Download App

Chapter 16: " The Wind Blows " (1)

**

Waktu menunjukkan pukul 10 malam, Café sudah terlihat sepi dan ditutup. Arin dan teman kerjanya baru saja menyelesaikan tugas mereka membersihkan café. Di ruang loker Arin sedang mengenakan jaketnya, dan tiba-tiba ponselnya berbunyi, sebuah pesan masuk dari Ibu-nya. Segera Arin membuka setelah selesai memakai jaketnya.

" Arin .. kamu udah selesai kerja paruh waktunya, nanti bisa nggak kamu mampir ke apotik buat beli obat demam ? Ririn tiba-tiba demam .. terus dirumah nggak ada obat demam, tolong yaa, hati-hati dijalan pulang yaa .. kamu nggak lupa bawa payung kan .. kayanya luar udah mulai gerimis .." –Ibu-.

" Hujan ..? perasaan dari tadi nggak mendung ..?" binggung Arin yang merasa tidak percaya dengan perkataan ibunya bahwa diluar sedang hujan. Karena baru beberapa saat yang lalu ia pergi keluar untuk mmebuat sampah sebelum pergi keluar loker, diluar masih belum hujan.

" Arin .. diluar udah mulai gerimis .. kamu bawa payung nggak ..?" ucap teman kerjanya sambil berdiri disampingnya yang terlihat sedang memakai jaket.

" ahh .. begitu yaa, jadi beneran hujan.. mana nggak bawa payung lagi..." gerutu Arin.

" yaudah kalau gitu saya duluan .." ucap Arin pada pemilik café yang sedang mengenakan jaket.

" iya .. hati-hati dijalan ..". ucapanya.

Arin terdiam didepan pintu Café sambil melihat sekitar, melihat orang-orang yang berjalan didepannya sedang mengenatkan payung. Ia mengulurkan tangan mengecek seberapa deras hujan turun. Sambil menghela nafas dalam. " huff ... semoga hujannya nggak deras sampe aku distasiun .." ucap Arin dengan harapan kecil.

Segera Arin berlari menuju kereta bawah tanah. Berlari secepat mungkin sambil menutupi wajahnya dengan salah satu tangannya agar tidak terkena hujan. Tetapi semakin Arin melangkah jauh hujanpun semakin deras. Tiba-tiba hujan turun sangat deras dan membuat Arin sedikit panic dan mempercepat langkahnya. Ia berfikir secepatnya runtuk mencari tempat berteduh sebelum hujan yang deras ini membasahi seluruh pakaiannya.

Setelah turun dari kereta Arin terus berjalan hingga akhirnya ia sampai di jalan menuju rumahnya. Hujan yang masih deras dimalam yang cukup sunyi dan gelap. Hanya ada lampu jalan yang menyala, cipratan air hujan yang sudah membasahi seluruh sepatu Arin. Untungnya Arin bisa mendapatkan payung hingga ia bisa pulang. Tapi payung ini bukan miliknya melainkan payung pemilik pekerja paruh waktu diminimarket tempat ia ingin membeli payung. Dengan baiknya ia memberikan payung pada Arin dikarena kan stok payung yang habis. Walau payung yang diberikan agak rusak, dimana salah satu kawat pengait payung patah hingga payung tidak berbentuk bulat sempurna. Tapi ini sangat membantu Arin dan ia sangat berterima kasih pada pegawai minimarket itu.

Arin terus berjalan dengan membawa obat yang ia beli diapotik saat perjalanan pulang untuk adiknya yang sakit. Karena ini masih musim hujan jadi udara masih terasa sangat dingin, jadi hujan masih turun dengan tiba-tiba. Bibir Arin yang terlihat mulai membiru karena kedinginan, baju yang ia kenakan benar-benar basah kuyup ditambah udara yang semakin dingin.

Tiba-tiba sebuah Truk pengangkut barang lewat disamping Arin dengan cepat hingga angin kencang yang tiba-tiba mucul hingga membuat payung yang dipegang Arin terbang terbawa oleh truk itu.

" ahhh ..!!" jerit Arin yang terkeut saat payung terbang terbawa truk dan tergeletak dijalan jauh daru tempat ia berdiri. Arin sentak langsung melindungi dirinya dengan menutupi kepalanya dengan kedua tangannya, dan berlari menghampiri payungnya yang terlihat sudah benar-benar hancur kerena terlidas ban mobil truk

Arin terdiam lemas melihat payung yang bukan miliknya hacur, dengan wajah murung segera Arin mengambil payung itu dari bawah. " hari ini kenapa sihh ..? bener-bener sial sekali aku .." leuh Arin yang suaranya terdengar gemetar ingin menangis. Benar-benar sungguh malang hari ini Arin. Padahal jarak rumahnya sudah tidak jauh lagi, tapi kenapa ia harus mengalami situasi seperti ini. Hanya bisa menghela nafas Arin mencoba menerima situasnya saat ini.

Perlahan Arin mulai berjalan dengan langkah yang pasrah dibawah hujan deras mengguyurnya. Tapi saat ia baru berjalan beberapa langkah, tiba-tiba dirinya merasa kenapa tidak ketetesan air hujan yang deras itu, terdiam beberapa saat Arin mendongkakkan kepalanya keatas.

" payung ..?". Sebuah payung yang saat ini ia lihat, Arin sunggung binggung siapa yang memayunginya saat ini, seseorang muncul dari belakangnya kini berdiri disampingnya, Arin perlahan melihat kearah sosok orang tersebut, ia terkejut. Matanya yang sipit kini terlihat membulat saat melihat sosok pria yang berdiri disampingnya.

" Brian ..?!" saut Arin dalam pikirannya yang tak bisa berkata-kata.

" udah tahu hujan .. kenapa malah diam ditengah jalan .. Lu bodoh yaa ..!" ucap ketus Brian yang memecahkan pikiran kosong Arin.

" oh .. itu .. itu .. bukan begitu ... itu .." Arin yang terbata-bata tidak bisa menjelaskan situasinya pada Brian, karena ia juga masih merasa terkejut dengan tiba-tiba orang ini muncul dihadapanya.

" payung lu rusak ..?" tanya Brian yang melihat payung yang sedang dipegang Arin.

" ahhh .. ini .. iyaaa .. tadi .. gara-gara truk .. payungnya jadi rusak .." ucap Arin dengan suara sedihnya memandangi payung yang sudah tidak berbentuk lagi.

" ayo jalan ..!!" ajak Brian yang tiba-tiba berjalan melangkah membuat Arin yang masih terdiam melihat payungnya, sentak ikut berjalan mengikuti Brian.

Dibawah payung yang berukuran tidak terlalu besar itu membuat Arin merasa canggung. Ia berusaha agar dirinya tidak menyentuh pendak Brian, ia khawatir Brian akan kesal karena baju basah karenanya.

Brian yang menyadari tingkah Arin yang berusaha menjauh darinya. Saat melihat tingkah Arin membuat Brian tak habis pikir dengan gadis polos yang satu ini, ia selalu merasa bahwa Arin itu takut kepadanya, bahkan saat disekolah Arin terus saja menghindar dari dirinya. Karena merasa kasihan dengan Arin dengan diam-diam Brian memiringkan payungnya kearah Arin agar tidak terkena air hujan.

" Lu bekerja paruh waktu disana yaa ..?" tanya Young Hyun.

" oH ..!!??" Arin terkejut. " oohh .. iya aku bekerja paruh waktu disana .." ucap Arin.

" kenapa dia menanyakan hal itu .. apa jangan-jangan di mau mengejekku .." ucap Arin dalam pemikirannya yang terus berfikir negative tentang Brian.

" ahhh .. begitu .. setiap hari kau pulang selarut ini ..?" tanya Brian yang mulai penasaran tentang Arin, setelah melihat Arin dicafe tadi. Sebenarnya saat setelah menerima pesanaan Brian tidak benar-benar pergi. Ia melihat Arin dari jauh, karena rasa penasarannya yang baru kali ini melihat seorang pelejar SMA bekerja paruh waktu. Hal itu membuat Brian merasa iba terhadap Arin.

" ohh .." ucap Arin yang mulai merasa bersalah dengan Brian karena ia baru sadar bahwa sepertinya Brian sengaja membiarkan dirinya kehujannan dengan memposisikan payung yang lebih kearahnyanya. Melihat pundak Brian yang samakin basah karena hujan membuat Arin mulai berfikir dan bertanya-tanya dengan semua pikiran negatifnya terhadap Brian.

" rumah Lu dimana ..?" tanya Brian kembali memecahkan pikirannya.

" Oh ..!?" sambil melihat sekitar, tanpa sadar Arin berdiri tetap diperempatan jalan dimana ia harus belok kekiri untuk sampai rumahnya yang sudah tidak jauh lagi. Sambil menghentikkan langkahnya.

" kearah sini .." tunjuk Arin. Kemudian Brian langsung membelokkan dirinya kekirinya, membuat Arin binggung, tapi Arin terus mengikuti langkah Brian.

" apa-apa ini .. kenapa dia bersikap baik ..?"

" dimana rumah lu ...?" tanya Brian.

" itu disana .. yang pagar warna putih .." ucap Arin sambil menunjukkan rumahnya yang berpagar putih, terlihat lima rumah dari tempat ia berdiri. Kemudian Brian mulai berjalan kearah yang ditunjuk Arin, sedangkan Arin yang masih binggung dengan sikap Brian yang tidak seperti biasanya hanya bisa mengikutinya saja.

Hingga akhirnya merekapun sampai didepan rumah Arin. Masih terdiam beberapa saat dengan perasaan canggung.

" udah sampai .. makasih udah mengantarkanku .. maaf udah ngerepotkan .." ucap Arin yang terus merundukkan kepalanya karena merasa bersalah pada Brian.

" anggep aja ini sebagai pengganti hutang uang kereta waktu itu .. udah gua bayar yahh .." ucap Brian membuat Arin langsung mendengakkan kepalanya dengan wajah terkejut. Melihat Arin menatapnya begitu lama membuat Brian menjadi salah tingkah, dan segera mengalihkan padangannya.

" kalau begitu gua pergi .." ucap Brian yang langsung membalikkan badannya dan pergi meninggalkan Arin yang juga segera berlari kedalam rumahnya.

***


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C16
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login