Download App

Chapter 2: Pernikahan

"Lepaskan aku! kau tidak berhak untuk mengatur hidupku," ujar Aira, sesaat menghempaskan tangan sang Ratu seraya menatap tajam perempuan paruh baya itu dengan tatapan yang begitu tajam.

"Kenapa aku tidak berhak mengatur hidupmu, sejak dulu ketika kau dilahirkan seharusnya waktu itu aku dan ayahmu melenyapkan dirimu seperti kami melenyapkan ibumu," ujar Ratu Seleva, sesaat tersenyum angkuh menatap kedatangan sang Suami Yang mulia Raja Indra.

"Yang dikatakan Ratu ku benar, kau harusnya bersyukur kau akan menikah dengan pangeran Edward. Sebagai, putri seorang budak kau harus bersyukur walaupun kau adalah putriku jangan lupa akan kesepakatan kita!" ujar Raja Indra, menatap tajam Aira sehingga membuat perempuan itu semakin bingung akan apa yang terjadi.

**

Sesaat, sang Raja tanpak menyunggingkan senyum sinis menatap putri dari salah seorang gudiknya yang telah lama pergi. Helena, memang putri kandungnya dan bukan berarti gadis muda di depannya akan mendapatkan segalanya seperti seorang putri kebanyakan.

"Ambil belati ini!" ujarnya, sesaat membuat Helena atau Aira tampak menyunggingkan senyum sinis.

"Aku harap kau tidak akan mencoba untuk menghabisi dirimu sendiri, aku akan kembali mengingatkan dirimu...,"

"Kau akan mendapatkan, segalanya seperti seorang putri bangsawan. Jika, kau berhasil membunuh suamimu." Mendengar, perintah sang Raja sesaat membuat Aira membelalakkan matanya terkejut dan melihat reaksi Aira yang demikian sesaat membuat sang Raja tersenyum angkuh.

"Kau pasti bisa melakukannya, aku akan memberikan segalanya padamu termasuk status Putri seperti yang kau inginkan!" ujar sang Raja, seketika membuat Aira tampak memegang kepalanya yang terasa nyeri seraya memundurkan langkahnya.

"Kau, tidak perlu berpikir bukan? Sekarang, ayo semua orang sudah menunggu kita!"

**

Aira, berjalan dengan begitu anggunnya sesaat menatap sang Calon mempelai laki laki yang kini tampak menatap matanya dengan tatapan yang begitu tajam. Melihat, tatapan itu sesaat membuat Aira langsung menundukkan kepalanya dengan perasaan begitu bingung.

Sungguh, ia tak mengerti bagaimana bisa ia berada di tempat ini dengan Nama Helena dan jika, ia harus terdampar di suatu tempat harusnya ia terdampar di rumah sakit atau jika tidak di kamarnya. Satu satunya ingatan yang ada dalam benaknya adalah ketika ia jatuh dari tebing saat ia mengendarai sepeda dan tanpa sengaja ada sebuah motor yang menyerempetnya. Dan, bagaimana bisa ia sampai di tempat ini yang selalu saja merendahkan dirinya sebagai seorang putri dari gudik raja.

Sungguh..., Mengingat panggilan itu sesaat ia menatap laki laki paruh baya yang tengah menggandengnya dengan perasaan berkecamuk. Sungguh, ia ingin sekali menusukan belati yang saat ini berada di tangannya, pada laki laki yang menjadi Ayah dari perempuan bernama Helena.

"Kau harus, ingat tugasmu!" bisik laki laki itu, sesaat menyerahkan Aira pada laki laki asing yang ia ketahui bernama Edward itu.

**

Sesaat, Aira menutup matanya begitu mengingat akan kejadian beberapa jam yang lalu saat upacara pernikahan terjadi, entah kenapa secara tiba tiba tangannya merasa gemetar saat akan menusukan belati yang saat ini ia simpan di bawah tempat tidurnya.

Ckekkk...

"Kau, kenapa kau ada di sini?" ujar Aira, sesaat membuat Edward tersenyum sinis.

"Tck, pertanyaan bodoh. Apa, salah seorang suami masuk ke dalam kamar pengantinnya hemm...," ujar Edward, sesaat menyentuh lembut dagu Aira. Sungguh, diperlakukan seperti itu membuat Aira menjadi risih.

Berbeda, halnya dengan Edward yang begitu tampak menikmati raut ketakutan sekaligus raut risih dari wajah Aira. Ahh, ia ingat akan raut wajah dimana perempuan yang saat ini berada di depannya sempat akan menyerangnya menggunakan belati.

Cihhh.., sungguh murahan sekali seorang raja Indra menukar putri yang merupakan seorang bangsawan, dengan Putri salah satu gudiknya. Tapi, tidak masalah dengan hal itu, lagipula ia juga tidak tertarik dengan pernikahan ini yang semata hanya ingin melenyapkan nyawanya saja. Perlahan, ia menatap mata perempuan yang ia ketahui bernama Helena itu dengan begitu intens.

"Tatap mataku, Istriku!" ujar Edward, sesaat menatap penuh keangkuhan menatap mata Aira yang perlahan beralih menatap matanya.

Sesaat, Aira tampak terdiam namun ada perasaan takut yang saat ini tengah membelanggu pikirannya sesaat ketika laki laki yang saat ini menjadi suaminya, perlahan tampak bola matanya berubah warna menjadi merah. Dan detik berikutnya ia dapat merasakan deru nafas laki laki itu menerpa kulit wajahnya sebelum akhirnya merasakan sebuah ciuman.

"Aku tidak tau, apa yang membuat Yang Mulia Raja Indra membuat dirimu menikah dengan Monster seperti diriku!" ujar Edward, ambigu sesaat ketika ia membuka resleting gaun yang dikenakan Aira.

"Apa, yang kau katakan. Dan, hentikan kelakuan cabul mu itu!" ujar Aira, merasa baru saja mengalami pelecehan. Bukannya, berhenti Edward semakin memajukan tubuhnya kearah Aira yang semakin memundurkan langkahnya hingga kepala ranjang.

"Tentu saja, melakukan hal yang semestinya!" ujar Edward tersenyum menyeringai, sesaat menampilkan bola matanya yang tampak berwarna merah.

"Apa kau pikir aku akan takut dengan trik softlens mu itu!" ujar Aira, berpikir jika laki laki yang saat ini berada di depannya sedang melawak.

"Lepaskan aku," ujar Aira, mencoba mendorong kepala Edward yang saat ini tengah berada di tengkuknya, sehingga menimbulkan sensasi geli tersendiri baginya.

"Ahhh,.., Lep aghhh.. pas .," Geram Aira, sesaat membuat Edward menyeringai pelan.

"Aku, tidak mengerti dengan apa yang kau katakan!" ujar Edward sesaat bangkit berdiri, melepas pakaian bagian atasnya sesaat membuat Aira langsung menitip matanya ketika laki laki itu bertelanjang dada.

"Gunakanlah, kembali pakaianmu!" Teriak Aira, begitu risi menatap tubuh bagian atas Edward.

"Kenapa kau harus risih, bukankah kau ingin membunuh diriku!" ujar Edward, sesaat menarik Aira hingga berdiri.

**

Sesaat, Aira merasa jika dirinya tidak akan pernah bisa bernafas lega sesaat ketika laki laki itu menatap dirinya dengan tatapan mata yang begitu merah menyala. Bukan, tatapan itu yang membuat dirinya takut melainkan sesuatu yang tumbuh dari punggung laki laki itu yang terlihat berbentuk sebuah sayap.

"Bagaimana, apa kita bisa memulai per... Eh..," ucapan Edward, sesaat terputus begitu Aira jatuh pingsan.

Sedikit, mendecih pelan perlahan ia angkat tubuh perempuan yang saat ini menjadi istrinya dan meletakkannya di atas tempat tidur, sebelum akhirnya matanya tampak menatap sebuah kelelawar yang tengah terbang di depan kaca jendela kamar pengantin baru itu.

"Kau, terlihat lezat sekali!" ujar Edward, pada dirinya sendiri sesaat ketika ia menangkap kelelawar tersebut. Tersenyum, sebelum akhirnya tampak perlahan giginya menampilkan sebuah taring dengan senyum penuh seringai dan memakan kelelawar itu dengan hidup hidup.

"Kurang nikmat, andai aku bisa menikmati dirimu saat ini!" ujar Edward, setelah memakan santapannya menatap Aira dengan pandangan angkuh.

**


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login