Download App

Chapter 2: Malam Menakutkan Waktu MOS 1

Hari ke dua MOS gue merasa mengantuk, pukul dua malam baru gue bisa tidur karena ada tugas yang harus gue jalani hari ini untuk besok pagi. Untung saja tidak kesiangan bangunnya, walau nyokap membangunkan gue untuk sholat subuh. Dan inilah gue tertidur ketika ada materi pelajaran Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

"Rangga ... bangun...!" samar-samar ada yang membangunkan gue.

"Apaan sih !" jawab gue.

"Rangga ..."

"Iya, gue bangun !" gue pun membuka mata, dan menatap sekelilingnya di kelas ternyata sepi ! loh ... pada kemana ! . Gue pun keluar kelas.

"Woi, Ga udah bangun lo !" tanya Sandi, gue mengangguk.

"Untung istirahat, terima kasih ya! udah bangunin gue !" ujar gue menatap mereka, sambil menggeliatkan tubuh gue. Sandi dan Hasan hanya saling pandang.

"Iya sih, tadinya! tapi karena lo pules engga jadi! malahan kita mau bungunin lo sekarang ! kali aja lo mau jajan gitu !" jawab Sandi, gue tertegun.

"Maksud lo, kita udah bangunin lo gimana ceritanya? gue sama Sandi duluan ke kantin tadi !" kata Hasan heran.

"Engga, gue mimpi kali! udah ah gue mau ke kantin, haus !" jawab gue langsung ke kantin. Siapa ya yang bangunin gue ?

"Bruugh !" gue menubruk seseorang.

"Sorry, gue ..." gue langsung pergi tanpa menoleh lagi. Walau mahluk astral kadang mereka bisa disentuh dah dirasa oleh kita bila menginginkannya. Yang gue tubruk tadi hanya sepasang kakinya saja sedang tubuh dan kepalanya tinggi banget lebih dari plafon sekolah, mungkin sampai atap.

Gue membeli minuman dan langsung meminumnya segar, akhirnya adzan dhuhur berkumandang gue dan teman-teman yang lain menjalankan sholat di mesjid sekolah. Setelah itu masuk ke kelas, kali ini kakak kelas mengajarkan lagu-lagu. Di lanjutkan dengan permainan antar kelompok.

Sore pun menjelang, suasana berubah merinding. Biasanya waktu seperti ini lebih banyak yang keluar dibanding siang harinya.

-------------------

"Ssstt ... Ga dari tadi lo menunduk aja! lo ngantuk ?" bisik Sandi yang duduk di sebelah gue.

"Engga gue hanya pengen begini aja !" jawab gue, gue males melihat mahluk yang nongol, pura-pura engga lihat juga percuma.

"Tapi kak Dina dan Arif lihatin lo !" bisik Sandi lagi, akhirnya gue mengangkat muka gue dan berpura -pura tidak melihat 3 sosok astral di depan gue. Satu cewek dan dua cowok.

Akhirnya tugas buat besok selesai kita pun pulangl gue langsung keluar. Sandi dan Hasan heran melihat kelakuan gue.

"Lo kenapa sih! beberapa hari ini lo aneh !" ujar Hasan, gue menghela nafas.

"Lo percaya hantu ?" tanya gue, akhirnya. Keduanya saling pandang dan mengangguk.

"Gue juga, bukan hanya percaya tapi bisa melihat mereka dengan mata kepala gue sendiri !" untuk pertama kalinya gue mengungkap kelebihan gue.

"Serius ?" tanya Hasan seperti tak percaya.

"Lo tahu? tadi di kelas ada 3 mahluk yang ngeliatin gue terus! satu noni belanda, satu tentara dengan muka penuh darah dan satu laki-laki korban kecelakaan didepan sekolah.

"Iihh ... jadi disini banyak Ga !" Sandi memegang tangan Hasan dengan rasa takut.

"Banyaklah! namanya juga sekolah paling tua disini !" jawab gue.

"Kita pulang yuk, gue takut !" Ujar Sandi, Hasan mengangguk. Entah kenapa gue tersenyum melihat tingkah mereka.

Keeesokan paginya, hari kedua MOS gue bertemu dengan kedua teman gue. Mereka bercerita tak bisa tidur karena takut.

"Bagaimana dengan gue coba, gue ngalamin ini sejak umur gue tujuh tahun !" ujar gue.

"Serius ?" gue mengangguk.

"Pagi-pagi engga ada dong yang namanya hantu !" kata Hasan,

"Adalah, emang kalau hantu keluarnya selalu malam? engga juga kali! memang yang paling kuat sore sampai malam!" jelas gue dengan cuek.

"Sekarang emang ada Ga !" gue mengangguk dan menunjuk dimana keberadaan mereka kini.

"Lo engga di Rukyah bro !" tanya Sandi.

"Anjir, emang gue kesurupan! kakek gue seorang kiayai tahu !" jawab gue.

"Lo berarti anak indigo dong ?" ujar Hasan.

"Engga tahu gue !" sambil mengendikkan bahu.

"Lo bisa meramal ?" tanya Hasan.

"Engga lah, cuman bisa melihat dunia lain yang tidak bisa lo lihat hanya itu! gue juga hanya bisa sekilas masa lalu suatu tempat !" jelas gue.

"Kalau ada yang mengganggu lo gimana ?" tanya Sandi.

"Kalau itu, gue sudah diajari kakek gue! jadi bila ada yang menggangu gue bisa melawannya !" jawab gue.

Kita masuk ke kelas tapi sesekali Hasan dan Sandi melirik gue. yang kembali banyak menunduk. Mereka seperti tahu kalau ada sesuatu di depan atau belakang mereka. Sementara yang lain bersikap biasa.

----------------

Istirahat pun tiba gue, dan kedua teman gue pergi ke WC. Disana cukup ramai oleh anak-anak tetapi bagi gue tidak.

"Ga ada apa di WC cowok ?" tanya Hasan, setelah selesai.

"Ada beberapa sih !" jawab gue.

"Oh ... !" Sandi bergidik.

Kali ini kami melakukan kegitannya di lapangan depan kelas, ada permainan dan bernyanyi tampa sadar sore pun menjelang, gue dan yang lainnya mendapat tugas kembali. Besok adalah hari terakhir MOS jadi kali ini tugasnya banyak.

Gue balik ke rumah, dan mulai mengerjakan tugas. Kakek mengajarkan gue untuk membuat perlindungan di kamar dan rumah gue, dengan itu mahluk astral tidak berani datang ke rumah. Rupanya kakek gue mengajarinya sedikit demi sedikit. Dia berpesan untuk mempergunakan kemampuan ini di jalan kebaikan, walau bagaimana pun kita sebagai manusia tidak boleh takut ke hal yang ghoib dan juga tidak boleh mengikuti jalan mereka yang sesat. Cukup meyakini bahwa mereka ada.

Hari terakhir MOS terasa berbeda di banding hari sebelumnya, itu yang gue rasakan. Kekuatan mahluk astral cukup kuat, gue merasa akan terjadi sesuatu nanti. Walau dalam kegiatan kita selalu berdoa dan melakukan ibadah tetap saja harus waspada.

"Ga kenapa ?" tanya Hasan dan Sandi.

"Lo berdua banyak berdoa supaya tidak terjadi apa-apa ya !" ujar gue.

"Emang kenapa Ga ?' tanya mereka heran.

"Gue merasa kekuatan mereka bertambah, dan takut terjadi sesuatu !" jawab gue.

"Maksudnya ... kesurupan bro ?" tanya Hasan, gue mengangguk.

"Eh iya, lo tahu engga dari tadi merinding !" Sandi berkata sambil bergidik takut.

"Makanya banyak berdoa semoga MOS terakhir ini lancar !" jawab gue, mereka mengangguk.

Sore pun menjelang kita istirahat menunggu adzan magrib dan berkumpul di mesjid akan ada api unggun di tengah lapangan sebagai tanda berakhirnya MOS dan gue berdoa diberikan keselamatan bagi kami semua dan dijauhkan segala mara bahaya, Amin ...

Acara selanjutnya jurit malam dengan dintutup matanya. Kami berjalan berkelompok hanya berkeliling di sekitar area sekolah, walau mata gue diutup tapi bisa merasakan keberadaan mereka. Setelah selesai di kumpulkan di lapangan di dekat api unggun yang belum dinyalakan. Mata kami sudah tidak memakai penutup mata.

Ketika gue lihat sudah banyak berkumpul mahluk astral, muka gue pucat penuh keringat.

"Kenapa, Ga !" bisik Sandi.

"Sudah ngumpul San, banyak !" jawab gue.

Bersambung ....


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login