Download App

Chapter 10: " Before The Wind Blows " (4)

***

Beberapa hari sejak kejadian hari pertama dimasuk sekolah saat distasiun, membuat Arin berangkat lebih pagi, agar tidak bertemu dengan Brian bus. Entah kenapa setiap melihat sorot mata orang itu membuat Arin tidak nyaman dan takut. Mata yang tajam dan sipit itu memberikan kesan yang tidak baik padanya. Untuk berjaga-jaga lebih baik tidak usah berurusan dengan orang yang seperti itu.

Karena kejadian itu Arin secara sepontan menghindari kontak dengan Brian. Bahkan saat ia memberikan buku tugas, Arin sangat berhati-hati agar tidak menggangu orang itu. Saat berpapasan dijalan entah kenapa Arin menghindari dan mengumpat dibelakang punggung temannya.

Seperti biasa Arin sudah sampai sekolah pukul 7.30, sedangkan kelas dimulai jam 8.00 pagi. Arin sedang melintasi lapangan sekolah yang masih terlihat cukup sepi. Arin terus berjalan dengan wajah yang masih setengah mengantuk dengan membawa sekotak susu dan roti yang ia beli minimarket rumahnya karena tak sempat untuk sarapan.

" Arin ..!!" saut seseorang yang tiba-tiba sudah berada disamping Arin. Arin sangat terkejut saat menengok kearah sumber suara itu yang ternyata adalah Fathan yang terlihat tersenyum padanya hingga membuat Arin tersentak dan tersipu malu hingga tidak berari menatap Fathan, dan langsung mengalihkan pandangannya kedepan.

" ohh iyaa .." sapa Arin dengan pelan.

" Kamu berangkatnya pagi banget ..?" tanya Fathan.

" ahh .. biar bisa duduk dikereta .." jawab Arin yang menutupi kebenaran dibalik ia berangkat lebih awal. Arin semakin tidak nyaman dan malu saat Fathan tidak memberikan jarak dengannya. Sedangkan Fathan tersenyum saat mendengar ucapan Arin yang terdengar seperti anak kecil, karena suaranya yang imut itu.

" ini terlalu dekat ..". Ucap Arin dalam hatinya karena Fathan sangat dekat dengannya, bahu mereka saling bersentuhan saat berjalan. Beberapa kali Arin menjauh memberikan jarak antara dirinya dan Fathan, tapi Fathan tetap saja berjalan mendekat. Hingga tanpa Arin sadari karena terus sibuk dengan menyusuaikan jarak dan merundukkan kepalanya, hampir saja menabrak sebuah pohon, tapi dengan sigap Fathan yang menyadarinya langsung mencegahnya dengan meletakkan tangannya tepat didahi Arin yang hampir menabrak pohon.

" oh ..!!?" Arin terkejut kemudian melihat tangan Fathan dihadapannya yang mencegah dirinya terluka. Arin terdiam beberapa saat sambil memandangi tangannya Fathan. Mata mereka saling bertemu satu sama lain

" kamu nggak apa-apa ..?" tanya Fathan dengan suara lembutnya membuat Arin tersadar dari lamunannya.

" ohh .. nggak apa-apa kok gak apa-apa .. makasih yaa .." ucap Arin yang salah tinggah dan mencoba menjuah dari Fathan.

" Syukurlah .." ucap Fathan kembali dengan senyuman manisnya hingga membuat Arin kembali tersipu malu ia merasa wajahnya terasa panas saat ia menyentuhnya dengan salah satu tangannya.

" Astaga ... kenapa dia tampan sekali ... ENGGAA !? Lu mikir apa sih .. sadarlah .. sadarlah Arin .. Lu itu siapa .. bisa berfikir seperti itu .. SADARLAH ..!!" ucap Arin yang bertarung dalam pikirannya sendiri.

" ayo ..!!" ajak Fathan sambil menarik pelan pundak Arin, menyingkirkan Arin dari pohon yang ada didepannya dan mereka pun berjalan bersama dengan wajah Arin yang masih melamun dengan pikirannya sendiri.

Beberapa menit setelah sampai dikelas, Arin merasa sangat canggung karena saat ini hanya dirinya dan Fathan saja yang ada didalam kelas. Suasana sangat sepi dan sunyi. Mungkin beberapa orang lewat dan terlihat dijendela kelas, tapi mereka berasal dari kelas lain. Arin benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan, hanya bisa terdiam dan menghela nafas, berharap seseorang datang untuk menghilangkan suasana canggung ini.

Arin juga merasa heran kenapa orang seperti Fathan sejak hari pertama begitu ramah padanya. Setelah pulang sekolah dihari pertama, tiba-tiba ketigs temannya menghampiri Fathan dan saling berkenalan. Mau tidak mau Arin pun ikut berkenalan satu sama lain. Setelah hari ini hingga saat ini Fathan menjadi sering bermain bersama dengan ketiga temannya. Sebenarnya Arin merasa sedikit tidak nyaman dengan kehadiran Fathan, karena memang dirinya tidak terbiasa bergaul dengan lawan jenis. Dengan sifatnya yang pemalu dan tak mudah bergaul membuat Arin menjadi serba salah dan canggung.

Waktu terus berjalan, perlahan satu persatu teman kelasnya mulai memenuhi kelas. Perlaha perasaan canggung itu sudah mulai menghilang. Terutama saat Mina datang hingga membuat Arin tersenyum lebar menyambut Mina datang.

" Mina ...!! biasa dateng pagi .. kenapa lama banget ..." ucap Arin dengan nada yang sedikit merengek seperti anak hingga membuat Mina merasa sedikit heran dengan sikap Arin yang tidak seperti biasanya.

Sambil meletakkan tasnya dan duduk. " Ahh .. tadi gua kesiangan, emang kenapa ..??" tanya Mina.

Tapi Arin yang memasang wajah seperti anak kecil yang sedang merajuk karena tidak dibelikan mainan oleh Ibunya.

" yeuuuu .. gua kira ada apa ..? gak ada PR kan ..?" tanya Mina sambil memainkan ponselnya.

" engga kayanya ..." ucap Arin dengan wajah polos, membuat Mina melihatnya dengan tatapan heran karena jawaban yang tidak menyakinkan itu. Rasanya ingin kesal tapi melihat wajah bodoh Arin membuat Mina tidak jadi kesal. Mereka hanya saling menatap satu sama lain dengan tatapan heran lalu mereka tertawa karena melihat wajah mereka satu sama lain.

***


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C10
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login