Download App

Chapter 28: Chapter 28

"Kak tadi ada kiriman dokumen buat kakak diatas meja tuh", ujar Oskar saat melihat Liany baru masuk ke dalam ruang TV.

"Dari siapa?", tanya Liany.

"Ngga tau, ngga ada pengirimnya", ujar Oskar.

Liany melihat ke arah document itu lalu membukanya. Dia teramat kaget saat melihat isi dari dokument itu ternyata foto Nathan bersama wanita lain. Ada foto dia sedang berciuman dan bercumbu dengan wanita lain.

Mata Liany memerah namun sekuat tenaga dia menahan tangisnya. Liany langsung berjalan cepat naik ke kamarnya dan segera ditutupnya pintu kamar rapat-rapat. Liany mengambil bantal dan berteriak di dalam bantal itu.

Setelah tenang, Liany membereskan pakaiannya dan memasukkan ke dalam koper begitu juga buku-buku kuliah dan laptop nya. Setelah rapi, diambilnya kunci mobilnya lalu ia segera turun ke bawah. Oskar dan Alex yang masih duduk di tempatnya heran melihat Liany yang membawa koper dan tas.

"Kakak mau kemana? Kak Nathan kan belum pulang", ujar Alex.

"Pulang ke rumah papa yuk. Kak Nathan masih lama pulangnya, enak kita ke rumah papa aja", ajak Liany berbohong.

"Loh kak Nathan ngga apa-apa ditinggal? Ntar dia nyariin loh", ujar Oskar.

"Ya Uda kalau kalian masih mau disini. Kakak mau ke rumah papa", ujar Liany lalu berjalan keluar rumah.

"Kakak tunggu, kami ikut pulang", ujar Oskar dan Alex buru-buru membereskan barang-barang mereka. Sesampainya di luar, Liany sudah duduk di belakang kemudinya.

"Aku yang bawa ya kak", ujar Oskar.

"Iya, kamu aja yang bawa deh. Aku kunci pintu dulu", ujar Liany lalu ia turun dari mobil dan menuju ke pintu utama rumahnya.

Karena terburu-buru Liany malah mematahkan kunci rumah namun terselip senyum licik dibibirnya.

"Rasakan", desisnya lalu Liany berlari menuju ke arah mobilnya dan masuk ke mobil setelah mengunci pagar rumahnya.

Sepanjang perjalanan Liany benar-benar tidak konsen dengan percakapan adik-adik nya sehingga keduanya kesal saat mengajak Liany berbicara.

"Kakak kenapa si? Dari tadi diajak ngomongnya menyebalkan", ujar Alex.

"Tau nih si kakak. Eh aku mau beli martabak dulu ya sebelum pulang. Kangen mau makan martabak itu", ujar Oskar lalu berhenti di pinggir jalan.

"Kakak minta uang buat beli martabak", ujar Oskar menodongkan tangan ke arah Liany. Liany lalu membuka dompet dan memberikan beberapa lembar uang 100 ribuan.

"Banyak amat. Mau beli berapa porsi?", tanya Oskar.

"Terserah kamulah. Mau beli apa aja. Aku titip beli alpokat kocok aja", ujar Liany lagi. Saat ini yang ia perlukan sesuatu yang manis untuk mengurangi kesedihannya akibat foto-foto Nathan tadi.

Sesampainya di rumah Hendrawan, Liany langsung turun dari mobil dan lalu mencari Linda. Saat ia menemukan Linda, ditariknya Linda yang kebingungan ke arah kamar papanya.

"Tante mama tolong aku. Aku lagi sedih banget. Lihat ini", ujar Liany sambil memberikan foto-foto Nathan yang ia keluarkan dari tas kecilnya. Linda mengerutkan keningnya kebingungan melihat foto-foto itu.

"Ini beneran Nathan? Lihat mukanya si iya muka Nathan. Tapi masa si? Dia kelihatan sayang kamu banget kok kalau mama lihat dari sorot matanya", ujar Linda tak percaya.

"Kalau dia sayang aku ngga akan begini. Pantas saja sering keluar kota ternyata pacaran lagi sama perempuan lain bukan keluar kota", ujar Liany sangat marah.

"Sabar dulu sayang. Mungkin Nathan akan ada penjelasan nya. Kamu tunggu saja sampai Nathan menjelaskan ya", ujar Linda menasehati.

"Aku akan meminta cerai tante mama. Aku akan urus surat-surat nya segera", ujar Liany makin meradang.

"Sayang, jangan ambil keputusan disaat kamu sedang emosi. Kita tunggu Nathan saja dulu. Kita dengarkan pembelaannya. Kalau sudah jelas bagaimana nya, mama akan dukung semua keputusan kamu, papa juga", ujar Linda lembut.

"Ngga tante mama, mumpung aku juga belum terlalu jauh sama Nathan. Aku belum ditiduri Nathan kok, jadi aku masih aku yang dulu. Jadi lebih baik kami berpisah sekarang sebelum terlambat", ujar Liany kesal.

"Hah kalian sudah hampir setahun menikah tapi belum melakukan itu? Astaga", ucap Linda terkaget-kaget.

"Sudah perjanjian kami tante mama, dia tidak akan menyentuhku kalau aku belum mengijinkan. Mungkin ini memang takdir kami berdua", ujar Liany.

"Sayang ya sudah. Kamu istirahat saja dulu. Tenangkan pikiranmu. Setelah tenang baru kita diskusi lagi ya", ujar Linda.

"Ya sudah aku tidur di kamarku ya tante mama. Alex dan Oskar ikutan pulang juga sama aku tuh", ujar Liany lalu keluar kamar.

"Kakak itu kopernya sudah aku taruh di kamar kakak ya. Berat amat si", gerutu Alex.

"Makasih ya adikku yang baik. Besok ikut kakak shopping yuk. Ntar kakak beliin smartphone yang kamu mau kemarin", ujar Liany.

"Beneran? Iya mau", ujar Alex kegirangan.

"Aku juga mau dong kak", Oskar memelas.

"Ya Uda kamu sopirin kakak ya", ujar Liany lalu ia berjalan naik ke kamarnya di atas.

"Kenapa tuh anak?", tanya Hendrawan berbisik pada Linda yang duduk di sebelahnya.

"Dia dapat kiriman foto Nathan bersama perempuan lain. Dia marah besar pada menantu kesayangan mu itu", bisik Linda.

"Hah? Wah kurang ajar nih si Nathan. Cari gara-gara sama Liany", gerutu Hendrawan kesal.

"Kamu juga samanya sama anaknya. Dengarkan dulu penjelasan Nathan baru dukung Liany apa yang harus diambilnya", ujar Linda lembut.

"Tapikan dia sudah berjanji akan menjaga anakku baik-baik kok sekarang malah menyakiti anakku. Menyebalkan sekali", ujar Hendrawan kesal.

"Ternyata Nathan belum pernah meniduri Liany loh, jadi mereka belum pernah melakukan itu", bisik Linda pelan di telinga Hendrawan.

"Baguslah, jadi biar saja kalau mereka mau berpisah. Liany jadi bisa bebas lagi", ujar Hendrawan.

"Kamu malah mendukung anaknya untuk berpisah. Ah sudahlah, kita dengarkan saja dulu pembelaan Nathan saat dia kembali dari Luar Kota ya", bisik Linda lalu bangun dan berjalan ke dapur untuk membuatkan teh sore buat Hendrawan.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C28
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login