Rei langsung berlari berhambur memeluk Rani begitu ia melihat gadis itu. Pria itu merengkuh tubuh Rani yang terlihat sangat lemah. Kepergian Maya membuat gadis itu begitu terluka.
Rani merasa sangat bersalah karena ia tidak bisa menemani gadis itu di hari-hari terakhirnya.
"Rei," lirih Rani lemah.
Rei mempererat pelukannya, dan membelai lembut punggung Rani.
"Maaf, karena aku baru datang. Apa kau baik-baik saja?" tanya Rei pelan.
Rei tersenyum lemah dan mengangguk pelan.
Setelah memeluk Rani cukup lama, Rei pun melepaskan tubuh gadis itu dari dekapannya. Rei memperhatikan dengan seksama wajah Rani yang terlihat begitu pucat.
"Wajahmu pucat. Astaga Rani, apa yang terjadi padamu? Aku tahu dia sangat berarti bagimu, tapi kumohon jangan seperti ini, kau harus kuat!" Rei menatap dalam-dalam, manik mata Rani.
Rani langsung menundukkan kepalanya, air mata kembali mengalir begitu saja dari mata sayunya.
"Dia adalah saudara perempuanku, Rei," lirih Rani.