Download App

Chapter 11: " Before The Wind Blows " (5)

***

" tapi ..... kenapa suasana jadi kaya gini ..??"

Entah kenapa suasana menjadi begitu menegangkan. Aura dingin seperti mengurung Arin, ia juga tidak mengerti kenapa ia harus berada diposisi seperti ini. Arin hanya bisa mematung, merundukkan kepalanya sambil mengunyah tteokbokki dimulutnya

" kenapa gue harus berada diposisi ini ..?"

Dimana Arin duduk bersebelahan dengan Fathan yang memasang wajahnya yang terlihat serius dan sorot matanya yang tajam pada seseorang dihadapannya.

" terus kenapa dia juga ada disini ..?".

Begitu juga Brian yang duduk tepat dihadapan Fathan. Entah kenapa Brian dan Fathan saling menantap tajam satu sama lain. Seperti tidak ingin kalah satu sama lain, ini sebuah perang dingin dimana Arin sebagai sanderanya. Mereka berada diposisi ini sudah lewat dari 2 menit setelah Yena dan Elvina pergi ketoilet, sedangkan Mina yang sedang menemui pacarnya diluar restoran.

Suasana yang begitu canggung dan mencengkam meliputi Arin, ia terus merunduk dan tidak berani melihat kedua orang tersebut. Karena terlalu binggung, tanpa sadar Arin terus memakan potongan tteokbokki tanpa dikunyah hingga mulutnya penuh, dan karena hal itu akhirnya Arin tersedak oleh tteokbokki yang ia makan.

" hukk .. hukk ..".

Seketika suasana mencengkam tiba-tiba runtuh, mereka yang awalnya saling bertatap dingin kini beralih melihat Arin yang terlihat sesulitan bernafas karena tersedak.

Dengan pekanya, Fathan segera memberikan segelas air minum pada Arin, yang perlahan menegguknya.

" kamu gak apa-apa ..?" tanya Fathan dengan tatapan khawatir dengan keadaan Arin ia juga sedikit merasa bersalah karena sikapnya yang membuat Arin tidak nyaman hingga tersedak makanan.

" Lu itu kelaperan yaa ..? kaya orang kelaperan aja sih .. " ucap dingin Brian tanpa merasa bersalah, dengan kedua tangan yang ia lipatkan didadanya dan posisi duduk yang bersandar dengan kedua kaki yang bersilang.

Arin yang mendengar perkata Brian merasa sangat kesal, tapi ia tak bisa membalas perkataannya dan hanya bisa memendam rasa kesalnya karena tidak ingin berurusan dengan Brian.

Saat ini mereka sedang berada dislaah satu restoran korea yang berada didalam Mall. Setelah jam pulang sekolah awalnya Mina mengajak ketiga temannya dan juga Fathan untuk nongkrong bareng. Tapi entah apa yang terjadi pada Mina yang tiba-tiba mengajak ia juga Brian.

Sebenarnya Mina yang ingin mengucapkan terima kasih dengan mentraktirnya karena sudah membantunya mengerjakan tugas matematika, tapi yang membuat heran adalah Brian dengan santai menyetujui ajakan Mina. Suasana canggung sudah terjadi saat mereka berangkat menuju salah satu Mall yang letaknya tak jauh dari sekolah, hanya tinggal menaiki bus dan turun didua halte saja.

Sikap dingin Brian membuat Arin berfikir bahwa orang ini benar-benar bersikap seenaknya saja dan tidak tahu sopan santun. Tapi karena terlalu takut Arin hanya bisa diam saja.

" Lu tuh bisa gak sih sopan sedikit, gara-gara lu dia jadi nggak nyaman .. !!" ucap kesal Fathan dengan sikap Brian. Ia sungguh tidak mengerti kenapa orang ini tiba-tiba datang dan bergabung, karena Brian bukanlah tipe orang yang ingin berkumpul dengan para gadis disekolah. Sikap Brian memicu kecurigannya.

Lebih tepatnya mereka memang mengenal satu sama lain jauh sebelum Fathan pindah sekolah saat ini. Hubungan Brian dengan Fathan tidaklah baik. Ditambah saat sejak pertama kali masuk kesekolah, Brian diam-diam meperhatikan semua gerak-gerik Fathan. Dan yang membuatnya semakin penasaran adalah kenapa Fathan selalu bersikap baik kepada gadis yang bernama Arin ini. Dan entah kenapa Brian berfikir bahwa Fathan menyukai gadis polos ini dan hal itu membuat Brian merasa ini semua tidak masuk akal dan membuat dirinya jadi ingin mengganggu gadis polos ini.

" Kan .. tadi gue udah bilang, gue mau makan tteokbokki .." ucap Brian dengan gayanya sombongnya sambil mengambil ponselnya dan membuka aplikasi game, mengabaikan dua orang yang ada dihadapannya.

" udah jangan dihiraukan .. makan pelan-pelan yaahh .." ucap Fathan dengan lembut pada Arin yang mengangguk kepalanya merasa cukup aman saat melihat Fathan membelanya.

Fathan hanya bisa menahan emosi melihat sikap Brian. Sejak makanan tiba Brian sama sekali tak menyentuh makanan yang ada diatas meja. Yang dilakukkan hanya memandangi Arin dengan tatapan sinis dan memikirkan apa yang sedang dipikirkan Brian.

Di satu sisi, benarnya Brian juga penasaran dengan Arin ini. Semakin diliat semakin terlihat tidak asing. Ia merasa seperti pernah melihat wajah ini tapi entah dimana ia melihatnya. Terlebih lagi ia masih berhutang pada gadis ini. Dirinya berhutang uang transportasi saat distasiun dihari pertama ia masuk sekolah. Tapi karena ia binggung bagaimana cara mengembalikan uang tersebut kepada gadis yang sepertinya selalu menghindari tatapannya matanya.

***


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C11
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login