Namun, pada akhir nya ia tak dapat menahan diri lagi, ia sungguh mengkhawatir kan adik tiri nya itu, walau pun ia sangat jengkel, benci dan kesal pada Echa, tapi tak dapat di pungkiri, ia juga mencintai nya.
Nathan beranjak dari bak mandi yang merendam tubuh nya, meraih handuk dan segera memakai nya. Dengan terburu-buru ia melangkah keluar dari kamar mandi, membuka lemari, dan mengambil pakaian dari dalam sana.
Ia segera mengganti handuk mandi nya dengan pakaian yang ia ambil dari dalam lemari, kemudian bergegas keluar dari mansion milik nya, melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, menerobos deras nya air hujan yang di iringi oleh angin kencang dan gemuruh petir yang menyambar. Pikiran Nathan kalut, melihat cuaca yang begitu buruk ia mulai merasa takut jika hal buruk menimpa adik tiri nya yang kini sedang berada di luar sana.
-------------------------
Di sebuah halte bus, kini Echa masih duduk termenung dengan tatapan kosong, tubuh gadis itu memang masih hidup. Namun, jiwa nya seperti sudah mati, melayang pergi meninggal kan jasad nya.
Dari kejauhan, terlihat beberapa pemuda dengan mengendarai motor menuju ke arah nya, para pemuda itu kini ikut berteduh bersama Echa yang masih memasang tatapan kosong.
Gadis itu kini seperti tak melihat kehadiran mereka, ia tak lagi mempunyai rasa khawatir dan takut, jika saja mereka memiliki niat jahat pada nya.
"Heh, gadis cantik tuh." Kata salah satu dari mereka.
"Iya, cantik banget." Sahut yang lain nya.
"Ajak kenalan yuk."
"Oke."
Mereka pun mendekati Echa, dan mulai menggoda nya, dari tampang para pemuda itu, kini terlihat bahwa mereka seperti nya bukan anak baik-baik.
"Hai, ngapain di sini malam-malam begini ? Lo masih pelajar bukan ?" Sapa nya.
Echa yang mendengar semua itu pun memilih tetap diam, dia tak merespon apa pun.
"Kok diam saja sih ?" Ujar nya sembari mencolek dagu Echa.
Echa yang merasa jijik di sentuh oleh pemuda itu pun hanya memberi tatapan sinis tanpa sepatah kata pun.
"Weeeeh tatapan mata nya sangat mengerikan gaes."
"Kamu bisu ya ? Kok tidak bicara ?" Tanya salah satu dari mereka.
Karena merasa terganggu, Echa pun beranjak dari duduk nya, ia berniat untuk meninggal kan tempat itu. Namun, mereka menghentikan nya, ketiga pemuda itu menarik Echa agar kembali duduk di tempat nya semula.
"Mau kemana ? Hujan-hujan begini mending kita bermain-main saja dulu."
Mendengar ucapan nya, Echa pun mulai khawatir, ia memukul mereka dengan tas sekolah nya, kemudian mencari celah untuk berlari menghindari para iblis itu.
Echa menerobos deras nya air hujan, para pemuda jahat itu pun mengejar nya.
Kaki Echa yang pendek tidak dapat berlari cepat, hingga pada akhir nya berhasil di susul oleh mereka.
Echa di seret paksa untuk pergi dari jalanan yang kini sudah terlihat sepi dan gelap akibat hujan yang lebat.
Saat Echa sudah mulai putus asa, terlihat dari kejauhan, sebuah sentoran cahaya mobil melaju mendekat ke arah mereka yang kini sedang berniat jahat pada seorang gadis muda di tengah-tengah deras nya hujan.
Echa yang melihat sebuah harapan pun berteriak sembari melambaikan tangan nya, berharap orang yang berada di dalam mobil tersebut berkenan untuk menyelamat kan hidup nya.
"Toloong," teriak Echa sembari terus memberontak.
Setelah berada dekat dengan mereka, tak di sangka mobil itu pun berhenti, seorang pria tampan keluar dari dalam mobil tersebut.
"Kak Nathan," batin Echa tak percaya jika orang yang akan menyelamat kan nya adalah kakak tiri nya sendiri. Echa yang tadi nya memiliki harapan untuk lepas dari para pemuda jahat itu pun kembali putus asa, karena setelah ini ia pasti akan kembali dalam bahaya.
Nathan menghajar ketiga pemuda tersebut. Di tengah-tengah pertarungan mereka, Echa mengambil kesempatan untuk kabur, karena menurut Echa, mereka sama saja, entah itu Nathan, atau pun ketiga preman tersebut.
Gadis malang itu pun berlari jauh, ia tak lagi perduli dengan arah ia berlari, entah itu jalan yang benar atau jalan yang salah, inti nya ia harus berada jauh dari jangkauan mereka yang hendak menangkap diri nya.
Sampai pada akhir nya, Echa teringat akan sahabat baik nya Farah, sudah beberapa bulan ini mereka tidak berjumpa, dan hanya berkomunikasi melewati sosial media.
"Farah, ya Farah, aku akan meminta bantuan nya." batin Echa yang kini kembali berlari menerobos deras nya air hujan, ia kemudian masuk ke sebuah ruang kecil yang menyediakan telepon umum, ia ingin menghubungi Farah untuk meminta bantuan nya melalui telepon umum tersebut, karena ponsel nya telah menghilang bersama tas sekolah yang tadi ia gunakan sebagai senjata melawan para preman tadi.
Echa merogoh kantong saku rok nya, dan menemukan koin di sana, ia pun memasuk kan koin dan menekan nomor Farah yang kebetulan ia telah menghafal nya.
"Halo, siapa ini ?" kata Farah di seberang sana.
"Aku Echa, aku menggunakan telepon umum." jawab Echa.
"Kenapa ? Kemana ponsel mu ?" tanya Farah.
"Cerita nya panjang, boleh kah aku minta bantuan mu Farah ?" kata Echa yang sangat membutuh kan bantuan sahabat nya itu.
"Boleh, apa ?"
"Aku ingin ke rumah mu, ingin menumpang menginap di sana, tapi aku tersesat, aku tidak tahu mau kemana sekarang ?" ujar Echa menjelas kan.
"Hah ? Kamu tersesat ? Apa sesuatu telah terjadi ?" tanya Farah bertubi-tubi, ia sangat panik setelah mendengar penjelasan dari sahabat nya itu.
"Iya, aku tidak tahu ini dimana ? Bisa kah kamu menjemput ku kemari ? Kamu kan terbiasa traveling, mungkin kamu tahu kawasan ini." kata Echa.
"Ok, ok, coba kamu lihat sekitar mu, apa kah ada sebuah bangunan atau apa pun yang sekira nya gampang aku cari." ujar Farah yang kini meminta Echa agar memberi nya petunjuk.
"Baik lah. Aku melihat sebuah hotel kecil bernama Blueming, di sebelah hotel ada salon kecantikan." Echa memberi kan sebuah petunjuk yang ia lihat di sekitar nya.
"Ok, aku akan ke sana sekarang, kamu jangan kemana-mana ok. Kita tutup dulu telepon nya, aku mau melihat lokasi itu di google maps." ujar Farah.
"Ok, aku tunggu kamu di sini." kata Echa yang kemudian, panggilan mereka pun di akhiri.
Sembari menunggu sahabat nya, kini Echa masih berdiri diam di dalam ruang kecil tempat telepon umum tersebut, karena di luar hujan masih sangat begitu lebat.
Setelah tiga jam berlalu, akhir nya Farah berhasil menemukan tempat dimana Echa berada. Gadis tomboi itu pun memarkir kan motor nya di depan tempat telepon umum tersebut, menyuruh Echa yang telah menggigil untuk menaiki boncengan motor besar tersebut.
Bersambung...