Download App

Chapter 14: Hadiah ilegal?

"Ibu…" Dinda langsung mendekat dan membopong tubuh Tiara, lalu bertanya, "Nenek, apakah Ibu melakukan kesalahan, sehingga Nenek memperlakukannya seperti ini?!"

Oma memandang Dinda sinis, mengambil kotak hadiah dari meja dan melemparkan kotak itu ke arah wajahnya.

"Kamu masih bertanya apa kesalahanmu. Apakah kalian tahu hari apakah ini? Hari ini hari tunangan Nona dan kalian memberi barang semacam ini? Apakah kalian ingin keluarga Roger untuk melihat lelucon keluarga kita? Apa yang kukatakan ke kalian sebelumnya? Kalian sengaja memberi hadiah ini?"

Dinda mengangkat Kembali kotak hadiah, dan di dalam sana terdapat kalung perak yang sudah dibeli kemarin.

Harus diketahui bahwa dirinya sendiri tidak pernah memakai kalung yang begitu mahal. Hari biasanya, baik ia maupun Tiara, masih pikir-pikir untuk membeli perhiasan semahal itu.

Walaupun seperti itu, neneknya masih merasa hadiah ini terlalu murah, mempermalukan keluarga Siregar!

Ia bisa-bisanya begitu pilih kasih!

Dinda merasa sangat sedih.

Dan di saat ini, ia tiba-tiba menemukan Ayahnya yang tengah berdiri di dalam kerumunan.

Ia langsung melihat Ayahnya dengan wajah yang meminta tolong, berharap Ayahnya bisa membuka mulut untuk memohon kepada neneknya.

Tapi setelah mereka saling menatap, Tono maju dua Langkah, lalu Kembali lagi ke dalam kerumunan. Pandangannya mulai menghindar, tidak berani menatap Dinda langsung.

Hati Dinda pun mulai kecewa, bahkan Ayahnya saja tidak bisa melindungi mereka. Siapa lagi yang bisa melindungi mereka dari keluarga ini?

"Nenek, ada sesuatu yang terjadi pada Ayah, sehingga seluruh tabungan yang ia miliki terpakai dan sekarang masih hutang sebanyak enam belas miliar. Kalung ini sudah termasuk perhiasan yang sangat mahal. Apalagi yang nenek mau?!" ujar Dinda geram.

Mendengar ucapannya, wajah Oma seketika memerah, lalu langsung mengambil gelas the dan ingin melempar kea rah mereka berdua.

Dinda pun langsung berbalik badan, memeluk Ibunya, berencana untuk menjadi tameng bagi Ibunya.

Dukk!

Gelas teh jatuh ke lantai dan pecah. Rasa sakit yang ia pikirkan sama sekali tidak menyerang kearahnya.

Dinda menoleh balik dan baru menemukan bayangan tubuh yang besar berdiri di hadapannya.

Andi seperti tidak bisa merasakan sakit dan perih di belakang punggungnya, lalu bertanya kepada Dinda penuh perhatian. "Kamu tidak apa-apa kan, sayang?"

Dinda menggelengkan kepalanya, tapi hatinya merasa hangat.

Ia tak sangka bahwa suami tak bergunanya ini bisa-bisanya muncul melindungi dirinya di saat yang tepat.

Sedangkan saat ini terdengar suara dari luar. "Nenek, Paman Ari membawa mobil Porsche-nya datang!"

Orang yang mengatakan itu adalah kakak laki-laki kandung Nona, Opet.

Opet ini juga bukan orang yang baik, biasanya bersantai-santai, cuek dan tidak kompeten. Karena ia adalah cucu kandung Oma, jadi ia sangat disayang Oma, sehingga dirinya bertingkah bebas di keluarga Siregar.

Ia baru saja selesai berkata, Ari selaku paman ketiga Dinda pun berlangkah cepat masuk rumah. Melihat adegan ini di rumah, ia pun tertawa berkata, " Hei, mengapa Kak Tiara duduk di lantai? Apakah tidak ada tempat untuk duduk?"

Melihat kedatangan Ari, wajah Oma pun agak membaik. Ia pun berkata, "sekeluarga yang tidak berguna ini hanya memberikan sebuah kalung ini untuk pertunangan Nona. Kamu lihatlah, benar-benar tidak ada harga diri!"

Ari menunduk melihat kotak hadiah itu, lalu pandangan sisnis terlintas, dan ia pun membuka mulut berkata, "Kalung perak? Paling juga hanya puluhan juta, benar-benar pelit sekali. Kak Tiara, apakah kalian rencana menabung untuk diberikan menantumu yang tidak berguna itu? Bahkan tidak rela membelikan hadiah bagus untuk tunangan Nona, ada-ada saja Kak."

Tiara menutup mulutnya, sama sekali tidak berbicara dan memasang wajah malu.

"Keluarga kami memang kurang mampu. Pembagian profit tahunan saja keluarga Paman dan Keluarga Om Ando yang memperoleh paling banyak, bahkan keluarga kita tidak bisa mendapatkan lebih dari sepuluh persen!" Ujar Dinda pelan.

"Dasar bocah, maksud kamu Aku pilih kasih?" Sanggah Oma marah.

"Pilih kasih atau tidak, anda sendiri tahu. Jika tidak percaya, Anda boleh memeriksa kas perusahaan, lihat berapa banyak bagian uang keluarga kita hilang!" Jawab Dinda cuek.

Mendengar ini, hati Ari pun seketika merasa panik.

Biasanya ia sering mengambil uang keluarga Dinda diam-diam Bersama Kak Ando-nya, bagaimana mungkin ia membiarkan Oma pergi memeriksa kas. Oleh karena itu, ia langsung tertawa berkata, "Ibu, hari ini adalah hari yang bahagia, Anda jangan marah. Dimana Nona? Aku sudah membawakan mobil Porsche sebagai mas kawin untuknya, segera panggil ia untuk melihatnya."

Oma melototi Dinda sekilas, lalu berkata. "Huft, aku biarkan kamu kali ini!"

Saat ini, Nona yang tengah merias diri di dalam, mendengar Paman Andreasnya membawakan Porsche, ia pun langsung keluar dari kamarnya.

Wajahnya dirias tebal, memakai gaun berpotongan rendah, sehingga dirinya terlihat menawan.

Ari tersenyum berkata, "Nona, Paman belum bisa memberikan hadiah mewah kepadamu, Paman hanya bisa memberikan Porsche yang seharga empat miliar, semoga kamu senang ya."

"Bagaimana mungkin aku tidak senang! Terima kasih, Paman Ari!" Nona sangatlah senang. Mobil yang seharga empat miliar, bisa dibilang mobil mewah yang sesungguhnya, bahkan dirinya belum pernah mengendarainya.

Setelah itu, semua orang pun berjalan keluar halaman, ingin melihat mobil Porsche itu.

Andi juga ikut untuk melihat mobilnya.

Tiba di pintu halaman, merekan pun melihat sebuah mobil Porsche 911 berwarna perak yang terparkir.

Mobil Porsche ini memiliki streamline, memiliki wheel hub dengan logam campuran, dan interior yang indah, terlihat jelas harganya tidak murah.

Semua orang mulai mendekati, lalu menyentuh body mobil dan merasa iri kepada Nona.

Meskipun keluarga Siregar termasuk keluarga kecil menengah, harus menghabiskan uang empat miliar untuk beli mobil Porsche, belum tentu ada yang rela membelinya. Nona bermimpi untuk memiliki mobil Porsche sendiri, ia pun tak sangka mimpinya terkabulkan hari ini.

Tapi setelah melihat mobil ini, Andi pun mengerutkan dahinya pelan.

Ia adalah Tuan Muda Keluarga Hatalai, yang memiliki pengetahuan yang luas. Tidak ada satupun mobil di dunia ini yang belum pernah dipakainya, bahkan mobil Porsche 911 dengan fitur terbaik hanyalah mainan baginya. Mau bongkar ya bongkar, mau buang ya buang, jadi ia pun merasa mobil ini ada yang janggal.

Dimanakah letak janggalnya? Bagian mobil depan ini masih baru, tapi bagian belakangnya tipe mobil tahun lalu.

Apa maksudnya ini? Apakah ini mobil rakitan?

Mobil Porsche 911 sangat rentan terhadap kecelakaan, banyak orang kaya generasi kedua yang main mobil ini di luar negeri, merekapun langsung menjualnya setelah mobil mereka tertabrak rusak dengan harga rendah.

Ada mobil yang rusak bagian depannya, tapi bagian belakang masih layak pakai. Banyak penjual ilegal dalam negeri yang mengimpor barang-barang rusak ini dari luar negeri, lalu menyatukan dua bagian tubuh mobil yang layak pakai, merubah nomor mesin untuk membentuk mobil baru.

Mobil yang seperti ini dijual dengan harga murah. Mobil Porsche yang baru harusnya menghabiskan uang empat miliar lebih, tapi mobil rakitan ilegal yang seperti ini paling tidak hanya menghabiskan uang empat puluh juta saja.

Demi membuktikan pikirannya, ia pun sengaja menyentuh mobil itu dan menyentuh bagian tengah dari mobil itu.

Tapi ia baru saja menyentuh mobilnya. Andreaspun langsung menyingkirkan tangannya, lalu omel dengan sinis, "Dasar sampah, jangan asal pegang. Apakah kamu mampu membayar ganti rugi kalau sampai lecet?"

bersambung...


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C14
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login