Download App

Chapter 34: Bab 34 Apa Aku Pernah Bilang 'I love you'

"Jadi kenapa kamu menghubungi kami saat kamu mabuk selama jam kerja? Kau sadar, kan kalau Louisa dan aku juga bekerja?"

"Oh, ayolah, Harry. Kita semua tahu betul bahwa kau lebih suka keluar dari kantormu daripada menghadapi karyawan wanita yang mengerumunimu seperti semut."

Harry tertawa geli mendengar komentar Louisa. "Memang benar. Jadi, apa yang terjadi?"

Sebelum menjawab pertanyaan Harry, Declan mengambil segelas margarita lagi, membuat Harry menggelengkan kepalanya. Ini adalah pertama kalinya dia melihat Declan minum lebih dari dua gelas meskipun pria itu memiliki toleransi yang sangat rendah terhadap alkohol.

"Aku rasa ada yang salah denganku. Mungkin aku sudah menjadi gila."

"Kenapa kau berpikir seperti itu?" Harry menjadi tertarik pada apa yang membuat sahabatnya merasa dia sudah gila. Ia meminum minumannya sendiri sambil menunggu jawaban yang akan keluar dari mulut Declan.

"Sepertinya aku telah jatuh cinta."

Cough!

Harry hampir saja menyemburkan minumannya dan terbatuk beberapa kali akibat tersedak. Di sisi lain, tubuh Louisa menegang, dan matanya menjadi keruh, tapi dia kembali ceria dan bertanya dengan nada norma sehingga kedua sahabatnya tidak menyadari perubahan ekspresinya.

"Siapa gadis yang beruntung itu?"

"Seandainya memang seorang gadis. Orang yang kusukai adalah seorang anak laki-laki."

Cough, cough!

Harry tersedak air liurnya sendiri, dan untuk kesekian kalinya, dia menepuk dadanya untuk meredakan batuknya saat mendengar jawaban tak terduga dari sahabatnya.

Declan jatuh cinta? Itu berita besar karena Harry tahu tidak peduli seberapa cantiknya wanita yang mendekati Declan, pria itu tidak pernah bereaksi. Bahkan ketika Declan meminta bantuan Louisa untuk menjadi teman kencannya sehingga ibunya tidak lagi mengatur kencan buta, Declan tidak merasakan apa-apa terhadap gadis itu.

Sekarang Declan mengaku telah jatuh cinta? Tentunya Harry sangat penasaran dan ingin bertemu dengan wanita yang telah berhasil membuka pintu hati pria yang tertutup itu.

Tapi ternyata Declan jatuh cinta dengan laki-laki?! Itu berita yang sangat mengejutkan, gila, dan mematikan.

Sejak kapan Declan menjadi gay? Haruskah dia mulai menghindarinya?

Tanpa disadari mereka semua, Harry menggeser kursinya menjauh dari Declan, dan sangat disayangkan pria itu menyadari sedikit gerakannya.

"Hai, sweety. Kenapa kamu menghindariku?" Declan melingkarkan tangannya di leher dingin Axel dan menarik pria itu lebih dekat dengannya. "Sekarang aku melihatnya, mata birumu begitu memesona."

Harry sudah terbiasa dengan suhu dingin, dan di dunia ini, satu-satunya orang yang bisa berdiri di tengah musim dingin tanpa memakai jaket atau pakaian tebal adalah dia seorang.

Tetapi saat dia mendengar bisikan Declan karena memuji matanya membuat punggungnya gemetar ketakutan seakan tubuhnya menggigil kedinginan. Saat ini dia ingin menyiramkan air dingin ke kepala temannya.

Tidak. Dia ingin muntah di wajah Declan!

Sementara itu, Louisa membeku beberapa saat tanpa mengetahui bahwa Declan saat ini sedang main mata dengan teman prianya yang lain. Saat dia menyadari bahwa wajah kedua pria itu semakin dekat, Louisa berdiri dan menyelipkan tangannya di antara mereka berdua untuk memisahkan mereka.

"Declan, kau sudah mabuk. Sudah saatnya kau pulang."

"Tidak, aku tidak mau, dan aku tidak mabuk."

"Kau mabuk. Ayo," Louisa mencoba meraih tangan pria itu untuk membawanya pulang, tapi dia merasa seperti sedang menarik rantai yang tertanam di dinding. "Harry, bantu aku."

"Uhm... Kenapa aku berdetak kencang dengan rayuannya?" tanya Harry, membuat Declan menyeringai mengejek.

"Harry!!"

"Aku cuman bercanda." Harry mengangkat tangannya pasrah karena dia bisa merasakan mood buruk gadis itu. "Lagipula, kurasa dia belum mau pulang. Kurasa tidak apa-apa jika kita tinggal di sini sebentar."

Declan tersenyum geli mendengar komentar temannya, lalu mengangkat gelasnya yang sudah terisi margarita favoritnya.

"Apakah aku pernah mengatakan bahwa aku mencintaimu?" tanya Declan, menghabiskan minumannya dalam satu tegukan.

"Apakah kau yakin ingin membiarkan dia tinggal di sini lebih lama?" Louisa mengangkat alis ke arah Harry, yang kini tampak pucat mendengarkan ungkapan cinta dari orang yang paling tidak diharapkannya untuk menyatakan cinta kepadanya!

Yah, dari awal, paras tampan Harry selalu terlihat pucat karena kulitnya yang seputih salju. Namun saat Declan mengatakan pria itu mencintainya, wajah pria bermata biru seperti samudra itu semakin pucat sehingga warna bibirnya tak jauh berbeda dengan kulit di wajahnya.

"Dia benar-benar mabuk." adalah komentar singkat Harry..

"Aku sudah bilang sedar tadi!" gerutu Louisa.

"Satu lagi!" seru Declan kepada bartender, meminta minuman lagi.

"Tidak, tidak, tidak. Kurasa sudah waktunya untuk kembali."

"Thanks god!" Louisa memutar matanya begitu Harry mencegah bartender itu menyiapkan minuman untuk Declan.

Setelah membayar minuman yang dibeli Declan, Harry membawa pria itu ke mobilnya. Begitu Declan masuk ke mobilnya, pria itu langsung pingsan dan tertidur di kursi penumpang.

"Fiuh. Apakah dia kesurupan? Mungkin seseorang menggunakan voodoo padanya?"

"Serius? Kau percaya itu?"

"Siapa tahu?" Louisa mengangkat bahunya dengan acuh tak acuh.

"Ayo. Aku akan mengantarmu pulang." Harry menawarkan diri sembari membuka pintu di sebelah pengemudi layaknya seorang gentleman.

"Bagaimana dengan dia?"

"Jangan khawatir. Aku akan membawanya pulang setelah mengantarmu."

Louisa memberinya senyuman tipis, tapi setelah Harry tidak melihat wajahnya, senyumnya berubah masam.

Jika seandainya Harry tidak bersama mereka, Louisa akan menggunakan kesempatan ini untuk membawa Declan ke hotel. Dengan begitu, dia bisa membuat pria itu bertanggung jawab atas pemerkosaannya saat mabuk.

Declan hampir tidak pernah meminum minuman beralkohol tinggi karena pria itu tahu dia memiliki toleransi yang sangat rendah terhadap alkohol. Siapa yang menyangka Declan akan minum alkohol sampai mabuk di siang bolong, dan dia melewatkan kesempatan emas ini.

Mengapa Declan juga menghubungi Harry? Pria itu seharusnya hanya menghubunginya saja. Dengan begitu dia bisa berduaan dengan Declan dan membuat pria itu menikahinya.

Louisa turun dari mobil Harry dengan berat hati dan berpisah dengan kedua pria itu. Untuk mendekati dua pria terpopuler sepanjang masa, Louisa bertindak sebagai gadis yang lembut dan manis untuk membuat kedua pria itu merasa nyaman dengannya dan menerimanya masuk ke lingkaran mereka.

Louisa cukup sabar menunggu untuk menggaet salah satu dari mereka sampai dia menyadari bahwa Harry telah memutuskan untuk tidak jatuh cinta. Louisa mengubah targetnya dan sekarang matanya hanya mengarah ke Declan. Dia cukup puas bahwa satu-satunya wanita yang menjadi teman dekat pria itu adalah dirinya sendiri.

Tetapi kesabarannya semakin menipis ketika dia mendengar bahwa Nyonya Black telah memilih seorang menantu perempuan. Mengapa wanita itu memilih gadis lain ketika dia sudah memenangkan hatinya?

Siapakah wanita itu? Siapakah yang disebut pengantin impian yang dipilih Ny. Black untuk Declan?

Dia harus mencari tahu secepatnya.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C34
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login