Download App

Chapter 3: Syahra Afifah Maria (Part Syahra)

Namaku Syahra Afifah Mariah, hari-hariku selalu unik meski terkadang kegiatan ku setiap paginya selalu saja sama, kalian tahu kenapa? Karna, seseorang yang selalu membangunkanku dari mimpi. Satu-satunya keindahan dari dunia nyata ini.

“Syahra sayang, ayo bangun buruan! Udah subuh waktunya sholat. Ayo, siap-siap sholat subuh, gih!” Sembari menyingkap selimut yang menutupi seluruh badanku dan menarik kedua tangan ku dengan paksa.

“Aduh.. Ibu, jangan heboh subuh-subuh dong. Ini Syahra juga bakal bangun kok.” Balasku sembari melepaskan genggamannya.

“Tapi, nanti.” Tambahku, kemudian kembali tidur.

“Astagfirullah Syahra.. Bangun!” Teriakannya semakin kencang ketika aku mulai bermalas-malasan, ibu mengangkat tanganku kembali untuk membuat ku beranjak dari tempat tidur.

Yah.. Ibuku memang ibu yang sama seperti ibu, mama, bunda atau apapun panggilannya, mereka semua sama. Selalu bawel dan cerewet, dan rata-rata apa yang mereka katakan memang selalu benar. Suka bicara dengan keras, sekalipun jarak antara kami hanya berkisar 2 meter saja, walau memang maksudnya lembut dan baik. Tidak berhenti disitu saja, ibuku juga sangat disiplin dalam segala hal bahkan untuk sekedar bangun sampai tidur pun aku diaturnya.

“Syahra, makanannya jangan sampai gak dihabiskan yah! Mubazir.” Katanya sembari berjalan kesana kemari, sibuk sendiri dengan dapurnya.

“Hmm..” Balasku sembari mengunyah nasi gorong dimulutku, seolah gumamku cukup untuk memberi isyarat ‘iya’ pada ibuku.

Seperti biasa, aku kesekolah diantar-jemput ibu, kemana-mana dengannya seolah tidak ada hari tanpanya dihidupku. Karena itu pun, hari-hariku selalu saja sama walaupun terkadang kegiatan ku selalu berubah-ubah. Hanya teman-teman yang membuatnya sedikit berbeda, walaupun sejatinya aku tidak punya teman dekat, seperti kalian. Bagaimana tidak, ibuku selalu mengaturku dari mulai bangun hingga tidurku. Apa boleh buat aku jadi tidak sempat memiliki teman dekat, sahabat, apalagi pacar. Masa SMA ku yang membosankan makin terasa, ketika malam minggu menjemput.

“Syahra, ibu punya hadiah buat kamu, kesini bentar deh!” Teriak ibuku, seolah memaksa kaki ku beranjak dari kamar ke ruang tv.

“Hadiah apa sih bu? Inikan bukan hari ulang tahun Syahra. Syahra juga gak ngelakuin hal hebat hari ini.” Balasku semari berangsur berjalan ketempat ia duduk.

“Ah’ kamu. Emang, harus ibu kasih hadiah pas kamu ultah atau ngelakuin hal hebat aja? Nggak kan! Nah, ini pegang buat kamu sayang.” Jawab ibu menyodorkan kotak segi empat kedekapan tangan ku yang dingin karena AC ruangan.

Seketika ibu membuatku larut dalam bingung, sedetik sebelum aku membuka isi kotak segi empat itu.

“Buku! Buku lagi, bu?” Keluhku, seakan menyiratkan kebosanan ku akan buku-buku yang diberikan ibu setiap minggunya padaku. Bagaimana tidak, buku 1 bulan kemarin saja belum terbaca oleh ku, apalagi jika ditambah buku baru lagi. Otakku seakan ingin meledak jika memikirkannya.

“Iya dong. Tadi ibu liat di toko buku langganan kita, terus nemu yang pembahasan materinya lengkap dan mudah dipahami, sayang. Cocok buat kamu yang mau UN (Ujian Nasional). Bilang apa ayo!” Jelas ibuku, sembari membuat bahasa tubuh yang begitu lucu bagiku, hingga cukup membuatku relax sejenak karena melihat bahagianya ibu setiap kali aku menerima apapun yang diberikannya, meski pun aku tidak suka.

“Iya bu. Makasih banyak yah!” Jawab ku sembari mencium tangannya.

“Eitz, pipi ibu juga dong! ” Kata ibu dengan genit sembari menyodohkan pipinya mendekati wajahku, dan dengan ekspresi aneh aku menatap ibu. Hingga, tiba-tiba suasana menjadi sunyi.

Ibu pun lansung mengganti topic pembicaraannya.

“Nggak, becanda doang kok. Udah sana belajar lag, yang rajin yah, nak!” Ujarnya sembari memberi pelukan hangat.

Ibuku selalu saja seperti itu, tak ada yang berubah darinya meski umurnya sudah bertambah, ia selalu saja menjadi sosok ibu yang benar-benar ku kagumi. Tak letih menjaga ku dan masa depanku. Hingga, malam minggu yang seharusnya aku bisa keluar dengan teman-temanku atau bahkan pacarku (jika pun ada), malah dijadikan malam minggu dimeja belajar dengan para buku setia ini. Hingga, suatu ketika..aku harus meninggalkan rumah

Aku harus meninggalkan ibu dan rumah untuk pindah ketempat kos yang sudah jauh hari disiapkan, karena jarak rumahku dan kampus UI terlalu jauh, jadi aku harus kos ditempat lain untuk memudahkan ku pergi ke kampus nantinya. UI kampus yang selalu jadi cita-cita anak bangsa pada umumnya. Sampai-sampai ibu juga bersemangat untuk mengirimku kesana.

“Ibu, Syahrah pergi dulu yah. Ibu hati-hati dirumah, jangan sampai tidur malam-malam cuma buat nonton drama Turki atau bangun subuh-subuh cuma buat buka internet cari resep masakan terbaru.” Jelasku sembari mengejek kebiasaan ibu yang benar-benar diluar dugaan.

“Iya, gak usah khawatirin ibu.” Balasnya, seolah ingin menunjukan ia baik-baik saja. Walaupun aku tahu, dihati kecilnya yang paling dalam ia tak ingin aku pergi.

Lalu pikiran sedih itu pun lansung hilang. Karena raut wajah ibu tiba-tiba berubah ketika menatapku.

“Kenapa bu?” Tanyaku pelan.

“Aduh sayang, lekukan tubuh kamu keliatan tuh! Celana ketat, baju lengan pendek, rambut terurai. Sebagai muslimah yang baik, kalau kamu belum siap pakai hijab, kamu pakai pakaian yang tertutup dong, sayang! Masa muslimah kayak gini!” Jelas ibu.

Seakan memaksa ku untuk menolak aturannya, aku pun berkata,

“Loh, tapikan Syahrah udah besar, bu. Udah waktunya Syahrah nentuin mau pakai baju apa atau hal yang lainnya.” Keluhku dengan wajah resah.

“Oh..Jadi, udah mulai gak patuh dan gak taat perintah agama yah?” Balas ibu seolah tak mau kalah. Hingga, membuatku mau tak mau harus mengikuti aturanya lagi dan lagi.

“Iya deh, Syahra ganti.” Jawabku dengan nada lemah tak berdaya.

Itulah mengapa setiap hari terasa tidak pernah membosankan, meski dirumah kami hanya berdua saja, karena papa sudah lama pergi dari dunia ini. Tapi, itu tidak membuat ibu dan aku goyah, karena papa selalu ada dihati kami.

***


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C3
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login