Download App
20% KIARA's

Chapter 3: 002

Sesuai janji, mereka akan jalan-jalan hari ini sesuai permintaan Kiara. Dan mereka memutuskan untuk pergi ke Bioskop menonton film yang baru saja keluar beberapa hari ini. 

Matanya terfokus ke arah layar tanpa memperdulikan Gavin yang terus menatap dirinya. 

"Kia." 

Gadis itu menoleh, menatap Gavin dengan kerutan di dahi. 

"Kamu cantik banget." ujar Gavin membuat Kiara tertawa pelan, guna agar pengunjung lain tidak terganggu. Untung saja Gavin mengambil tempat duduk di pojokan. 

"Dari lahir." kekeh Kiara sambil mencomot pop corn dari cup yang berada di pangkuannya.

"Hm. Aku sayang kamu." 

Kiara mengangguk kecil, lalu menoel pipi cowok itu.

"Hm. Ngera--"

Dert!! Dert!!

Suara nada dering ponsel Kiara berbunyi menghentikan Kalimatnya. Tangannya merogoh tas selempang miliknya dan melihat siapa yang menelfonnya.

Papa id calling....

Kiara segera mengangkatnya. Walaupun masih kesal, tapi gadis itu tentu saja harus punya adap.

"Halo Pa?" sapanya dengan suara berbisik. 

"......"

"Lagi bareng Gavin Pa." 

"......"

"Papa sibuk sama Vio tadi. Ya aku pergi lah."

"...."

"Iya Pa."

"....."

"Dah."

Panggilan terputus. Kiara segera menyimpan ponselnya kedalam tasnya kembali dan menatao Gavin yang terlihat gelisah.

"Kenapa?" heran Kiara saat Gavin terlihat tidak nyaman dalam duduknya. 

"Aku ... gapapa." jawab Gavin dengan suara beratnya. 

Kiara mengangguk saja dan kembali fokus kepada filmnya. Gavin meraih tangan Kiara, dan menggenggamnya mengalirkan rasa hangat yang menjalar ke hati Rara langsung.

"Nanti aku masakin di apart ya. Belajar masak lagi." jelas Gavin yang langsung diangguki oleh Kiara. Sangat semangat karena memasak adalah satu syarat agar jadi kandidat calon istriable Gavin. 

"Okeee! Nanti ya. Kita beli bahannya dulu. Ciiis!" 

*****

Kiara melangkahkan kakinya memasuki rumah besar milik Sang Papa. Hari sudah beranjak malam, dan Kiara baru saja pulang. Apakah itu masalah? Oh tentu tidak! Kiara sudah besar! Ingat itu! 

Baru saja memasuki ruang keluarga, matanya sudah di suguhkan dengan pemandangan Sang Papa yang tengah mengelus puncak kepala Vio. 

Kiara mendengus. Drama macam apa ini? 

Gadis itu masuk lebih dalam dengan langkah santai. Menyembunyikan emosi di hatinya dengan seolah ingin meledak kapan saja. 

"Vio. Papa juga tau kamu masih muda. Tapi itu udah perjanjian Papa kamu sama Om Rival sayang. Tapi kamu bisa putusin, toh itu mas depan kamu kan." jelas sang Papa. 

Kiara tidak peduli dengan bahasan mereka, kakinya terus melangkah menuju tangga tanpa menyapa Dion terlebih dahulu. Moodnya turun seketika. 

"Iya Pa. Vio pikirin matang-matang." 

Kiara mendengus mendengarnya. Bahkan Papanya tidak menyadari bahwa Kiara melewati mereka saking asiknya bercerita? 

Hey! Yang anak kandung disini siapa?!

Ingin rasanya Kiara mengeluarkan emosinya. Namun gadis itu berfikir bahwa besok saja, karena tubuhnya sangat lelah sebab Gavin mengajaknya belajar memasak. 

Begitu tiba dikamar, dirinya merebahkan tubuh ke tempat tidur. Tas dan sepatunya di letakkan di sembarang tempat. Gadis itu berjalan menuju kamar mandi, berniat membersihkan diri terlebih dahulu sebelum tidur. 

Sekitar 40 menit kemudian, Kiara segera merebahkan tubuhnya di tempat tidur mewah itu. Setelah selesai mandi dan memakai skincare miliknya, barulah Kiara akan segera tidur. 

Tok! Tok! Tok! 

"Kia, kamu udah tidur?" 

Kiara mengalihkan pandangannya ke arah pintu kokoh itu. Kiara tau siapa yang mengetuk pintu itu. 

"Kiara?"

Dengan helaan nafas, Kiara beranjak lagi dan membuka pintu itu. Tepat di depannya, kini Dion sudah berdiri dengan pakaian tidurnya. Kiara menatap beliau dengan datar.

"Belom tidur?" 

Kiara memutar bola matanya malas. Sangat malas. Gadis itu menunjuk matanya yang masih terbuka.

"Masih terbuka kan Pa?" jengah Kiara merasa Papanya terlalu berbasa-basi.

"Hahaha. Yaudah. Ayo Papa temenin." 

Kiara menggeleng. "Aku bisa tidur sendiri Pa."

"Hm?" 

Kiara mendecak kesal. Kenapa Papanya cosplay jadi kang ngebug gini?

"Aku bisa tidur sendiri. Aku tidur dulu Pa. Papa istirahat juga. Good night." 

Kiara langsung menutup pintu kamarnya dan segera mengunci pintu itu. Kiara tidak ingin diganggu, bahkan oleh sang Papa sekalipun.

"Vio-Vio aja terus. Besok minggat aku dari ini rumah!" 

*****

Sarapan pagi ini sangat menjengkelkan. Kiara hanya diam seperti penonton bayaran, sementara sang Papa terlihat asik berbicara dengan Vio dengan topik yang membosankan. 

Kiara sudah rapi, akan segera berangkat untuk kuliah karena pagi ini ada mata kuliah. Sementara Viona terlihat dengan baju santai, dan Kiara sangat tidak peduli. 

"Jadi gimana Vio? Nanti siang Papa ada janji makan siang sama Om Rival. Pasti ditanyain jawaban kamu gimana." 

Kiara mengaduk-aduk makanannya dalam diam. Menyumpahi Vio yang terus caper Ke Papanya. 

"Eum. Vio udah putusin Pa. Vio mau ketemu sama Om Tante dulu. Vio belum iyain Pa, cuma ketemu dulu." 

Sungguh. Topik mereka tidak menarik menurut Kiara. Tapi ya sudahlah. Ikuti saja alurnya. 

"Bagus Vio. Buat Mama sama Papa kamu bangga. Setidaknya ada sesuatu yang membanggakan dari diri kamu buat Papa Mama mu disana." jelas Dion dengan nada senang. 

Entah mood Kiara yang jelek atau apa, gadis itu merasa tersinggung dengan kata-kata Papanya yang seolah menyindir dirinya. 

"Iya, aku tau nggak ada satupun bisa membanggakan Papa dari diri aku. Tapi nggak usah gitu juga kali Pa." tukas Kiara dengan nada jengkel. 

Dion menatap putrinya yang tengah merajuk itu. Tidak ada niatan menyindir pihak manapun, Dion hanya mengemukakan pendapatnya sendiri. 

"Kamu ada udah membuat Papa bangga." kekeh Dion lalu meneguk air putih miliknya. 

Kiara mendengus. Dengan kesal, gadis itu beranjak dan pergi dari sana tanpa harus peduli dengan pamit. Gadis itu merasa sang Papa hanya mengelak saja. Ya, Kiara tau Vio jauh di atasnya. 

"Sialan." umpat Kiara sambil masuk kedalam mobil miliknya. Dengan kekesalan yang masih full, gadis itu menjalankan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Untungnya jalanan sedikit lenggang membuat Kiara tidak harus takut bila tabrakan.

Hanya memakan waktu 10 menit, gadis itu sudah tiba di universitas tempatnya menuntut ilmu sekarang. Gadis itu segera keluar dan berjalan menuju fakultasnya. 

Hanya butuh beberapa menit, kini dirinya sudah tiba didalam kelas. Disana ada beberapa mahasiswi yang sudah sampai duluan dan terlihat tengah berbicaraengenai suatu hal. 

"Woi! Ghibah troos! Mikirin noh, jodoh  masih di awang-awang." celetuk Kiara sambil.ikut duduk di sebelah Gaby, teman Kiara sejak SMA. 

"Halah. Kek jodoh kamu udah di depan mata aja." balas Tiffany dengan nada mengejek. Sementara dua mahasiswi lain yang bernama Mera dan Syakira tertawa. 

"Yang jas ganteng lah. Mayan memperbaiki keturunan." timpal Kiara mendukung argumen Tiffany.

"Yeah. Wajarlah kamu nyari yang ganteng. Orang kamu burik." gurau Gaby sambil tertawa dengan memukul pundak Kiara dengan kuat. 

"Sakit bangle!" Protes Kiara merasa kesal dengan kebiasaan Gaby yang tiap tertawa pasti memukul sesuatu yang berada di dekatnya. 

"Iye-iye ah. Galak bener buset." 

Kiara mendengus. Tangannya menempeleng kepala Gaby yang membuat gadis berambut Dora itu mendengus.

"Kebiasaan ah. Balas dendam." 

Kiara mendengus. Gadis itu beranjak dari tempat duduknya membuat Gaby menatap gadis itu dengan heran..

"Kiara kenapa dah?" Tanya Mera heran. 

"Paling ada masalah lagi." 

****


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login