Download App

Chapter 3: 3. Pendekatan.

Pagi ini seperti biasa, Zahra mengantar sayuran kesemua pelanggannya. tanpa mengenal lelah dan takut, Zahra mengayuh sepedanya membelah dinginnya pagi.

"Neng Zahra, sudah sampai? " Tanya ibu pemilik warung yang berlangganan sayuran dengannya.

"Iya Bu." Zahra meletakan semua sayuran di atas meja. setelah selesai berpamitan pada ibu pemilik warung.

"Bu Wati, Zahra permisi semua sayuran sudah Zahra letakan di atas meja sesuai pesanan ibu." Kata Zahra saat akan meninggalkan warung.

"Baiklah Zahra terima kasih." Kata Bu Wati memilik warung, saat Zahra berpamitan padanya.

'Andai aku punya anak laki-laki ingin sekali aku memiliki menantu sepertimu Zahra, kamu adalah anak yang baik.' Gumam Bu Wati dalam hati.

"Tiga tempat lagi setelah ini aku ke kampus." Kata Zahra menyemangati dirinya sendiri.

"Eh!! ini bukannya, tunggu-tunggu ini bukannya alamat rumah orang baru itu? siapa dia kenapa setiap hari membeli sayuran sebanyak ini sedang yang aku liat di rumahnya sepi. Ish!! kenapa aku memikirkannya yang terpenting semua dagangan ku laris hari ini." Kata Zahra, dan bergegas menuju rumah mewah yang menjadi pelanggannya.

****

Sesampai di depan gerbang rumah mewah, Zahra memanggil satpam yang berjaga disana. agar membukakan pintu untuknya.

"Pak permisi, saya mau mengantarkan sayuran." Kata Zahra, pada salah satu penjaga yang berjaga.

"Eh, si Eneng! ayo masuk. Tuan sedang menunggumu." Kata penjaga di kediaman rumah mewah.

"Maksud bapak apa yaa??" Tanya Zahra yang, tidak mengerti maksud dari ucapan sang penjaga.

" Panggil saya pak Tarno neng." Kata Salah satu penjaga di kediaman rumah mewah yang tidak kain adalah milik Brian.

Zahra tersenyum saat melihat tag nama di baju pak satpam.

"Baik pak Tarno, kalau begitu saya kedalam dulu." Zahra melangkah menuju rumah Brian, dirinya tidak menunggu jawaban dari pertanyaan yang ia ajukan pada sang penjaga.

"Iya neng, silahkan." Zahra memasuki rumah yang sungguh megah, semua barang perabotan yang bernilai fantastis. bahkan terdapat barang-barang antik yang Zahra tahu harga tidaklah murah.

"Sudah datang! " Zahra celingukan mencari orang yang bersuara. yang ternyata berdiri di atas lantai dua rumahnya.

"Iya Tuan, sudah kalau begitu saya akan menaruhnya di dapur." kata Zahra, dan bergegas menuju dapur tanpa menunggu jawaban dari pemilik rumah.

"Ya, setelah selesai temui aku di dalam ruang kerja. ada yang ingin aku sampaikan padamu." Kata Brian dingin tidak terbantahkan.

"Baik tuan." Selesai merapikan sayuran pada tempatnya Zahra menuju ruang kerja, tidak susah Zahra mencari ruangannya karena tadi sempet melihat tuan Brian memasuki ruangan yang saat ini tengah ia datangi.

Tok...Tok...

'"Masuk." Kata Brian dingin.

Zahra berdiri di hadapan Brian, yang tengah duduk di kursi kebesarannya.

"Aku ingin kamu jadi istriku!" Kata Brian, tanpa basa-basi. Zahra yang mendengar perkataan dari Brian hanya bisa melongo tanpa bisa menjawab. setelah berapa detik akhirnya Zahra memiliki kemampuan untuk menjawab pertanyaan dari Brian.

"Apa!!! maksud Anda apa tuan? apa saya tidak salah dengar tuan?" Kata Zahra dengan suara lantang.

Brian tersenyum sinis, saat mendengar pertanyaan dari Zahra, dirinya yang sejak kemarin menuggu kedatangan Zahra untuk melancarkan aksinya.

"Kamu, tidak salah dengar. aku serius!" Kata Brian dingin. membuat Zahra diam seribu bahasa.

"Maaf tuan, saya tidak bisa." Kata Zahra tidak kalah dinginnya dengan Brian.

"Tidak ada penolakan Zahra Adelia Putri!!" Zahra terlonjak kaget saat Brian menyebut nama panjangnya.

"Bagaimana Tuan Brian tau nama panjang saya?" Tanya Zahra, setahu dirinya tidak ada yang mengetahui nama panjangnya yang, mengetahui hanya berapa orang dan para pelanggannya tidak ada yang tahu siapa Zahra.

"Zahra aku tau semua tentangmu, bahkan aku tau semua tentang keluargamu!" terang Brian.

"Siapa tuan sebenarnya, bagaimana bisa anda tau siapa saya? sedangkan anda disini terhitung masih baru?" kata Zahra dingin, tatapannya dingin pada Brian.

"Kamu tidak perlu tau siapa aku Zahra. sekarang tinggal Iya atau Tidak menjadi istri saya. karena kamu tidak ada pilihan selain menerima menjadi istriku." Ucap Brian dingin.

"Saya tidak akan Sudi, menjadi istri anda. permisi." Kata Zahra dingin, dan meninggalkan ruang kerja Brian.

"Baik jika kamu menolaknya, kita liat apa yang bisa aku lakukan untuk mendapatkan mu." Kata Brian dingin, penuh keyakinan.

"Dan saya tidak perduli apapun yang anda lakukan pada saya Tuan. permisi." Kata Zahra tegas, dan meninggalkan ruang kerja Brian.

Zahra pergi dari kediaman Brian dengan langkah cepat, sedangkan Brian melihat tingkah Zahra hanya bergumam.

'Satu langkah lagi kamu pasti akan bertekuk lutut di hadapanku Zahra Adelia Putri, aku pastikan itu terjadi kita liat saja nanti." Gumam Brian dari dalam hatinya.

' Aku bersumpah akan membuatmu menyesal karena sudah dilahirkan kedunia ini." Kata Brian dingin.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C3
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login