Download App

Chapter 3: Pertemuan Kedua

"Apa ini rumahnya?" ucap Kaneki saat sampai didepan pintu rumah seseorang yang belum ia ketahui namanya, tanpa rasa ragu sedikitpun tangan kekarnya itu mulai mengetuk pintu yang ada dihadapannya.

Tok tok tok!

Kaneki mengetuk pintu rumah seseorang yang ia datangi untuk membetulkan mesin cucinya yang rusak, setelah beberapa menit berjalan mencari rumahnya, akhirnya Kaneki menemukan rumah wanita itu, dengan rumah yang berada tepat dibelakang gedung-gedung perusaan yang tinggi dipusat kota. Sudah cukup lama Kaneki mengetuk pintu dan berdiri diluar, tapi tidak ada satu jawabanpun dari dalam rumah.

Ceklek

Kaneki yang mulai penasaranpun mencoba membuka pintu rumahnya. "Apa ini? pintunya tidak dikunci sama sekali!" ucap kaneki yang perlahan membuka pintu rumah yang ada dihadapannya.

Kaneki mencoba masuk kedalam rumah dengan langkah kaki yang perlahan-lahan. "Pemisi apa ada orang didalam? aku datang untuk memperbaiki mesin cucimu," ujar kaneki, terus melangkah masuk kedalam rumah yang sepertinya tidak berpenghuni.

Kondisi rumah yang sedikit berantakan, hanya ada kasur, lemari dipojok kanan, kursi panjang dipojok kiri serta meja dan TV didepannya, terlihat baju yang berserakan di kasur dan lantai yang cukup kotor saat kaneki melangkah masuk kedalam kerumahnya, Kaneki penasaran dan berjalan pergi kesebuah ruangan dibelakang.

"Sepertinya itu dapur," ujar Kaneki dengan langkah kaki perlahan-lahan mendekati ruangan dibelakang, sepertinya itu memang dapur! batin Kaneki.

Setelah sampai dipintu dapur Kaneki menoleh ke kanan untuk sekedar melihat-lihat apa ada orang didapur. Kaneki membulatkan matanya, langkah kakinya yang tiba-tiba berhenti dan terdiam seperti patung dipintu dapur saat melihat seorang wanita tergeletak di depan kamar mandi dengan kursi roda disampingnya.

"Apa dia pingsan!" ucap Kaneki yang berlari menghampirinya.

"Bagunlah! apa yang terjadi? apa kau baik-baik saja?" ucap Kaneki panik sambil menepuk-nepuk pundaknya. Rambutnya yang tergerai panjang itu menutupi sebagian wajahnya, sehingga Kaneki tidak bisa melihat wajah perempuan itu dengan jelas.

"A--duh kepalaku--" ucap seorang wanita yang mulai tersadar.

Lima menit sebelum Kaneki datang kerumahnya, rupanya wanita itu pergi kekamar mandi untuk membasuh wajahnya, tapi saat kursi rodanya memasuki lantai kamar mandinya yang licin, ia kehilangan keseimbangan dan terjatuh mambentur laintai dapur hingga tak sadarkan diri.

"Kau sadar? apa kau baik-baik saja?" ucap Kaneki panik. Wanita itu bangun dan menoleh kearah Kaneki dengan wajah pucat dan sorot mata yang sedikit kebingungan. "Kamu siapa?" tanya wanita yang ada dihadapan Kaneki, sepertinya wanita itu merasa sangat aneh melihat seorang pria asing berada dirumahnya.

Kaneki terdiam seribu bahasa saat wanita itu menatap matanya. mulutnya tidak berkutik sedikitpun dengan mata yang terus menatap kearahnya. Siapa dia? kenapa wajahnya tidak asing bagiku, apa aku pernah melihat dia sebelumnya? batin kaneki heran dan terus menatap matanya.

Kaneki merasa ada yang aneh dengan sorot mata wanita yang ada dihadapannya. Matanya.. tidak! hidungnya, bibir itu dan wajah ini. Yak! aku pernah melihat wajah ini sebelumnya. Batin Kaneki yang tidak memalingkan pandangannya sedikitpun.

"Hey ada apa? kamu siapa? kenapa kamu berada dirumahku?" tanya kembali perempuan itu yang heran melihat Kaneki terdiam dan terus menatapnya.

"Tidak. Aku datang kesini untuk memperbaiki mesin cucimu yang rusak," ujar kaneki.

"Memang benar mesin cuciku rusak, tapi aku tidak pernah memanggil tukang untuk memperbaikinya." Ucap wanita itu memandang wajah Kaneki seperti penuh dengan kecurigaan.

"Tetanggamu yang memintaku memperbaikinya, katanya mesin cucimu rusak, itu sebabnya aku kemari," jawab Kaneki.

"Sepertinya itu bibi Marlyna dia orang yang tinggal disebelah rumahku, dia memang sangat baik padaku," ucap wanita itu dengan suara lembut, dan menarik bibirnya yang pucat sehingga membentuk senyuman manis yang terukir diwajahnya.

Kaneki terdiam seperti terpesona melihat senyuman manis itu dihadapannya, sampai-sampai matanya tidak berkedip sedikitpun, matanya terus memandang wanita yang seperti tidak asing baginya "Mari, aku bantu untuk duduk dikursi rodamu," Kaneki mejulurkan telapak tangan agar wanita itu menggenggam erat tanganya untuk naik kekursi rodan.

Wanita itu memandang wajah kaneki, perlahan tangan yang lembut dan mungil itu menggenggam erat tangan kekar Kaneki, berusaha untuk berdiri dan duduk dikursi roda.

"Terimakasih banyak," ucap wanita itu yang sudah duduk dikursi rodanya.

Tangannya yang kecil dan dingin itu terus menggerakan roda yang ada disisi kanan dan kiri dengan kedua tangannya agar kursi rodanya bergerak ketempat yang ia tuju. "Itu mesin cuciku, disana." Tepat dipojok kiri dapurnya.

"Mesin cuciku tidak berfungsi lima hari yang lalu, apa kau bisa memperbaikinya?" tanya wanita itu pada Kaneki.

"Tentusaja, aku akan memperbaikinya," ucap kaneki.

Kanekipun langsung melihat-lihat pada bagian belakang mesin cuci yang berada di pojok dapur, "Tunggu! sepertinya aku lupa membawa alat-alatku untuk memperbaikinya!" ucap Kaneki.

Mereka berdua seketika terdiam saling menatap satu sama lain, Kaneki sendiri rupanya terkejut mengingat dia lupa membawa satupun peralatan yang akan dia gunakan antuk membongkar mesin cuci itu.

"Kau lupa membawanya?" tanya wanita yang duduk dikursi roda.

"Iya aku lupa membawanya. Entah kenapa aku terlalu bersemangat untuk datang kemari, sampai-sampai lupa membawa peralatanku ditoko," ujar Kaneki yang sedikit malu dengan kepala tertunduk dan terus melihat kebawah.

"Lalu bagaimana sekarang?"

"Apa kau punya pisau kecil? kita bisa membuka baudnya menggunakan ujung pisau itu, apa kau punya?" tanya Kaneki.

"Ada disana, sebentar aku akan mengambilnya."

"Tidak usah! biar aku saja," ucap Kaneki .

Tangan Kaneki mengambil pisau kecil yang tergeletak di atas meja kompor. " Ini sangat mudah, kita bisa menggunakannya untuk membuka baudnya," ujar Kaneki sambil membawa pisau kecil ditangannya.

Kaneki memang sudah biasa memperbaiki sesuatu entah itu mesin atau apapun, keahliannya itu ia dapatkan saat masih bergabung dengan port mafia Kaneki biasa merakit senjata api, meng otak atik barang elektronik seperti CCTV dan komputer, dia juga sering memperbaiki mesin mobil yang akan digunakan anak buah Bossnya untuk bertugas. Kaneki sudah seperti montir port mafianya, dia juga sudah biasa menyadap informasi dari musuh mafianya sehingga hal seperti ini biasa baginya.

Kaneki mulai membuka baud dengan ujung pisau ditangannya "Mesin cuci ini sepertinya sudah lama, mesin didalamnya sudah tidak berfungsi lagi. Kenapa kau tidak membeli yang baru?" tanya Kaneki dengan pandangan yang pokus dan tangan yang mulai memeperbaiki mesin cuci dihadapnnya.

"Aku tidak memiliki uang lebih untuk membelinya, mesin cuci sangat mahal harganya," ujar perempuan duduk dikursi roda yang dari tadi terus memperhatikan Kaneki memperbaiki mesin cucinya.

Kaneki menatap kearah watina itu dengan perasaan yang berbeda yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. "Kenapa kau terus melihatku begitu?" tanya wanita itu yang merasa heran melihat Kaneki terus menatap kearahnya.

"Tidak!" memalingkan muka dan lanjut membetulkan mesin cucinya.

Setelah beberapa menit Kaneki terus memperbaiki mesin cucinya tanpa satupun peralatan yang ia bawa. Kaneki hanya memanfaatkan benda yang ada untuk membongkar dan memperbaiki mesin cucinya yang rusak.

"Sudah selesai, aku akan coba menyalakan mesin cucinya, semoga saja menyala," ujar Kaneki.

Suara mesin cuci yang berputarpun terdengar.

"Mesin cucinya menyala," dengan wajah yang tersenyum bahagia melihat mesin cucinya menyala kembali.

Kaneki langsung mematikannya karna sudah tau bahwa mesin cucinya berfungsi kembali. "Untung saja, kupikir mesin tua ini tidak akan menyala," ujar Kaneki.

"Terimakasih banyak, tunggu aku lupa, kau mau minum apa? aku akan buatkan minuman untukmu," ucap wanita tersebut.

"Tidak usah, tidak papa aku harus kembali ketoko," ujar Kaneki canggung.

"Duduklah di ruangan sana! aku akan membuatkanmu kopi sebentar, emh maaf rumahku sedikit berantakan." Ucap wanita yang duduk dikursi roda itu.

Kanekipun berjalan kekursi panjang yang berada di pojok kiri ruang tengah tersebut dengan meja didepannya dan duduk disana. "Apa TV mu rusak?" tanya Kaneki yang melihat TV tua didepannya.

" TVku sudah lama rusak, satu tahun yang lalu mungkin. Ini silahkan, maaf sebelumnya, ini hanya air putih biasa, aku lupa ternyata kopinya sudah habis," ucap wanita tersebut dengan membawa sebotol air putih dan meletakannya dimeja.

"Tidak papa, maaf aku jadi merepotkanmu," ucap Kaneki canggung.

"Berapa semuanya?" tanya wanita itu.

"Semuanya apa?" tanya Kaneki yang tidak paham dengan pertanyaan wanita itu.

"Biaya perbaikan untuk mesin cuciku, tunggu sebentar aku akan mengambil uangku,"

"Tidak! jangan! kau tidak perlu membayar untuk itu." ujar kaneki.

"Aku masih bisa membayarmu," menatap wajah Kaneki.

"Tidak usah tidak papa. Tunggu! apa kepalamu baik-baik saja? sepertinya kepalamu terbentur cukup keras tadi, terdapat sedikit memar diatas matamu, apa itu sakit?" ujar Kaneki yang perlahan mendekati wanita itu untuk melihat memar yang ada di jidatnya, tapi mata Kaneki seketika teralihkan saat melihat bibir mata, hidung dan alis itu dihadapannya, semua itu seperti tidak asing baginya.

Sepertinya aku pernah melihat wajah ini sebelumnya, aku yakin aku pernah melihatnya! batin Kaneki.

"A--ku akan mengompresnya nanti," sepertinya wanita itu mulai merasa tidak nyaman dengan sorot mata Kaneki yang terus menatap dirinya dari tadi. wanita itu memalingkan wajahya agar Kaneki berhenti menatapnya. Suasananya mulai terlihat sedikit canggung, Kaneki sepertinya memiliki suatu perasaan yang membingungkan terhadapa perempuan itu, dia mulai mencari cara agar bisa secepatnya mengakhiri pembicaraan dan pergi dari sana.

Kaneki menarus selembar kertas kecil diatas meja. "Ini tanda pembeli ditokoku disana ada nomer telpon yang bisa kau hubungi, jika mesin cucimu rusak lagi hubungi nomer ini." ucap Kaneki.

Tangan mungi itu langsung mengambil kertas yang Kaneki taruh dimeja. "Terimakasih banyak untuk hari ini," ucap wanita itu sambil tersenyum, hanya senyumanlah yang bisa ia berikan untuk Kaneki, setelah dia menolak uang yang diberikannya.

"Aku harus segera pergi dari sini" -Kaneki berdiri dari kursi yang ia duduki- "Tunggu! Siapa namamu?" tanya wanita itu pada Kaneki yang berdiri didepannya.

"Mari kita berkenalan saat bertemu lagi nanti, aku harus segera pergi dari sini," ucap Kaneki yang tersenyum padanya.

"Baiklah, sampai bertemu kembali," ucap wanita itu tersenyum membalas senyuman Kaneki.

Kita pasti akan bertemu kembali! batin Kaneki yang melangkah pergi dari rumah seorang wanita yang belum ia ketahui namanya itu. ia bergegas pergi ketoko secepatnya.

"Jean pasti sedang menungguku ditoko! bisa-bisa dia memarahiku seperti seorang Boss !" ujar Kaneki dangan langkah kaki yang dipercepat.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login