Download App

Chapter 28: " The Wind Blows " (13)

***

Hingga akhirnya mereka sudah sampai disebuah restoran Mie Ayam Solo yang cukup terkenal didaerah dekat rumahnya. Terlihat restoran begitu ramai oleh pengunjung, membuat Brian terlihat tidak nyaman dengan kerumunan orang yang cukup banyak karena itu salah satu kelemahan Brian, berada ditempat yang banyak orang berkumpul.

" Emangnya nggak ada tempat lain apa ?" tanya kesal Brian sambil memperhatikan orang-orang disekitar yang penuh dengan berbagai jenis sifat manusia, dan perlahan mulai menguras energinya hingga kepalanya mulai terasa pusing.

" ini yang paling terkenal .. gue sama ibu gue sering kesini, disini juga paling enak tau !" ucap Arin yang sudah tidak sabar dengan mie ayam yang sudah ia pesan beberapa saat yang lalu.

Tak lama seorang pelanyan datang dengan membawa dua mangkung Mie ayam dan langsung diletakan diatas meja.

" selamat menikmati ..".

" iya .. terima kasih .." ucap Arin dengan sopan.

Brian masih terdiam sambil memandangi semangkung mie ayam yang memenuhi mangkuk dengan potongan ayam yang cukup banyak, untuk pertama kalinya ia melihat Mie ayah sebanyak ini.

" ayo cepat dimakan ! nanti keburu ngembang ..." ucap Arin sambil mencari garpu, Arin sempat sedikit panik saat melihat tidak ada garpu ditempat penyimpanan alat makanan membuatnya sedikit kebinggungan. Arin berfikir untuk memanggil pelayan, tapi disini terlalu ramai, ia ragu suaranya tidak terdengar oleh pelayan. Kemudian dengan pasrah Arin pun mulai mengaduk mie ayam miliknya dengan tangan kanannya, dengan menggunakan sumpit.

Begitu juga Brian yang segera langsung dengan cepat mengadukkan Mie ayam-nya saat menyadari bahwa Arin yang terlihat kesulitkan untuk mengaduk mie-nya hingga beberapa kuahnya menyiprat mengenai dirinya. Brian tidak tega melihat Arin yang kesulitan. Sambil mengancungkan tanganya. " Permisi !!" saut Brian dengan cukup keras hingga salah satu pelayan melihat kearahnya.

" tolong garpu satu disini !" ucap Brian.

" iya tunggu sebentar" ucap pelayan itu.

Arin binggung dengan Brian yang tiba-tiba meminta garpu pada pelayan seakan bisa membaca pikirannya.

Sambil memberikan mie ayam miliknya pada Arin. " makan yang ini .." ucap Brian yang langsung menukar mie ayam miliknya yang sudah teraduk dengan mie ayam milik Arin yang masih belum teraduk semua. Setak Arin terkejut dengan sikap Brian yang membuat terdiam.

" Apa ini ..?? dia mengadukkannya buat gue ..". pikir Arin yang sedikit tersentuh dengan sikap perhatian Brian dibalik sifat dinginnya. Tidak lama salah satu pelayan memberikan garpu kepada Arin yang langsung menerimanya.

Arin masih terdiam sambil memandangi Brian yang sibuk mengaduk mie ayamnya. Entah kenapa melihat Brian kembali bersikap baik kepadanya membuat Arin mengetahui sisi lain dari Brian yang dingin.

Brian yang binggung dengan Arin yang terlihat terdiam sambil tatapan kosong. " kenapa bengong..!! cepet dimakan !" ucap Brian.

Sentak Arin tersadar dengan sautan Brian.

" emm .. iya dimakan kok .." ucap Arin.

Saat mendengar suara itu membuat Brian tanpa sadar tersenyum kecil tidak kasat mata, karena dirinya merasa berguna bagi Arin yang selama ini selalu ia perlakukan dengan tidak baik.

Saat Arin sedang menyantap makanan tiba-tiba ponselnya berbunyi, ia melihat sebuah panggilan masuk dari Fathan. Dan tak sengaja Brian melihat nama itu, sentak membuat mood-nya tiba-tiba menjadi kesal. Kemudian Arin segera mengangkatnya setelah menelan makanannya.

" iya, Fathan ? ada apa ?" tanya Arin kemudian ia mendengarkan Fathan yang berbicara.

" oh iya aku lupa, maaf ... emm aku masih ada diluar lagi makan mie ayam" jawab Arin kembali medengarkan Fathan yang terdengar mengkhawatirkannya.

" iyaa, aku bakal telepon lagi kalau udah sampai rumah, byeee ..!!" ucap Arin kemudian sambungan pun terputus dan kembali meletakkan ponselnya untuk melanjutkan makan.

" kalian berdua pacaran yaa ..??" tanya Brian dengan nada yang kembali terdengar dingin.

" nggak kok ..!!" ucap Arin mencoba membantah ucapan Brian yang entah kenapa ia merasa tidak ingin Brian salah paham tentang hubungannya dengan Fathan yang hanya sebatas teman saja.

" tadi dia abis nganterin gue kerumah sakit .. tapi sepertinya ada masalah keluarga jadi dia nggak bisa nganterin gue pulang .." ungkap Arin dengan nada terdengar menggerutu, tapi Brian terlihat seperti mengabaikan penjelasaannya.

Disisi lain Brian menyadari hal yang sempat membuatnya merasa ada yang mengganjal, dimana saat Fathan yang datang tiba-tiba kerumah dan memukulnya tanpa alasan, ternyata saat itu Fathan sedang bersama dengan Arin.

Disepanjang perjalanan pulang mereka terdiam satu sama lain. Jalanan masih terlihat cukup ramai orang yang berlalu-lalang, mungkin karena masih banyak restoran jadi membuat jalan cukup banyak orang yang berjalan menikmati malam musim panas.

Arin masih merasa canggung dan serbah salah, karena setelah beragumen membuat raut wajah Brian kembali menjadi dingin tanpa kata. Beberapa kali Arin menghela nafas memikirkan bagaimana memecahkan suasana tidak nyaman ini. Bahkan dirinya tidak mengerti apa yang salah dari ucapannya tadi.

Saat aku sibuk dengan pikirannya, dengan tiba-tiba Brian menarik tangannya hingga medekat kearah Brian hingga Arin terkejut. Arin tersadar bahwa ada motor lewat disampingnya dan menyelamatnya dari pengguna motor yang berjalan cukup cepat dijalan yang ramai ini.

Arin masih terdiam kaku, ia memandangi tangan Brian yang masih menggengam tangannya membuat jantung berdetak lebih cepat dan entah kenapa ia tersipu malu. Terlebih lagi saat tiba-tiba Brian menukar posisinya yang berjalan disamping kanannya lalu melepas tangan Arin seakan ingin melindunginya. Wajahnya memang masih datar dan dingin tapi sikapnya benar-benar membuat Arin binggung dan berdebar.

" apa apa ini .. kenapa jantung gue berdebar .. hyaa !! Arin sadarlah ..".

Suasana malam semakin sepi saat mereka mulai medekat menuju rumah. Hanya terdengar suara jangkrik yang saling meyaut satu sama lain dan jalanan yang mulai sedikit pencahayaanya. Arin beberapa kali melihat kearah Brian karena masih penasaran dengan luka tersebut tapi ia tidak berani menanyakannya pada Brian.

" ngomong-ngomong kenapa mukalu terluka ?" tanya Arin tanpa ragu lagi.

Brian sentak terkejut dengan pertanyaan Arin yang akhirnya menyadari luka yang ia miliki. Ia masih terdiam sambil memikirkan dan merangkai perkataan untuk menjelaskan apa yang terjadi padanya.

Beberapa saat setelah Arin menanyakan hal itu, tapi Brian masih saja terdiam seakan tidak ingin menceritakan padanya.

" maaf kalau udah terlalu lancang " ucap Arin.

Mendengar suara Arin yang terdengar sedih, membuat Brian kembali bersalah karena seperti Arin kembali salah paham padanya lagi.

" gue abis bertengkar dengan Ayah gua " ucap Brian yang seketika kembali hening.

Arin menoleh kearah Brian beberapa saat hingga muncul banyak sekali pertanyaan yang ingin sekali menanyakannya pada Brian. Wajah yang terlihat seperti orang yang kesepian dan penuh luka, mencoba menjadi seseorang yang tidak ingin merasakan belas kasihan, seperti itulah ekspresi Brian saat ini dimatanya.

Arin kembali terdiam membuat Brian binggung kenapa Arin tidak menanyakan alasan ia bertengkar dengan Ayahnya.

" lu gak penasaran kenapa gue bisa bertengkar sama Ayah gue ?" tanya Brian.

" emm .. cuman nggak mau nanya aja" ucap Arin.

" kerena .. dulu gue juga pernah bertengkar sama Bapak gue .. setelah bertengkar hebat didepan banyak orang saat itu, banyak orang yang berdatangan hanya sekedar untuk menghibur gue ataupun hanya pernasaran dengan alasan kenapa kami bertengkar, padahal saat itu gue hanya ingin sendirian aja, karena saat gue sedang merasa ada yang salah dari diri gue.. kata-kata penghibur itu hanya akan menambah luka buat gue .. disaat hal yang ingin gue lupain tapi nggak bisa hanya karena rasa penasaran mereka .. menyebelin bangetkan ? gue nggak mau jadi salah satu diantara mereka .." ungkap Arin dengan hati yang terasa perih dan setengah tersenyum seakan menceritakan tentang pengalamannya dimasa lalu.

Sentak Brian terdiam saat mendengar semua ucapan Arin yang sama persisi dengan apa yang saat ini ia rasakan. Termenung dalam ucapan Arin yang seakan terus berputar diotaknya kini menyebar keseluruh tubuhnya. Ternyata ada orang yang merasakan hal yang sama dengannya, hal itu membuat Brian merasa tidak sendirian lagi.

" tapi .."

Tiba-tiba Arin menghentikan langkahnya dan terdiam melihat kearah Brian yang juga menghadap kearahnya.

" Emmm .. kalau lu ngerasa sedih, lu boleh kok buat nangis .. jangan sampai lu tahan kesedihan itu .. biar lu nggak lupa sama diri lu sendiri .. " ucap Arin sambil memberikan senyuman seakan dia adalah orang yang paling bahagia didunia ini setelah keluar dari lingkaran hitam.

Brian yang mendengar ucapan itu dari mulut seorang yang selalu ia anggap polos, bodoh dan rapuh tapi ternyata ia benar-benar salah. Terdiam melihat senyuman Arin yang begitu tulus entah kenapa satu persatu perasaan sedihnya menghilang ditengah langit malam.

" gue pernah dengat kata itu dari drama korea yang gue tonton .. hahah .. aneh yaa .." ucap Arin yang tersipu malu dan salah tingkah saat biar terus menatapnya.

Melihat Arin yang salah tingkah membuat Brian tertawa kecil, dan sentak membuat Arin terkejut karena untuk pertama kali nya ia melihat Brian yang selalu berekspresi dingin dan datar, tenyata bisa tertawa juga.

" kenapa ..? kenapa liatin gue segitunya ?" tanya Brian dengan binggung saat dirinya saat terus dipadangi Arin dengan padangan yang seakan sedang melihat sesuatu yang tidak biasa.

" ternyata lu bisa ketawa juga yahh .. gue kira lu nggak bisa ketawa .." ucap Arin sambil tawa kecil dari setiap ucapan yang Arin ucapkan pada Brian yang langsung merubah ekspresinya menjadi datar dan membuat Arin sentak merasa heran dengan sikap Brian yang berubah dengan cepat.

" kadang gue lebih suka menangis dibandingkan mendengar kata-kata penghibur .." ucap Arin.

Sambil menghela nafas panjang Arin memandang kearah langit malam dimana ada satu bintang yang bersinar terang diatas langit malam yang gelap, membuatnya merindukkan sosok Ayahnya yang sudah tenang berada dilangit sana.

Saat melihat Arin yang mendengakkan kepalanya melihat kelangit membuat Brian juga ikut memandang ke langit malam, melihat satu bintang yang satu-satu bersinar terang diantara beberapa bintang, meningatkan dirinya dengan sososk Ibu-nya.

***


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C28
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login