Download App

Chapter 27: " The Wind Blows " (12)

***

Hari sudah menjelang sore tapi langit masih terlihat terang. Mungkin karena ini musim panas membuat matahari jauh menjadi lebih lama dan suhu terasa cukup panas walau menjelang sore hari. Arin terus berjalan sambil memakan es krim dan berbicara dengan Ibunya lewat ponsel sambil menggunakan earpheon ditelinganya.

" kata dokter masih harus diperbah sampai 1 minggu kedepan .. setelah itu masih harus diperiksa lagi .." jelas Arin yang menjelaskan setiap kata yang ia dengar dari Dokter yang memeriksa tanganya.

" yak ampunn .. kenapa masih lama ?? pasti kamu gak minum obatnya yaa .." tanya Ibu yang curiga dengan Arin. Tapi disatu sisi ia juga khawatir dan merasa bersalah karena meninggalkan anaknya yang masih sakit ke kampung halamannya di Yogyakarta dikarenakan Ibunya atau nenek dari Arin yang harus dirawat karena sakit.

" enggak kok .. aku minum obatnya rutin, kayanya sih gara-gara kemarin aku tuh .. gak sengaja jatuh " ungkap Arin yang teringat kejadian dimana dirinya ditabrak oleh Siska dengan sengaja saat jam istirahat.

" kamu itu ! seharusnya lebih hati-hati lagi, udah mana ujian sebentar lagi, pasti terganggu ..".

".. mama gak usah khawatir ! belakangan ini aku sering diajarin sama teman aku, dia itu pinter banget baik lagi, gara-gara dia nilai harian aku jadi naik !!" ucap Arin yang terlihat senang saat membicarakan Fathan pada Ibunya.

" syukurlah ada temen kamu yang masih baik, mau ngajarin kamu, nanti kalau mama udah pulang, ajak temen-teman kamu kerumah biar mama masakkin makanan yang enak yaa .." ungkap Ibu.

" okke .. siapp !!" ucap Arin sambil menunjukkan jari jempolnya dan tersenyum.

"ohh iya .. nenek gimana keadaannya ..?" tanya Arin.

" masih belum sadar .. hufff Mama cemas banget " ucapnya yang langsung terdengar sedih.

" Mah .. mama jangan sedih .. nenek pasti bakal bangun kok .. Mama juga harus istirahat jangan sampai sakit yaa ..." ucap cemas Arin.

" emm iyaa, Mama baik-baik aja, kamu juga jangan sampe sakit, makan yang bener ! jangan makan mie mulu !! terus juga jangan sampe jatuh lagi !! sebentar lagi akan ujian !!" omel Ibu karena merasa khawatir dengan anaknya yang tinggil sendiri saat ini.

" iya .. iya .. iya .. aku paham ..".

" ya sudah .. ibu tutup yaa .."

" euggg ..".

Dan kemudian sambungan pun terputus, Arin masih termengun memikirkan Ibunya. Sudah beberapa hari ia tinggal sendirian dirumah, walau sebenarnya sudah terbiasa tapi tiba-tiba ia merasa sangat merindukkan Ibu-nya saat ini. Rumah manjadi sangat sepi saat Ibu dan adiknya tidak ada dirumah. Biasanya saat ia pulang sekolah, Ibu sudah ada dirumah menyambutnya sambil membuat makan malam ataupun adiknya yang menunggunya diruang tamu. Tapi sudah beberapa suasana rumah benar-benar sepi dan ia merasa kesepian saat dirumah.

Sambil menghela nafas. " huff .. kangen mama .." ucap Arin kemudian ia masukkan ponselnya kedalam tas kecil yang ia bawa. Tapi tiba-tiba langkahnya terhenti didepan sebuah minimarket diseberang jalan, ia melihat Brian yang terlihat duduk sambil memakan satu cup mie instan. Hal itu membuat Arin teringat kejadian kemarin saat dirinya didorong oleh Siska dilorong kelas. Dimana Brian juga dengan sengaja mendorong Siska lalu menolong dirinya saat itu.

" kenapa sih ? dia itu suka banget makan mie cup-an disana ..?" tanya Arin yang bertanya pada dirinya sendiri dan membuatnya sangat penasaran. Padahl rumor yang ia dnegar tentang Brian merupakan anak dari keluarga kaya di Indonesia, tapi kenapa setiap hari hanya makan mie instan diminimarket. Arin sempat berfikir untuk mengabaikannya karena kemungkinan Brian sedang tidak ingin diganggu, tapi bagaimana pun juga Brian sudah menolongnya saat itu membuat Arin merubah sudut pandang pikirannya dan mulai berjalan mendekati minimarket tersebut.

Brian yang sedang focus menyantap mie cup dengan lahap, tiba-tiba terdiam saat melihat sebuah minuman soda kaleng diatas meja. Sentak Brian langsung mendengakkan kepalanya, ia terkejut saat melihat Arin yang berdiri dihadapanya.

" apa ini ..??" tanya Brian yang binggung dengan situasi ini, melihat Arin yang masih terdiam seperti memikirkan jawaban dari pertanyaan.

" Cola .." jawab Arin.

Jawaban itu membuat Brian kesal, seakan Arin menganggapnya bodoh karena tidak tahu apa itu Cola.

" lu pikir gue bodoh ..??" ucap Brian sinis yang kesal karena mearas Arin meremehkannya dengan menjawab pertanyaanya dengan jawaban yang sedikit datar. Kemudian ia melanjutkan makan dan mengabaikan Arin.

" bukan begitu maksudnya .. gue cuman pengen bilang ... terima kasih .. karena kemarin udah nolongin gue .." ucap Arin, kemudian Arin mulai menyadari ada yang aneh dari wajah Brian. Ia melihat sebuah luka diujung bibir sebelah kirinya yang terlihat sedikit robek dan berdarah.

Mendengar penjelasan Arin membuat Brian terdiam beberapa detik sambil mengingat kejadian yang dimaksud Arin. " ahh .. itu .." sambil meletakan sumpit didalam mie cup dan memandang Arin dengan tajam.

" tanganlu ..?" tanya Brian.

" oh ..!?" Arin sedikit terkejut karena terhanyut dalam pikirannya karena memikirkan luka yang ada pada bibir Brian yang terlihat seperti ada yang memukulnya. " ohhh .. aku baru aja pergi periksa .. " jawab Arin.

" euhhh ... tapi .. apa gue boleh tanya sesuatu ..?" tanya Arin dengan ragu sambil memperhatikan ekspresi wajah Brian.

" tanya aja ".

" kenapa makan mie cup terus ..? apa nggak ada yang masakkin dirumah ..? " tanya Arin membuat Brian sentak terdiam saat mendengar ucapan Arin.

Untuk pertama kalinya seseorang menanyakan hal seperti ini kepadanya membuatnya binggung. Sambil meletakan garpu didalamnya dan bersandar pada punggung bangku dan memadang kearah wajah Arin yang tampak seperti sedang mengkhawatirkannya.

" gue tinggal sendirian ..." ucap Brian dengan nada suara yang sedikit rendah sambil menglihkan tatapan yang kosong.

Arin yang mendengar jawaban dari Brian langsung terdiam menatap Brian yang kembali melanjutkan makannya. Perasaan bersalah karena terlalu lancang menanyakan hal yang tak menyadari konskuensi dari ucapan yang mungkin menyakiti perasaan Brian memenuhi dirinya.

Brian melihat wajah Arin yang murung sambil merundukkan kepalanya, seakan Arin sedang mengasiani dirinya yang menyedihkan ini.

" nggak usah pasang wajah kaya gitu ..." ucap Brian setak Arin langsung merubah ekpresinya yang tersenyum canggung.

Sambil mendorong kaleng cola yang diberikan pada Arin, bermakasud hanya untuk menunjukkannya saja. " dari pada ini, gue mau makan mie Ayam " ucap Brian yang membuat Arin binggung.

" mie ayam ?".

" emm .. mie ayam ".

***


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C27
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login