Download App

Chapter 2: Chapter 02 : TENTANG MAYA

"Hey, Dhis... Pagi!!!" Sapa maya kepadaku

"Hey, May. Ceria banget kayaknya ? Dapet arisan ?" Tanyaku bercanda pagi itu.

"Aku tuh ya dhis, bahagianya setiap waktu. Karena menurut aku tuh ya, bahagia itu nggak boleh ada syaratnya." Jawabnya 

"Busseett... Omongannya ibu ini udah berat aja pagi - pagi. Sarapan apaan sih may ?" Jawabku bercanda.

"Yeee,,, dikasih tahu juga." Sahut Maya.

   Aku hanya tersenyum sambil menggeleng - gelengkan kepala. 

"Eh, Dhis. Kemarin gimana sama client yang telpon ? Ada masalah ?" Tanya Maya.

"Oh.. nggak kok, May. Kemarin client minta schedule yang udah kita buat. Katanya sih mau dicocokin sama schedule mereka." Jawabku

"Ribet juga ya, Dhis kalo harus ngurusin pernikahan orang sibuk dan penting kayak mereka ? Banyak revisinya. Udah kayak pengajuan sidang skripsi aja revisi berkali - kali. Inget nggak minggu lalu, pas waktu aku bikin jadwal hari ini mereka harus fitting gaun dan juga jas ? Itupun ditawar sama mereka ?" Imbuh Maya

"Eh, iya yang soal itu gimana jadinya May ? Jadinya kapan mereka bisa fitting ?" Tanyaku kepada maya

"Lusa kan, Dhis. Sesuai jadwal mereka. Gila ya, mereka kayak nggak ada panik - paniknya mau resepsi. Yang ada malah kita yang dibikin panik, tiap hari mesti nanyain besok jadi nggak, besok bisa nggak ? Ini jadinya kenapa kayak kita yang mau nikahan sih ?" Gerutu Maya.

"Ya, may. Mereka kan sibuk, dan kita kan dibayar buat itu." Sahutku.

"Ya iya aku tahu lah, dhis ! Tapi masak iya sih udah deket sama hari H mereka bisa sesantai itu ? Sedangkan setahu aku ya dhis, perempuan - perempuan kayak mbak michelle gitu kan pengennya yang instan dan sempurna. Inget nggak sama client kita sebelum ini ? Duh, sumpah ya dhis aku sampe' rasanya hilang kesabaran kalo inget waktu itu. Masak iya sih hampir tiap hari tuh kemauannya bisa berubah - ubah ? Ya kan jadinya kita yang kelabakan waktu itu harus menyesuaikan kemauannya mereka. Iya nggak ?" Ucap Maya

"Ya May, namanya juga acara buat sekali seumur hidup kan ? Pasti kan mereka memiliki keinginan yang pengen mereka sampaikan di moment itu, supaya nanti mereka punya cerita ke anak dan cucu mereka saat buka album foto." Jawabku pada Maya.

"Nah, itu dia Dhis. Aku dari tadi mikir itu. Ini kan moment yang cuma sekali seumur hidup. Tapi kenapa mbak michelle dan pasangannya nyantai banget, ya ?" Sahut Maya.

"Ya May, beda orang kan pasti beda cara menyikapi masalah atau tantangan dalam hidup mereka. Contoh aja deh kayak kita. Tiap kali ada hal - hal yang mendekati deadline kamu kan yang selalu lebih panik dari aku ?" Jawabku menyikapi.

"Iya juga sih kata kamu Dhis !" Ucap Maya. "Eh, Dhis. Tapi kamu sama Ical nggak bakalan kayak gitu kan ? Yang dua - duanya asyik kerja dan sama - sama sibuk ? Aku cuma mau ingetin aja loh Dhis. Kalo segala sesuatunya itu perlu diobrolin berdua. Apapun itu. Percaya deh sama aku." Tutur Maya yang membuatku berpikir tentang hubunganku dengan Haikal.

Kadang aku merasa bahwa aku cukup tidak adil kepada Haikal. Di saat semua lelaki seusiannya sudah memutuskan untuk menikah. Sedangkan dia ? Bahkan Haikal pun tak pernah membahas tentang hal ini. Ini yang perlu aku cari tahu dari Haikal.

   Itulah obrolanku pagi ini bersama dengan Maya, salah satu dan satu - satunya teman baik dan rekan kerjaku. Dia cukup antusias membahas tentang pekerjaan kami, karena aku kenal baik dengan dia. Maya selama ini cerdas dan cekatan. Aku mampu mempercayainya untuk handle tentang schedule. Karena dia selama ini aku kenal sebagai sosok yang teratur dan terjadwal.

   Waktu terasa sekali merambat begitu cepat. Setelah sibuk konfirmasi dan memastikan kepada vendor dan client, sedikit terasa lelah. Sepertinya memang ini waktunya aku untuk sejenak mengistirahatkan tubuh.

"Halo, sayang ! Lagi sibuk ? Bisa nggak nyempatin makan siang bareng ? Lagi punya banyak cerita nih. Pengen cerita aja ke kamu." Ucapku dari telepon genggam kepada haikal.

"Yang namanya kerjaan, kalo kita menempatkannya pada prioritas utama ya pasti aku jawabnya sibuk banget, sayang. Emang mau cerita apa sih ? Ya udah kamu mau aku jemput ?" Jawab Haikal. Dan entah kenapa aku selalu senang mendengar jawaban - jawaban dari dia ketika aku sedang butuh teman untuk ngobrol, bercerita, curhat apapun masalahnya.

"Mmm... Ketemuan di tempat langsung aja ya. Aku lagi pengen makan mie ayam Bang Rozak. Ketemu sana ya. Lagian kalo kamu mesti jemput dulu buang - buang waktu dan jaraknya lumayan juga. Aku nggak mau kalo pacar aku ini nanti capek. Kan kasihan !" Ucapku balik menggoda Haikal

"Ya, nggak apa - apalah sayang demi kamu. Apa sih yang nggak ?" Sahut Haikal

"Ih, apaan sih, gombal banget kamu. Kayak ABG aja sih kamu. Inget umur, pak !" Jawabku. Kita memang termasuk pasangan yang nggak pengen satu sama lain saling mengikat. Komitmen kita adalah dari awal kita akan mengejar mimpi kita masing - masing. 

   Tiba - tiba aku teringat dengan Radit, mantan aku sewaktu SMA. Entah kenapa aku tersenyum geli ketika membayangkan dulu saat kita memutuskan untuk pisah. Alasannya sebenarnya sepele. Dia ingin mengajakku untuk menikah muda. Sedangkan aku ? Pada waktu itu hanya ada mimpi - mimpiku kala itu. Dan entah kenapa dia tidak ada dalam daftar mimpiku, yang selalu bercerita ingin menikah muda, dan megharapkan aku untuk jadi ibu rumah tangga, yang seharian harus mengatur rumah, mengurus anak, dan juga diam di rumah menunggu suami datang. Bukan tidak mau, tapi buat aku itu semua ada saatnya. Karena bagaimanapun juga, menjadi seorang istri dan ibu yang baik bagi keluarga, itu adalah mimpi dan cita - cita paling tinggi seorang perempuan.

   Hingga pada akhirnya, aku melanjutkan   langkahku untuk dapat meraih salah satu mimpiku. Aku bisa melanjutkan kuliahku. Dan bertemulah aku dengan Haikal Akbar, yang saat ini menjadi kekasihku. Kekasih terbaikku yang selalu dapat mengikuti ritme naik - turun mood aku. Selama ini kita pernah beradu argument, tapi sebatas hanya kita sama - sama kekeh dengan pendapat masing - masing.

   

   Aku bersiap - siap untuk menuju tempat makan siangku dengan Haikal. Aku tahu hari ini pasti akan terjadi kemacetan seperti hari - hari sebelumnya, karena adanya pembangunan gorong - gorong di tengah kota. Kita berdua sama - sama sepakat bahwa jajan atau makan di warung kaki lima, kadang memang lebih asyik daripada harus keluar - masuk mall hanya untuk makan atau cari tempat yang nyaman. 

   Maklum saja, kami berdua adalah orang yang selalu maunya sesuai dengan rencana. Meskipun memang dalam hidup terkadang ada hal - hal yang tak dapat disesuaikan dengan rencana kita. Segera aku berpamitan pada Maya yang masih sibuk menghubungi beberapa vendor untuk sekedar konfirmasi ketersediaan barang dan penyesuaian harga dengan budget.

"May, aku duluan ya ! Janjian sama Ical, mau makan siang." Pamitku sekedar memberikan kode dengan menggerakkan bibirku tanpa bersuara. 

"Oke, hati - hati ya !" Sahutnya, lalu dia melanjutkan bercakap - cakap dengan seseorang di ujung telepon. "Kalo bunga astoria ada ? Berapa pak harganya ? Ambil banyak bisa dapat harga berapa ?" Suaranya terdengar begitu antusias menanyakan keperluan konsep pernikahan client. Dia sengaja membantu untuk mencari informasi harga pasar beberapa bahan yang tidak ada pada persewaan pelaminan. Biasanya Maya selalu melakukan pendekatan pada pihak hotel untuk mencari informasi tentang vendor yang dia butuhkan.

*****


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login