkejut, karena memang dari mereka berdelapan gak ada yang tau perihal hubungan Yoshi dan mbak mantan di masa lalu.

"Pernah, waktu dulu banget bokap tetep kekeuh pengen mertahanin cabang yang di Indo. Tapi ya karena gue iyain buat pindah ke Jepang, jadi di lepas."

"Di biarin bangkrut gitu?"

"Tepat nya ya di akuisisi sama keluarga besar mantan tunangan gue itu."

Oji dan Hugo hanya mengangguk - ngangguk tanpa mencoba bertanya lebih jauh lagi perihal masa lalu Yoshi.

Karena gimana pun juga, sedekat apapun mereka, mereka tetap memiliki privacy masing - masing. Gak semua hal bisa di ceritakan, salah satu nya masalah Yoshi.

"By the way Ji, ini feeling gue aja atau emang lo makin kurus?"

Mata Yoshi sedikit menyipit ketika melihat reaksi Oji yang terlihat.. berlebihan? Apa cowok - cowok di Indonesia sekarang sama sensi nya kalo di tanya soal berat badan?

"Perasaan lo aja kali, makan gue banyak kok." Oji tersenyum kikuk, tanpa sadar Yoshi jadi meneliti penampilan Oji.

Di cuaca sepanas ini, memakai turtleneck lengan panjang? Oke mari kita berspekulasi positif kalau di leher Oji hanya ada hickey.

---

Karina itu, punya skizoid.

Dimana penderita dari gangguan kepribadian ini cenderung dingin dan susah berinteraksi dengan sosial.

Selain Yuna, Giselle, Josephine dan Minna, Karina tidak punya teman atau kenalan lagi. Bahkan untuk sekedar kenalan say hi aja, Karina gak punya.

Orang tua dari Karina tau tentang ini, dan hanya menyerahkan Karina ke psikolog tanpa tau tentang perkembangan dari anaknya.

Yang tentu membuat masa pertumbuhan Karina tidak berjalan dengan baik. Bahkan sekarang bukan hanya skizoid yang Karina derita.

Tapi ya, tidak ada yang tau perihal ini kecuali Karina dan terapis pribadi nya.

Sudah masuk tahun ketiga Karina menjalani konseling dengan terapis baru anjuran dari sang Mama.

Tapi nasib sial sepertinya datang ke Karina kali ini, setelah selesai dengan waktu konseling nya, yang Karina temukan di kantin rumah sakit adalah Doren teman semasa SMA Karina dulu.

Laki - laki itu terlihat sangat akrab dengan Dokter Lisa, terapis nya. Bisa Karina lihat dari cara Doren berguyon dan salah satu dari perempuan di meja itu berteriak lantang ke Doren ketika cowok itu kabur.

Ini pertanda baik atau pertanda buruk ya?


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login