Download App

Chapter 2: Perang Dunia Kultivator

Saat pedang milik Song akan mengenai Wang, tiba-tiba seseorang menghentikan laju pedangnya dengan menggunakan tangan kosong.

Jelas hal tersebut membuat Song terdiam membisu, belum lagi terdapat retakkan sehalus rambut yang terdapat di pedang miliknya.

Belum sempat Song tersadar dari keterkejutannya, tiba-tiba sebuah cahaya berwarna emas muncul dari tangan seseorang yang menahan laju pedangnya.

Ketika cahaya itu semakin terang, tubuh Song sudah terpental jauh beberapa puluh meter kebelakang.

Pedang yang ia gunakan seketika hancur berkeping-keping, dengan cepat Song kembali bangkit dan menatap tajam kearah seseorang yang kini berada di hadapan Wang yang masih memejamkan mata.

Sedangkan Wang yang tidak merasakan apapun, secara perlahan membuka kedua matanya. Dan betapa terkejutnya ia saat mendapati seorang pria paru baya yang usianya mungkin lebih muda darinya sedang berdiri di hadapannya.

Tanpa berkata apapun, pria sepuh itu menarik jubah yang di kenakan Wang dan membawanya melesat kearah Song. Dan hal serupa pun terjadi kepada Song yang masih tidak menyadari situasi yang sedang terjadi.

Bertepatan dengan menghilangnya ketiganya, sebuah ledakan besar tiba-tiba terjadi hingga membuat padang gurun tersebut bergetar hebat.

Hanya dalam sekejap mata, ketiganya menghilang dan muncul di sebuah tepi danau dengan pemandangan yang sangat menakjubkan.

Pria paru baya itu melemparkan tubuh Wang dan Song dengan mudahnya hingga terpental puluhan meter jauhnya.

"Menyedihkan, apa ini kedua jagoan aliran hitam dan putih yang paling di takuti di seluruh Benua Teratai Merah." Ucapnya mengejek.

Mendengar perkataan yang di lontarkan oleh pria paru baya tidak di kenal itu membuat Wang dan Song sedikit tersinggung.

Keduanya kemudian berdiri secara bersamaan, namun hal paling mengejutkan pun terjadi, Wang dan Song tidak bisa merasakan Qi mengalir di tubuhnya atau bahkan di tempat tersebut memang tidak ada Qi sedikitpun.

"Tempat macam apa ini?" Gumam Wang sambil melirik kearah Song.

"Aku-! Aku tidak bisa merasakan Qi sedikitpun di dalam tubuhku, sebenarnya apa yang terjadi?"

Wang maupun Song merasa keheranan dengan situasi yang sedang terjadi, sampai keduanya tidak menyadari jika pria sepuh dengan rambut berwarna merah itu semakin mendekat.

"Tidak heran jika Benua Teratai Merah adalah yang terlemah..." Pria sepuh itu menggelengkan kepalanya pelan."Tanpa Qi kalian berdua sama saja dengan manusia bisa."

"Saudara, siapa sebenarnya dirimu? Dan-! Dan tempat macam apa ini?" Wang yang lebih dulu menyadari jika pria sepuh itu sudah berdiri di hadapan keduanya memberanikan diri untuk bertanya.

"Hm, siapa aku? Aku memiliki banyak nama, tapi orang-orang sering memanggilku Fang Xiao, terserah kalian mau memanggilku apa..."

Song seketika mundur beberapa langkah saat melihat pria paru baya yang beberapa saat lalu menahan laju pedangnya sudah berdiri di hadapannya.

Kejadian yang baru saja terjadi itu masih membekas dalam ingatannya, bagaimana bisa ada seseorang yang mampu menghancurkan pedang kualitas terbaik dengan begitu mudahnya. Song yakin jika Jultivator Surga dengan gerbang ke 7 pun akan sulit melakukannya, bahkan untuk membuat goresan sedikitpun tidak akan bisa.

"Tempat yang kau maksud adalah sebuah dimensi buatan ku sendiri, memang aku sengaja menciptakan dimensi tanpa adanya Qi ataupun energi yang lainnya."

Perkataan yang baru saja di lontarkan oleh pria sepuh itu membuat Wang sangat terkejut, namun dengan cepat ia berusaha menyembunyikan rasa keterkejutan itu.

"Lalu, untuk apa Saudara Fang membawa kami berdua ketempat ini?"

Wang berusaha sebisa mungkin untuk tidak menyinggung pria sepuh berambut merah itu, terlebih lagi ia sama sekali tidak bisa membaca tingkat kultivasinya.

Fang Xiao terdiam sejenak, "Kalian berdua sudah terlalu lama mencapai Tingkat Surga gerbang 12, tetapi selama 100 tahun tidak ada satupun dari kalian yang terlihat akan menembus alam yang lebih tinggi".

Fang Xiao menggelengkan kepalanya pelan, harus di akui memang dari ke 6 Benua yang ada, hanya Wang dan Song yang paling muda dan berhasil mencapai puncak keabadian.

Namun saat ia mengetahui jika keduanya ingin saling membunuh satu sama lain, dirinya tidak bisa tinggal diam.

Jika salah satu diantara keduanya mati atau terluka parah, semua usahanya akan menjadi sia-sia.

"Apa maksud dari perkataanmu itu Saudara?" Song yang sejak tadi memilih diam mulai bersuara, ia sedikit tidak senang dengan perkataan yang di lontarkan oleh pria sepuh yang mengaku bernama Fang Xiao itu.

"Aku tidak memiliki banyak waktu lagi, aku akan memberi kalian waktu 100 tahun untuk menembus alam yang lebih tinggi dari Tingkat Surga."

"Saudara ini-!" Wang kembali di kejutkan dengan sesuatu yang terdengar sangat mustahil.

Bohong jika selama ini dirinya tidak berusaha menembus tingkat yang lebih tinggi dari Kultivator Surga, namun seberapa keraspun ia mencobanya, dirinya tetap tidak bisa melakukannya.

Terlebih lagi ia tidak mengetahui tingkat lanjutan dari Kultivator Surga.

"Tingkat Nirwana adalah tingkat lanjutan dari Tingkat Surga." Kata Fang Xiao sabil tersenyum tipis.

"Dengar, aku tidak punya banyak waktu untuk menjelaskan lebih rinci tentang apa yang terjadi, namu satu hal yang kalian harus ingat adalah seluruh dunia sedang dalam bahaya besar."

Fang Xiao kemudian menjentikkan jarinya, dan seketika tempat yang semula tidak memiliki Qi itu berubah menjadi tempat yang di penuhi dengan Qi yang sangat tebal.

Bahkan ketebalannya mencapai 10x lipat dari tempat terbaik yang pernah ada di Benua Teratai Merah sekalipun.

Kekuatan Wang dan Song pun kembali seperti sedia kala, bahkan luka-luka yang di derita oleh keduanya seketika menghilang.

"Jika kalian ingin kembali melanjutkan pertarungan yang sempat tertunda dan menghancurkan tempat ini, akan ku pastikan kalian akan merasakan pedihnya siksa neraka."

Fang Xiao mengeluarkan aura berwarna emas bercampur biru yang menekan tubuh Wang dan Song hingga membuat keduanya terpaksa berlutut di bawah kaki Fang Xiao.

Setelah mengatakan itu, Fang Xiao tiba-tiba menghilang, meninggalkan Wang dan Song yang masih terdiam membisu.

"Apa kalian akan terus seperti itu." Ucap sebuah suara yang mengagetkan keduanya.

Sontak saja kedua pria paru baya itu berbalik dan mencari sumber suara tersebut.

Dan betapa terkejutnya mereka saat mendapati seorang gadis remaja yang memiliki kecantikan luar bisa berdiri di hadapan keduanya.

Dengan gaun berwarna biru cerah bercampur perak, gadis cantik yang di perkirakan berusia 20 tahun itu benar-benar sangat mempesona.

Bahkan Wang dan Song yang sudah berumur pun menelan ludahnya dengan kasar.

"Nona, siapa kau?" Tanya Wang pelan.

"Namaku Delima, senang bertemu kalian saudara Wang dan Song." Ucapnya lembut.

****

Sedangkan di Benua Teratai Merah, kabar tentang menghilangnya dua jagoan terbaik Wang dan Song dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru.

Jelas hal tersebut membuat gempar dunia kultivator, banyak yang mengatakan jika menghilangkan kedua jagoan aliran hitam dan putih itu akan memicu perang besar terjadi.

Di tempat lain, di sebuah dataran tinggi, berdiri salah satu sekte terbesar yang pernah ada di Benua Teratai Merah, terlihat seorang wanita paru baya namun masih terlihat cantik sedang duduk di atas kursi singasana-nya.

"Kabar tentang menghilangnya Patriach Wang dan Patriach Song sudah menyebar ke seluruh Benua Teratai Merah, kita harus mempersiapkan diri untuk perang besar yang pasti akan terjadi."

"Senior Ling Yi, bukankah itu terlalu berlebihan. Pihak aliran hitam pasti mengetahui jika bukan aliran putih yang menyebabkan menghilangnya Senior

Black King."

Wanita paru baya yang di ketahui bernama Ling Yi tersebut seketika menatap tajam kearah pria sepuh yang duduk di samping kanannya.

"Saudara Xu Kai, bisakah kau menjamin perkataanmu itu?" tanyanya dingin, "Aliran hitam akan menggunakan kesempatan ini untuk memicu peperangan, jika kau-"

"Hormat para senior sekalian, maafkan atas kelancangan ku ini. Saya ingin menyampaikan kabar jika aliran hitam sudah bergerak dengan jumlah yang sangat fantastis, saat ini mereka hampir sampai di perbatasan aliran netral"

"Apa!" Teriak mereka secar bersamaan.

Jelas hal tersebut membuat semua orang terkejut.

Namun Ling Yi dengan cepat memerintahkan para tetua untuk menyiapkan pasukannya.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login