Download App

Chapter 21: Tentang nama Rindu Senja

Hiii...

Happy Reading!

****

"Mama! Papa! Kalian udah pulang?! Ini baru jam berapa?!" pekik Rindu panik, dia segera berlari untuk menyembunyikan Samudera di punggung kecilnya sampai membuat kedua orang itu terkekeh.

"Pacar Rindu, yah?" tanya mereka bersamaan, melihat pria itu mengangguk polos dan menatap mereka berdua kagum, siapa saja akan senang melihatnya.

Pikiran yang sama dari sepasang suami istri itu membuat Rindu berdebar tak jelas, "Kalau pacarnya Rindu, berarti ayo masuk! Kita makan malam bersama!" seru keduanya.

Doeng!

Apa? Makan malam bersama?

Rindu tidak pernah menyangka orang tua-nya menerima Samudera semudah itu, padahal jelas-jelas mereka berdua melarang keras putri semata wayangnya memiliki seorang kekasih. Lalu kenapa reaksi mereka jauh dari kata emosi?

Di saat gadis tersebut berpikir dengan keras, ibunya sudah membawa Samudera ke dalam rumah tingkat dua mereka. Sang Ayah berinisiatif menepuk pundak Rindu, "Nak, ayo masuk ... Papa gak tanggung jawab kalau pacarmu tidak di apa-apakan oleh Mama-mu," tegur Pria tampan berwajah Eropa.

Maxilion Clerick, pria asal France ini menikah dengan Roselia Zahira yang notabenenya adalah orang Indonesia. Jadi jangan heran dari mana asal mata Rindu yang berwarna biru.

Sadar akan Samudera yang bisa dalam bahaya, Rindu langsung lari kedalam rumah tanpa menghiraukan para maid yang menyapa dirinya. "MAMAAAAAA! PACAR RINDU JANGAN DI APA-APAIN!" pekik Rindu panik, Ayah Rindu yang menyusul di belakang sang putri hanya terkekeh geli, mau saja putrinya di hasut.

Padahal istrinya paling mencekoki pacar Rindu dengan berbagai makanan buatan sang Istri, jadi tidak ada hal buruk yang akan terjadi. Ternyata, Rindu putrinya sangat mencintai pria tadi' pikir Ayah Rindu.

Gubrak!

"Astaga, Rin! Kamu gabisa hati-hati apa?" tanya Max kesal saat melihat putrinya tersandung dan terkapar di lantai marmer, meski begitu pria paruh baya tersebut tetap membantu sang putri untuk bangkit.

Suara jatuh Rindu lumayan keras, setidaknya mampu membuat para pekerja serta ibu dan Samudera mencari asal suara. "Yaampun! Rin! Kening lu berdarah!"

Dengan rasa panik, Samudera berlari mendekat Rindu yang terduduk bersama Tuan rumah di sini. Lain halnya Samudera tanpa menunggu lama langsung mengobati Rindu menggunakan kotak p3k, Roselia, justru mendekati suaminya dan menjewer telinga pria paruh baya tersebut.

"Kamu apain Rindu? Jahil banget yah, Rasa jahil juga bisa di kira-kira dong! anak kamu berdarah karena kamu!"

Tanpa menunggu keterangan dari Rindu, sang Ibu sudah menebak siapa dalang di balik ini. Pasalnya sang suami suka sekali menjahili Rindu, jadi pasti pria itu juga lah yang menjadi penyebab akan kejadian sekarang!

"T-tapi sayang, ini buk--"

Plak!

"Aku gamau denger pembelaan kamu! Ayo naik!"

Sambil meringis kesakitan Max menatap Rindu supaya gadis itu memberitahu kebenarannya, sayang, putri tunggal Max tengah jahil dan membiarkan sang ayah di seret ke lantai dua untuk melanjutkan hukuman. "Rasain," kekeh Rindu di sela Samudera yang mengobatinya.

Kericuhan terjadi di lantai dua membuat Samudera khawatir, tetapi Rindu mengatakan hal seperti ini sudah biasa karena Ayahnya memang sangat lah jahil. "Daripada ngurusin mereka, gimana kalau Samu liat kamar Rindu?" tawar Rindu lupa akan satu rahasia yang tersembunyi dari sang Kekasih.

Samudera mengangguk setuju, dirinya berdiri dan membantu Rindu untuk menaiki tangga karena kamar gadis itu berada di lantai dua. "Jangan kaget lihat kondisinya yang berantakan." Tegur Rindu sebelum membuka pintu.

Ceklek!

Wush!

Sejenak, kedua insan itu terdiam saat mencium aroma obat yang tercium sangat kuat ketika Rindu membuka pintu. Dia melirik Samudera cepat untuk melihat reaksi pria muda tersebut, tetapi, Rindu hanya di buat bingung dengan wajah dingin Samudera.

"Apa? Gamau masuk?" tanya Samudera dengan nada datar. Ah, ternyata kekasih cueknya sudah kembali' pikir Rindu terkekeh pelan.

Rindu masuk terlebih dahulu dibuntuti oleh Samudera yang mengikut tanpa banyak bertanya, setelah menyuruh sang kekasih. untuk duduk di sofa Rindu berlari ke lantai satu untuk membawakan Samudera minuman dan beberapa cemilan.

Tingkah Rindu barusan tentu baru Samudera ketahui jika mengingat, selama pacaran dirinya juga tidak pernah menunjukkan diri pada orangtua Rindu. Lebih tepatnya Rindu menyembunyikan Samudera dari orangtuanya, gadis itu tahu kalau mereka sebagai orang dewasa tidak akan membiarkan Putri semata wayangnya memiliki kekasih di usia belia.

Mata hazel pria itu mengedar, meneliti apa saja yang ada di tempat kekasihnya tidur. Cukup rapi jika mengingat sifat Rindu yang urakan, hanya saja, novel-novel berhamburan di lantai menandakan tadi malam gadis itu tengah maraton membaca.

"Samu ... ngapain?" tanya Rindu heran melihat Samudera yang berjongkok di depan sofa khususnya, saat didekati ternyata pria itu tengah merapikan novel-novel milik Rindu.

Enggan menjawab pertanyaan yang sudah di jawab, Samudera justru balik bertanya. "Gak pernah di beresin?"

Hanya cengiran konyol Samudera dapatkan setelah mengeluarkan pertanyaan dalam benaknya, "Iih, Samuu! Gaperlu beresin merekaa, biar aku aja ih!" pekik Rindu mendorong Samudera pelan supaya kembali duduk di sofa dan menikmati camilan beserta teh hasil eksperimennya.

Meski mulutnya mengunyah cookies asin buatan Rindu, mata Samudera tak pernah berpaling dari kegiatan gadis yang tengah merapikan tumpukan novel miliknya. "Jangan di lihatin!"

Teguran dari Rindu yang memunggunginya membuat Samudera terkekeh pelan, lucu juga kekasihnya itu. Mencoba menutupi pipi memerahnya? Hei, Samudera gemas sendiri di sini.

Jolt!

Bahu Rindu tersentak setelah menoleh ke kanan dan mendapati Samudera ikut merapikan novel di sampingnya, "Samuuu! Ih, kaget!" gerutu Rindu memukul kepala Samudera menggunakan novel saking kesalnya di kejutkan seperti tadi.

"Maaf.." ringis Samudera sambil mengelus kepalanya yang barusan dipukul.

Novel yang mereka rapikan seolah tidak ada habisnya, satu rak buku sudah dipenuhi novel, tetapi masih banyak novel yang belum di rapikan! Berapa banyak uang semua novel ini? Bukan kah Rindu terlalu boros?

"Gue tau yah, apa yang ada di otak elu."

Doeng!

Ah, Rindu memang cenayang sejati. "Maaf laah, habisnya novel kamu gada habisnya." keluh Samudera menoleh.

Degh!

Eye contact yang tak terduga di alami oleh dua insan pada kamar berbau obat-obatan tersebut, jarak yang tidak sampai 10 cm membuat Roselia—ibu Rindu seketika menjadi salah paham!

"YAAMPUNNN! PAPAAA! ANAKMU SUDAH TIDAK POLOSS!"

Panik mengetahui kesalahpahaman yang terjadi, Rindu segera melepas semua novel di tangannya dan menarik lengan Samudera untuk ikut mengejar sang Ibu.

Untuk beberapa saat, Samudera merasa sebuah kehangatan mengalir dalam hatinya saat Ibu dan anak itu kejar kejaran, sedang dia hanya berdiri menyaksikan adegan hangat didepannya. "Mamaaaa! Weeee, Mama tuh salah pahaaam!! Coba dengerin aku dulu!"

Rindu berteriak sambil terus mengejar Roselia yang malah terbawa suasana hingga membuat seisi rumah pusing, rasa dingin menjalar di pipi kanannya membuat Samudera menoleh. "Bagaimana?" tanya Max tanpa memberi sapaan terlebih dahulu.

Sebuah Coca-cola di sodorkan oleh ayah Rindu, tentu saja Samudera segera menerima pemberian calon ayah mertuanya. Sambil memahami maksud dari pertanyaan Max, Samudera membuka cola dan menegaknya perlahan.

"Tidak bisa di gambarkan, ini semua terlalu hangat." terang Samudera singkat.

Puas dengan jawaban kekasih putrinya, Max mengeluarkan smirk licik yang selama ini hanya bisa di lihat oleh beberapa orang saja. "Kalau begitu, mau tahu tentang nama Rindu? Kenapa dia tidak memakai nama keluarga yaitu 'Clerick' ?" tanya Max lagi.

"Apapun yang berkaitan dengan Rindu, saya harus mengetahuinya bagaimana pun caranya." Tegas Samudera tidak bisa digoyahkan.

Tawa keras dari Max memicu berhentinya pertengkaran ibu-anak didepan, merasa ada yang aneh, seketika Max diam seketika. "Mau tahu tentang nama Rindu? Kalau gitu sebaiknya kita turun sebelum singa betina ngamuk." tegur Max pelan pada Samudera.

Dia yang polos justru mempertanyakan maksud dari teguran Max dengan suara lumayan kencang, "Singa betina? Siapa tuh?" tanya Samudera polos tanpa mengetahui apa yang akan terjadi.

"Singa betina?"

Doeng!

***

Makasih udah baca, luv yuu


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C21
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login