Download App

Chapter 21: Ch. 21: Orang Ini Berbahaya!

Perasaan was-was tiba-tiba merasuki Rachel, membuatnya cemas bukan kepalang karena alasan yang tidak dia pahami. Perempuan itu beberapa kali melempar pandang ke luar jendela seraya bertanya-tanya untuk apa dia khawatir seperti sekarang?

"Apa ada oranh di rumah?"Ada seorang Exodian tua mengetuk pintu.

Meninggalkan dapur, Rachel beranjak dan menemui nenek tua berkulit hijau itu. Dia adalah tetangga yang tinggal beberapa blok dari rumah Rachel. Nenek itu terlihat membawa seekor kucing beserta kandangnya.

"Ah, apa Nyonya Vito akan pergi hari ini?"

Nenek tua itu tersenyum. "Iya, aku akan pergi ke luar kota selama seminggu. Jadi, aku titip Charcoal, ya?"

"Iya, nek. Aku janji merawat Charcoal sampai Nenek pulang nanti."

Nyonya Vito menyerahkan kucingnya pada Rachel, lantas melenggang pergi menuju ke taxi yang dia sewa untuk berangkat ke bandara.

"Nah, sekarang kau tinggal bersamaku lagi, Charcoal. Bagaimana denganmu? Rindu padaku tidak?" Kucing abu-abu itu mengeong membalas sapaan Rachel. "Hahaha, ya ampun. Aku masih saja suka bicara dengan hewan."

Rachel masuk kembali ke dalam lalu meletakkan kandang Charcoal sebelum melepaskannya. Kucing itu segera naik ke atas pangkuan Rachel yang duduk beristirahat di sebelah jendela lalu segera terlelap.

'Kucing manis ... '

Rachel membatin tenang, kehadiran si kucing sedikit meredakan kecemasan dalam hatinya. Namun, perempuan itu masih menyimpan sedikit takut dalam sorot pandangnya.

***

Sosok mata satu itu menyeringai lebar, sekujur tubuhnya yang hitam pekat mengedarkan aura pekat beraromakan kematian. Tangan kirinya yang kejang, semakin kuat mendorong tombak dwi sula keluar dari lengannya.

Sedang Akito di sisi Gunawan tak terintimidasi oleh rupa pria itu yang kini tak ubahnya sesosok monster tak berperasaan.

"Hmph!" Kera di hadapan keduanya mendengus. "Siapa engkau berani menantangku? Luperto Yang Perkasa, Raja kera dan laba-laba, serta penguasa boneka!"

"Urghh, julukanmu sedikit berlebihan. Lebay." Akito mengernyitkan dahi.

"A–apa?! Kau lancang sudah memperolok gelar kehormatanku! Hukumanmu sudah kutentukan, kau akan mati dalam cengkraman keenam tanganku!"

Luperto menggebuk dadanya, empat tangan lain yang dia punya menebah jalan dan meretakkannya dalam sekejap. Uap panas berhembus dari hidung serta mulutnya, menebar peringatan jika kera itu benar-benar marah.

"Ada-ada saja." Akito bergeleng, pria itu melepaskan kacamata hitamnya yang biasa dia gunakan ketika bertarung. "Kalau begini bahkan aku tidak perlu turun tangan. Gunawan, dia milikmu."

Yang diperintah melirik sebentar. Manik merah di wajah sebelah kirinya berpendar redup. "Kau berhutang satu burger kepadaku."

"A–ahh, iya. Maafkan aku melalukan hal tadi, hehehe. Pokoknya nanti kau akan kutraktir."

"Tulis itu sekarang, aku tahu akan melupakannya setelah kera itu kuhabisi."

Gunawan bicara tanpa nada, suaranya datar tak berisikan emosi apapun. Benar-benar datar. Yang pria itu rasakan sendiri sekarang ialah sedikit rasa takut. Berbeda dengan transformasinya sebelumnya dimana Gunawan hanya merasakan gelora amarah.

Pertarungan dimulai dengan Luperto mengawali serangan. Dia menerjang baik Akito maupun Gunawan dengan kecepatan tinggi, bahunya dia gunakan untuk menghantam mereka. Gunawan terlempar jauh ke belakang, sedang Akito tak bergeming sedikit pun.

"A–Apa?!"

Luperto terbelalak mendapati lengan kirinya terkoyak. Potongannya tergeletak di hadapan Akito begitu saja. Hanya dengan satu bukti itu, Luperto pun tahu apabila dia bukanlah lawan bagi Akito.

"Hei, ada apa? Katanya ingin menghajarku? Kenapa malah tertegun seperti itu?"

Keputusasaan hinggap di hati Luperto, semangat bertarungnya sudah surut. Kera itu merasa begitu kerdil di hadapan Akito–yang menasbihkan dirinya sendiri sebagai pengguna seni mistis terkuat.

'A–Apa aku salah pilih lawan?' benak Luperto.

Belum usai kemelut dalam pikirnya mereda, sebuah terjangan menusuk ke rusuk kanan kera itu dan melontarkannya jauh ke seberang jalan. Gunawan lah yang memberikan serangan itu.

"Hei, aku memberimu kelonggaran, lho! Lawan saja temanku ini, jika kau menang darinya barulah aku yang melawanmu. Bagaimana?" seru Akito.

Luperto mengkalkulasikan keadaan. Bagaimanapun juga kera itu tidak dapat menemukan celah sedikitpun baginya untuk menang dari Akito dan Gunawan. Jangankan melawan Akito, Luperto segera sadar jika Gunawan juga tidak dapat diremehkan. Tetapi, kalau ditanya maka Luperto akan lebih memilih melawan Gunawan.

"Tch! Baik! Kuterima tantanganmu!" sahut Luperto.

Daging di lengan kirinya berguncang, tulang yang patah dan jaringan-jaringan otot kera itu tumbuh sesaat kemudian membentuk organ tangan baru. Kondisi Luperto kembali seperti semula, tanpa luka apapun.

"Ghoul-ghoulku!"

Pasukan Ghoul yang Akito dan Gunawan serahkan pada Tika dan Elia berhenti menyerang gadis-gadis itu. Mereka pun berlari kepada Akito mengabaikan usaha Elia dan Tika untuk menghentikan mereka.

"Apa yang terjadi?!" Elia 1 panik.

"Bunuh mereka! Jangan biarkan mereka kabur!" Meski sama gugupnya Elia 2 memaksakan diri mengayunkan baton miliknya.

Tika bisa ditebak berlari riang seraya memerintahkan tentara Ghoul yang dia kendalikan sendiri untuk menghalau Ghoul-Ghoul lainnya. Tangan gadis itu belum sedikutpun ternoda dalam pertarungan ini.

Melompat untuk menerkam, tentara Ghoul Luperto menyerbu Akito tanpa sepengetahuan pria itu. Mereka menguburnya dengan tubuh mereka sendiri, berharap kalau dengan demikian Akito tidak bisa menggunakan tekniknya.

Bersamaan dengan serangan tentara Ghoulnya, Luperto kembali melaju menerjang ke arah Gunawan. Naas, sebab pria itu kali ini lebih siap untuk menghadangnya.

Gunawan langsung menusukkan dwisula di lengan kirinya kala Luperto mendekat, alhasil dada kera itu tertusuk hingga tembus ke punggung. Namun, Gunawan masih terbawa terjangan Luperto. Punggungnya menghantam keras tembok bangunan dan lagi-lagi dirinya terlempar menabrak barang-barang dalam gedung tersebut.

"Gurgh! Menyakitkan juga senjatamu!" erang Luperto pada luka di dadanya.

Gunawan bungkam atas pujian tersebut.

"Overdespair!"

Kala lisan Gunawan berucap, dia menebaskan tombaknya dalam jarak yang tidak akan mungkin mengenai Luperto. Namun, meski demikian, Gunawan masih bisa melukai kera itu dengan cukup parah.

"Guaarghh! Apa yang terjadi?!" Semakin banyak darah Luperto yang keluar.

Seharusnya, itu bukan masalah besar bagi Luperto yang memiliki kemampuan regenerasi cukup tinggi. Bahkan tangannya yang putus tadi berhasil dia tumbuhkan kembali. Namun, ada sesuatu hal yang membuat Luperto enggan menganggap remeh Gunawan.

'Orang ini .... terlalu berbahaya!'

Bak angin, Gunawan bergerak dari posisinya yang terduduk seketika memukul Luperto jauh dari gedung. Kera itu terkapar begitu saja dengan kondisi wajah remuk dan darah bersimbah di segala arah.

'K–Kau!' Pukulan itu masih belum cukup untuk menumbangkan si Kera Exodian. "Aku akan membunuhmu!"

Kera itu meraung, keluar jaring putih dari mulutnya yang turun bak hujan menutupi area sejauh 50 meter. Ada sejumlah pejalan kaki yang terkena jaring tersebut, entah apa alasan Exodian-Exodian itu acuh pada pertarungan dan tidak memilih menjauh.

Pada akhirnya, malapetaka sendiri menjemput atas kebodohan mereka. Jaring-jaring Luperto membungkus tubuh Exodian-Exodian itu dan mengubah mereka menjadi Ghoul. Tambahan pasukan Ghoul baru itu pun segera menyerbu Gunawan sedang Luperto berusaha melarikan dirinya.

"Tombak Longinus: Overceased!"

Gunawan mengumpulkan energi astral di tombaknya. Harusnya, dia akan melemparkan tombak itu setelah cukup banyak energi astral yang terhimpun. Namun, tidak cukup waktu yang pria itu punya hingga memaksanya melemparkan tombak yang belum terisi banyak energi tersebut.

BOOM!!!

Bukan sebuah ledakan, bukan pijaran api atau bom. Hanya sebuah hembusan angin yang berdentum kala kumpulan energi astral itu terlepas dan melenyapkan semua Ghoul yang ada di sana.

"Kita akan mati!" pekik kedua Elia.

"Hu ha hu ha hu ha! Komando Raga, frasa 2: Perisai Raga!"

Kubah energi meluas dari pucuk jemari Tika menyelubunginya dan Elia. Mereka berdua pun selamat dari hempasan energi astral Gunawan yang membunuh semua makhluk baik yang hidup maupun mati disana. Ada warga sipil turut terimbas serangan Overceased Gunawan.

Barulah ketika itu Akito yang sejak tadi bersantai dalam kubah pelindungnya mulai panik melihat kekuatan Gunawan yang tak terkendali.

'Aku salah memperhitungkannya,' benak Akito.

Mendekati Gunawan, pria itu membawa potongan tangan Luperto dan memeras darahnya untuk dia guyurkan kepada Gunawan. Dia langsung kembali normal saat darah Luperto membasuh tubuhnya.

"Eh? Apa yang terjadi?" Gunawan ling-lung.

"Fyuuuh, syukurlah kau bisa kembali normal. Tadi, kita sempat bertarung dengan Exodian. Tapi, sekarang kau tidak usah khawatir karena kita sudah menang."

"Begitu? Oke ... "

Akito menoleh ke arah Tika dan Elia yang gemetaran setengah mati. Dia memberi isyarat kepada mereka untuk segera pergi dari lokasi pertarungan ini. Memanfaatkan kemampuan Tika untuk berteleportasi, keempatnya pun kembali ke markas.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C21
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login