Download App

Chapter 2: Dunia Yang Membosankan

Halo, selamat pagi semuanya.

Baiklah, saat ini Saya akan sedikit bercerita tentang aktivitas harian Saya.

Ok. Sejak Saya berumur 13 th, Saya selalu konsisten melakukan latihan fisik selama 2 jam sehari, dan itu biasanya Saya mulai dari pukul 05:00 - 07:00 pagi. Tapi tergantung keadaannya juga, kadang waktu mulai dan durasi latihannya juga tidak menentu. Yah, semuanya tentu disesuaikan dengan kemauan dan kondisi Saya pastinya, ehem.

Yang penting Saya selalu melakukan hal tersebut setiap hari sejak saat itu, kecuali kalau Saya lagi ada halangan.

Pffffftttt, oke lanjut.

Model latihannya standar-standar saja, seperti Push up, Shit up, Squat jump, Full up, latihan gerakan bela diri, dan lari sprint sejauh 1 km. Ingat! Harus lari sprint bukan maraton, ya.

Dan kenapa Saya lari nya malah sprint?

Karena menurut pengetahuan Saya, memaksakan berlari sprint dalam durasi tertentu dapat meningkatkan kinerja jantung, memperluas pembuluh darah, serta akan menguatkan otot-otot tubuh sehingga dapat beroperasi jauh lebih baik dibandingkan dengan orang-orang normal pada umumnya.

Karena menurut standard Saya, Saya haruslah memiliki kekuatan, kecepatan, dan stamina layaknya seorang pendekar atau seperti para Super Hero yang ada di Film-Film!

Yah, karena pemikiran inilah Saya selalu merasa bosan dengan situasi kehidupan Saya saat ini.

Hhhhmmmm, mau bagaimana lagi karena pada saat ini Saya hidup di dunia normal dan damai.

Pokoknya semua serba normal.

Kadang-kadang Saya sedikit berharap akan terjadinya bencana alam agar situasi yang biasa-biasa ini menjadi lebih menegangkan!

Lanjut ke cerita.

Setelah selesai melakukan latihan, Saya mulai bersiap untuk membuat sarapan.

Maklumlah Saya masih belum memiliki pasangan, sekarang.

Hhhmmmmmmmm...

Bukannya Saya tidak bisa cari pasangan, yah. Tapi lebih ke Sayanya yang tidak mau menempatkan hati ini kepada wanita!

Karena menurut Saya, wanita itu adalah mahluk yang dinamis dalam artian jelek.

Ini murni karena pola pikir Saya, bukan karena trauma atau apalah, ok?

Saya pun berusaha memberi pembenaran kepada diri Saya sendiri.

Lalu setelah selesai memasak, Saya sedikit merapikan rumah.

".... Bruk ... Bruk ... Wuisshhhh." Ilustrasi suara bersih-bersih versi simple.

Setelah melihat jam yang sudah menunjukan pukul 08:00, Saya pun bergegas mandi dan bersiap untuk berangkat ke kantor seperti biasanya.

Ok, sebenarnya saat ini Saya bekerja di sebuah perusahaan besar yang berspesialisasi dibidang pertambangan.

"Padahal faktanya cuma anak cabang dari sebuah perusahaan besar. Maklumlah saat saat ini Saya tinggal di kota yang agak kecil. Yah, kita sebut aja itu kota B."

Barusan itu adalah isi pikiran Saya sendiri, dan hebatnya malah isi pikiran itulah yang suka melecehkan diri Saya sendiri.

Lanjut. . .

Saya biasanya ke kantor dengan mengendarai mobil jenis SUV double cabin 4x4 Turbo Carge 240 Hp!

Karena menurut Saya Mobil jenis ini memang sangat cocok dengan pekerjaan Saya, yang notabenenya memang lebih sering berada di luar lapangan tersebut.

Hhhmmmm, sebenarnya ini cuma mobil oprasional dari kantor, jadi intinya Saya tidak bisa nerequest mobil yang sesuai dengan keinginan Saya, jadi dengan terpaksa Saya sengaja membesar-besarkan tentang mobil ini.

"Bummmm.... tin ... tin ..."

Kemudian, Saya pun memacu mobil kebanggaan Saya ini dijalanan yang padat seperti biasanya, dan setelah berkendara selama kurang lebih 20 menit, akhirnya Saya pun tiba di kantor tempat dimana Saya bekerja.

Setibanya di kantor, Saya pun melakukan hal biasa yang juga sering dilakukan oleh orang-orang normal pada umumnya itu.

"Ehm, halo pagi Din?" sapa Saya kepada rekan wanita Saya.

"Yah, pagi juga Pak Rudy. Ehm. Anda bersemangat seperti biasanya, ya?" jawab Dina Karyawati cerdas berumur 25 tahun dengan parasnya yang manis dan agak keibuan.

Hhhmmmmm, pokoknya si Dina ini termasuk kedalam tipe wanita idaman Saya, deh.

Artis dan Model sekalipun harus mengakui bahwa Dina adalah sosok yang sempurna. Dia memiliki tinggi sekitar 170 cm, badan style'is, kulit putih bersih, pokoknya okelah.

Karna jujur saja, ya. Standar wanita Saya itu lumayan tinggi, loh?

Tapi sangat disayangkan si Dina ini sudah menikah, hhhmmm...

Dan asal kalian tahu, Saya itu termasuk kedalam golongan pria yang berpikiran idealis, ya. Ehem.

Tapi sekedar membayangkan sedikit itu wajar-wajar saja, Saya kira.

Asalkan pemikiran itu tidak sampai kita tindak lanjuti menjadi sebuah aksi, maka itu tidaklah masalah.

Dan Saya menjamin bahwa pemikiran ini adalah sebuah kebenaran!

Ehem. Yah, seperti inilah standar sikap dan perilaku patut yang selalu Saya pegang teguh.

Lanjut...

"Oh iya, Bos tadi mencari Kamu, Rud. Dia bilang kalo Kamu sudah datang, Kamu disuruh segera menghadap Beliau di ruangannya." lanjut Dina.

"Oh . . . Oke Din terima kasih. Ehm, ya kayaknya Bos mau naikin gaji kita, nih, hehehhe." Saya membalas sambil tertawa dan segera menuju ke ruangannya Bos.

Ketika sampai didepan pintu ruangan si Bos, Saya meminta izin untuk memasuki ruangan beliau.

"Tok tok tok"

"Permisi pak, ini Saya Rudy siap untuk menghadap?" Saya mengetuk pintu dan meminta izin untuk masuk.

"Silahkan masuk saja" jawab seorang pria paruh baya dari dalam ruangan. Dan Saya pikir, suaranya yang agak berat itu lebih cocok dengan karakter bandit.

Ok. Setelah mendapat izin, Saya pun memasuki ruangan Beliau.

Dan di sana Bos Saya sedang duduk di kursinya yang mewah, layaknya ia adalah Raja Tua yang telah lama berkuasa. Tubuhnya yang besar dan kekar, tangannya yang berotot, wajahnya yang juga persegi itu terlihat tegas dan garang, lalu kalung besar dilehernya yang terlihat mirip dengan jimat dari Dukun tersebut telah menambahkan kesan sangar dan mistis bagi setiap orang yang melihat sosoknya.

Ok. Dukun itu adalah kata lain dari Paranormal atau Cenayang jika kita merujuk pada bahasa yang ada di Novel-novel kebanyakan.

Lanjut...

"Oke Rudy, silahkan duduk?" Bos Saya pun mempersilahkan Saya untuk duduk.

"Iya Pak" Saya menjawab sambil duduk di kursi yang berada didepannya, tapi sebenarnya itu agak sedikit condong kebagian kiri dari meja Beliau, Uhum.

"Ok, Saya akan langsung saja ke intinya karna Saya sudah lama mengenal Kamu dan jelas Saya tahu bagaimana kepribadian Kamu, Rud. Jadi Saya akan langsung saja, ok?"

"Siap Bos, hehehe" Saya menjawab sambil terkekeh. Kemudian Bos Saya melanjutkan perkataannya.

"Sebenarnya ditambang yang baru-baru ini kita gali, para pekerja kita di sana telah menemukan sebuah reruntuhan, dan diperkirakan reruntuhan tersebut adalah sebuah situs prasejarah. Para ahli dan Arkeolog dari perusahaan pusat juga sudah datang untuk memeriksa reruntuhan tersebut. Tapi sangat disayangkan sampai sekarang mereka belum juga bisa memastikan apa dan untuk apa situs reruntuhan tersebut." Bos Roy pun menceritakan tentang masalah penemuan situs prasejarah kepada Saya, dan Saya pun mendengarkan beliau dengan seksama, dan menanggapi perkataan beliau.

"Ok Bos, Saya paham maksudnya"Saya menjawab sambil tersenyum ringan untuk menutupi gejolak dihati dan pikiran Saya saat ini.

"Hhmmmmmmm, yaaaaaahhhh ini dia bau-bau dari petualangan Saya yang akan segera dimulai!" Saya berkata liar didalam pikiran.

"Ok, Saya tahu kalau Kamu memang suka mempelajari tentang situs-situs bersejarah dan peradaban lain yang menyimpang dari logika kebanyakan orang. Jadi Saya mau Kamu turun ke lokasi dan membantu tim untuk memeriksa situs reruntuhan tersebut. Dan tenang, tentunya hal ini akan dirahasiakan. Saya tahu kamu pasti tidak mau dipanggil Dukun atau Paranormal oleh rekan kerja yang lain, kan? Hehehe." Bos Roy berkata sambil menunjukan senyum jahatnya yang sangat Saya sukai itu.

"Oke, siap Bos. Jujur ini sebenarnya adalah basic utama dari keahlian Saya, hehehe."

Kami berdua tertawa kecil dengan senyuman jahatnya masing-masing.

Sekarang kami berdua terlihat seperti penjahat yang sedang merencanakan sebuah aksi perampokan.

Dan akhirnya semua hal yang telah Saya pelajari selama ini akan benar-benar bisa diaplikasikan. Yah, Saya benar-benar berharap dengan yang kali ini. Saya berharap didalam hati.

Lalu kemudian, kami berdua pun melanjutkan pembahasan tentang persiapan dan rencana mengenai reruntuhan tersebut lalu bla bla bla bla...

Setelah kami selesai berbincang, Saya pun langsung meninggalkan ruangan beliau dan kembali melanjutkan kegiatan kantoran Saya seperti biasanya.

=========================

Akhirnya jam kerja telah berakhir, dan seperti biasa, Saya akan mulai bersiap-siap untuk pulang ke rumah.

Setelah selesai merapikan meja kerja, Saya segera keluar dari kantor melalui pintu depan seperti pekerja profesional pada umumnya.

Lalu?

"Tuk... Tuk... Tuk..."

Ternyata itu hanyalah suara langkah kaki Saya sendiri.

Lalu lagi?

"Pak Rudy? Pak Rudy?"

Saya pun menoleh ke arahbsuara tersebut karna kali ini Saya mendengar ada suara wanita yang memanggil-manggil nama Saya.

Hhmmm, ternyata itu adalah si Dina.

Lalu Saya pun segera menyauti panggulan dia tersebut.

"Eh, Udahan lah pake pak-pak'an segala kayak Akunya udah tua aja, Din? Fufufufufufufu, lagian udah bukan jam kantor lagi nih, tidak perlu formalitas."

"Hehe, udah kebiasaan pak Rudy. Ups, Maaf keceplosan lagi." Dina pun menanggapi, sambil tetap bercanda.

Melihat Saya hanya diam, akhirnya Dina mengatakan maksud sebenarnya dia menunggu Saya saat ini.

"Ya, Aku mau numpang pulang bareng nih, soalnya suami Aku lagi gak bisa jemput. Mmmmm sekalian makan juga, ya? Kan udah lama kita gak makan bareng, Rud?" Dina berbicara dengan sambil mengeluarkan senyum pamungkasnya. Dia bahkan sengaja sedikit menjulurkan lidahnya itu. Dan jelas itu sedikit mempengaruhi Saya. Ehem.

"Ugh . . . please Din. Jangan pasang muka yang menggoda seperti itu, ok. Ehm, Kamu tau kan, kalo Aku ini juga cowok yang normal? Lagian kan Udah dari dulu juga Kamu tahu bagaimana prinsip Aku?" Saat ini Saya meladeni perkataan Dina, dengan sambil sedikit berfantasi liar.

"Ok tenang. Meski rumput tetangga itu lebih hijau, itu tetaplah rumputnya tetangga, dan Saya bukanlah seekor kambing yang akan sembarangan memakan rumputnya tetangga!"

Saya terus berusaha membuat pembenaran didalam pikiran Saya, bahwa semua dasar pemikiran yang Saya percayai sampai detik ini adalah sebuah kebenaran!

"Ah . . . Kamu nya aja yang lebay kali, Rud. Cuma pulang bareng dan pergi makan aja kok sampai heboh gitu, sih. Huh, pikiran Kamu aja tuh yang kejauhan? Xixixixixixi" Dina pun membalas bersih perkataan Saya sehingga Saya pun tidak mampu untuk menyanggahnya.

"Ehm, oke oke. Lagian memang ada hal yang agak penting yang mau Aku bahas dengan Kamu, Din? Emh mungkin lusa Aku dapat tugas keluar kota dan kayaknya juga bakalan lama. Karna itu besok Aku mau pulang kerumah Orang Tua Aku. Yah, karna ada hal penting yang perlu Aku siapin juga" Saya pun mencoba mengalihkan pembicaraan ke topik lain untuk meredakan fantasi liar dikepala Saya tersebut.

"Oh, kalo gitu kita langsung jalan aja, Rud." tapi sepertinya Dina tidak memperhatikan ucapan Saya yang terakhir ini. Dia malah menarik tangan Saya, kemudian dia menyeret Saya masuk ke dalam mobil, lalu kami berdua pun pulang.

Yah, itu saja.

Bersambung...


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login