Download App

Chapter 3: Chapter 3: Awal Dari Sebuah Perjalanan

Satu bulan lebih beberapa hari telah berlalu...

Hari demi hari telah aku dan Laura lalui bersama. Setiap hari sudah seperti neraka bagiku, akan tetapi kini aku sudah terbiasa dengan neraka itu. Warga yang semula sering memukuliku, kini semakin berkurang karena merasa bosan, dan sekarang tak ada siapapun lagi yang ingin menyiksaku. pada akhirnya kedamaian yang selama ini ku idam-idamkan akhirnya tercapai juga.

Kopi yang panas menemani indahnya pagi hariku. Sambil bersantai didepan rumah, tanpa ada satupun gangguan yang mengacaukan pagi ku. Walaupun mereka sudah bosan meladeniku setiap hari, akan tetapi kebencian mereka tak akan pernah hilang dari dalam diri mereka. Keinginan untuk mengusirku dari dunia ini masih bergejolak didalam diri mereka, tapi akhirnya mereka hanya menutupi keinginan itu dan berusaha hidup didalam kebencian.

"Nahhhh gini kan enak!! Damai, santai. Ahhhhh kapan lagi coba aku bisa santai didepan rumah tanpa ada satupun warga yang menyakitiku seperti ini. Gak sia-sia perjuanganku selama ini, dipukulin warga tiap hari. Walaupun sakit, akan tetapi tak menutup kemungkinan mendapat kesenangan walaupun cuma sedikit," ucapku bermalas-malasan didepan rumah sambil meyeruput segelas kopi buatan Adikku yang tercinta.

Orang-orang yang lewat depan rumahku hanya menatapku dengan wajah penuh kebencian, tapi setelah itu mereka pergi meninggalkanku tanpa meninggalkan sepatah kata pun.

Salah satunya Bibi yang lewat didepan rumahku ini. Namanya Saripah, tapi orang-orang sering memanggilnya Bi Ipeh. Suaminya telah tiada dan itu karena ulahku, maka dari itu ia terlihat sangat membenciku. Sekarang ini ia tinggal bersama Kakak laki-lakinya dan dua orang Anaknya yang masih kecil. Jujur saja aku merasa kasihan pada keluarga yang kehilangan sebagian dari buah cinta mereka karena kesalahanku. Yahhh walaupun begitu aku tetap membenci mereka yang sudah menyebarkan fitnah buruk tentangku.

"Bi!!!.... Abis dari pasar ya?" ucapku berniat memulai pembicaraan dengan Bi Ipeh.

"Mau datang di mana kek terserah saya lah!! Memangnya apa urusanmu dengan aktivitas saya HAH!!!" kesal Bi Ipeh menjawab pertanyaanku dengan nada tinggi.

"Yaelah Bi.... Santai dikit napa! Oh ya apa Bibi kecapean? Sini mampir dulu, nanti aku suruh Laura buatin minum buat Bibi dehhh. Tenang!!! Gak akan aku masukin racun kok ke minuman situ," ucapku.

Bi Ipeh hanya pergi tanpa menjawab sedikitpun. Padahal aku hanya berniat mengajaknya untuk mampir sebentar, tetapi terlihat dari wajahnya ia sangat kesal denganku.

Laura kemudian memanggilku, menyuruhku masuk karena makanan sudah jadi dan siap disantap.

"Kak!!!...."

"Kakak masuk!!!"

"Makanan udah siap tuh dimeja!!"

Laura memanggilku dengan kencangnya. Aku bergegas masuk kerumah dan membawa gelas bekas kopi yang sudah habis. Sepiring ayam goreng lengkap dengan sambel goreng khas buatan Laura telah tersaji di meja. Mulutku langsung ngiler setelah melihatnya.

Laura akhir-akhir ini serius untuk belajar memasak. Setelah menemukan buku resep makanan yang sering ibuku catat, sekarang ia berniat meneruskan resep itu sampai ke generasi berikutnya.

"Widihhhh!!! Kayaknya enak nih....." ucapku saat ingin mencomot sedikit makanan untuk dicicipi, akan tetapi, Laura langsung memukulku karena aku belum cuci tangan.

PLAKKK!!

"Hehh sembarangan!!! Cuci tangan dulu sana!!" Laura memarahiku. Akhir-akhir ini ia terlihat lebih bawel dari sebelumnya, yahh mungkin itu karena sifat turunan dari ibuku yang juga lumayan bawel dan ada juga kemungkinan kalau ia seperti ini karena sifatnya yang mulai berubah seiring waktu karena hidup berdua bersamaku selama ini.

Setelah mendengar omelan Laura. Akupun berjalan ke dapur untuk mencuci tangan. Setelah kurasa bersih, akupun langsung mengeringkannya dengan handuk dan kembali duduk di kursi makanku untuk menyantap hidangan lezat yang Laura buat.

"Sekarang bagaimana??" tanya Laura kepadaku.

"Hah!?! Bagaimana apanya??" ucapku kebingungan.

"Kok malah balik nanya sih?! Maksudku setelah ini kita bagaimana? Bahan makanan udah mau habis, keuangan kita juga menipis. Jika Kakak gak kerja, kita dapat uang dari mana?? Ngepet?" jelas Laura sambil menyantap makanan yang ia buat.

"Husss!! Gini-gini aku anak baik-baik loh ya. Mana mungkin aku mau ngepet, tapi kalo kamu mau jadi babinya yaaa akunya mau-mau aja sih Mwehehehe," gurauku, akan tetapi Laura malah memukulku menggunakan centong nasi yang kebetulan ada didepannya.

PLUKKKK!!!

"Aduhhh!!"

"Sembarangan ya punya mulut!! Aku tahu Kakak cuma bercanda tapi yang tadi itu udah kelewatan tau!! Lagipula mana mungkin Adik kecil manis, imut mu ini mau jadi babi. Yang ada hilang nanti semua keimutanku karenanya," puji Laura kepada dirinya sendiri.

"Iya iya aku minta maaf, dan juga kalau masalah kerjaan, nanti aku ke kota Cherylia buat mencari pekerjaan disana. Moga-moga dapet," jelasku.

"Jangan nanti-nanti terus!! Sekarang dong!! Jangan mentang-mentang warga sudah mengampuni Kita, Kakak jadi males-malesan gini ya!! Ingat Kak. Jika saja saat itu aku gak ngasih uang tebusan, mungkin saat ini Kakak udah mati dieksekusi tau!! Semua uang kita, barang berharga kita, semuanya hilang demi menyelamatkan nyawa Kakak ini!!! Jadi kumohon cobalah untuk berguna sedikit untuk keluarga ini!!" marah Laura berdiri dari tempat duduknya.

"Tapi kan aku lagi makan Adikku sayang," sahutku.

"Ehhhh?!..... Oh iya, Maaf Kak. Makan dulu gih nanti abis makan kita bicarakan lagi Hehe," ucap Laura.

"Hedehhh Kamu ini," kesalku karena dimarahin tanpa sebab.

Kami memakan hidangan yang Laura buat dengan lahap. Ayam yang seharusnya buat nanti siang langsung habis tanpa sisa. Aku dan Adikku tersenyum bahagia karena kekenyangan. Benar kata orang-orang, kebahagiaan itu sangat mudah didapatkan apabila kita pintar mensyukuri sesuatu.

"Jadi.... Bagaimana?? Apa Kakak akan mencari pekerjaan ke Ibu kota?" Tanya Laura.

"Yahhhh aku akan ke kota. Kuharap aku mendapat pekerjaan disana, dan kemudian aku menabung untuk membeli rumah untuk kita tinggali berdua disana," sahutku.

"HAH!?! Lalu kita apakan rumah ini? Menjualnya?? Yang benar saja!! Aku gak mau!! Tempat ini bukan hanya sekedar tempat tinggal lho!! Ayah dan Ibu membeli rumah ini sejak mereka menikah. Kakak dan aku juga dilahirkan dirumah ini. Kenangan demi kenangan banyak terukir dirumah ini tau. Bagiku rumah ini bukan hanya sekedar tempat untuk berteduh, akan tetapi rumah ini sudah kuanggap seperti keluargaku sendiri, rumah ini saksi bisu perjalanan hidup kita selama ini Kak!!" jelas Laura.

"Iya aku tahu itu. Tapi memangnya kamu gak mau hidup dengan tenang tanpa ada kekhawatiran sedikitpun? Nyawa kita bisa saja melayang kapanpun di tempat ini!! Yahhh walaupun kamu menolak sekalipun tetap saja, jikalau waktunya telah tiba, aku akan menyeretmu pergi dari desa busuk ini!!" sahutku kepada Laura.

Laura hanya terdiam. Ia tak menjawab ataupun melawan sedikitpun.

"Kenapa!! Kalau kamu mau protes bilang aja. Tapi asal kamu tahu ya, sekarang akulah pemimpin keluarga ini, keputusan yang kubuat bukan tanpa suatu alasan yang jelas, ini semua demi kebaikan bersama, Laura!!" jelasku kepada Laura.

"Iya aku tahu... Lagipula siapa yang mau protes?! Aku setuju kok sama keputusan Kakak," sahut Laura sambil menampilkan wajahnya yang sedang cemberut.

"Baguslah kalau begitu... Aku akan pergi siang nanti, jadi bisa tolong siapkan perlengkapanku gak?" tanyaku.

"Hmph!! Siapin aja sendiri, Kakak masih punya tangan kan!!" sahut Laura dengan ketus sambil melipatkan tangannya di dada.

Setelah mendengar perkataan Laura tadi, akupun langsung pergi ke kamarku. Mengambil sebuah tas kosong dan mengisinya dengan pakaian serta perlengkapan lainnya seperti peta dan sebilah pedang untuk jaga-jaga jikalau ada yang menggangguku nanti.

Cherylia adalah sebuah Ibu kota kerajaan Ryola, sebuah kerajaan yang maju yang terkenal dengan Rajanya yang bijaksana. Nama Cherylia diambil dari nama Isteri raja pertama yang bernama Cheryl von Alara. Kota yang sangat besar dan menjadi pusat perdagangan dunia karena letak kota yang berada ditengah-tengah.

Jarak dari desaku menuju kota Cherylia lumayan jauh, akan tetapi banyak rute yang bisa aku lewati. Rute tercepat yang kutahu adalah melewati Dark Wood Forest, sebuah hutan yang dipenuhi banyak Monster berbahaya. Para pedagang bahkan rela memutar, mengambil rute yang cukup jauh hanya karena tak ingin masuk ke hutan ini. Konon katanya, Black Wood tersembunyi di hutan ini. Sebuah Batang dari pohon dari dunia lain yang tak ternilai harganya. Batang pohon ini mampu menahan panas hingga 300 Derajat Celcius, dan api yang dinyalakan diatas Batang itu tak akan padam walaupun disiram menggunakan air terdingin sekalipun. Batang yang sekuat baja ini merupakan salah satu dari harta tak ternilai yang dicari-cari para petualang diseluruh dunia.

"Kakak yakin nih mau lewat rute itu? Bahaya loh Kak, nanti kalo terjadi sesuatu bagaimana, terus kalau...." Laura khawatir akan keadaanku sambil menyerahkan bekal makanan untuk kumakan saat di perjalanan nanti. Aku memotong pembicaraannya karena takut ia khawatir secara berlebihan.

"Sttttt!! Cukup!! Cukup sampai disitu! Aku gak apa-apa kok. Aku juga sudah membawa pedang untuk perlindungan nanti. Skill membunuhku akan kugunakan sebaik mungkin nanti. Jadi jangan khawatir berlebihan ya," potongku menjelaskan semuanya ke Laura.

"Hmmmmm... Baiklah.." Sahut Laura meng-iyakan akan tetapi masih ada sedikit keraguan diwajahnya.

"Kamu jaga diri juga ya. Kalau mau tidur atau gak kemana-mana pintunya dikunci aja" Ucapku sambil mengelus-elus rambutnya yang panjang.

"Iya... Terima kasih," sahut Laura.

Setelah berpamitan dengan Adikku, akupun memulai langkah ku menuju kota. Saat diperjalanan menuju keluar desa aku melihat pedagang yang sedang bersiap-siap menuju kota besar. Aku berniat ingin meminta tumpangan ke beliau, walaupun aku tahu akan berakhir ditolak mentah-mentah.

"Permisi paman apa aku...." ucapku bertanya tetapi dipotong begitu saja.

"Gak!!" tolak Pamannya dengan nada ketus.

Yahhh persis seperti kataku sebelumnya. Tanpa pikir panjang aku langsung berjalan keluar desa dan menuju ke Dark Wood Forest untuk memulai petualanganku.

Hutan, sungai semuanya akan ku lewati. Dari monster kecil hingga yang besar akan kuhadapi, akan tetapi, kita tak akan tahu kemana benang takdir akan membawa kita suatu hari nanti. Entah dengan siapa, ataupun dimana, suatu saat nanti kita pasti akan bertemu seseorang yang mungkin akan berperan penting didalam hidup kita.

"Sebuah takdir telah menuntunku sampai kesini. Apakah hidupku kedepannya akan seindah bunga-bunga yang bermekaran, atau akan seburuk buah-buah busuk yang tak akan dimakan. Jika ingin tahu maka aku hanya harus menjalaninya, walaupun setandus gurun sahara, atau seindah bunga sakura, kehidupan itu akan terus berputar sampai suatu hari nanti akan berhenti dan itu adalah akhir dari hidup ini."

-Noah Cromwell


CREATORS' THOUGHTS
Ryukura Ryukura

Terima kasih bagi para pembaca yang masih setia membaca novel ini. Kedepannya akan banyak plot menarik, jadi ditunggu saja ya!!

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login