Download App

Chapter 79: 79.) Hachan

"Yang cantik belum tentu yang terbaik untuk jadi pasangan hidup, yang setia belum tentu juga bisa, lalu siapa yang cocok jadi pasangan hidup? Jawabannya, hanya tuhan yang tau" ~Author

Jam 8 kami selesai makan malam.

"Mau tambah Haruka kun?" tanya Saki

"Tidak, porsi tadi sudah terlalu banyak untuku"

"Baiklah, maka langsung aku bereskan ya meja makan ini"

"Mau ku bantu Saki chan?"

"Tidak usah, kamu istirahat saja sana di ruang keluarga dulu"

"Yakin?"

"Iya Sayangku"

"Oke, jika butuh bantuan bilang"

"Hanya mencuci piring apa susahnya?"

"Ya siapa tau piringnya jatuh lalu kamu terkena pecahannya"

"Ya jangan siapa tau, yang penting aku hati hati bukan?"

"Iya sih, ya sudahlah aku ke ruang keluarga dulu"

Aku pergi ke kamar dulu untuk mengambil, pekerjaan rumahku, yaitu mengerjakan tugas musim panas, sudah ada beberapa guru yang memberikan tugas, jika kemarin ada sastra maka sekarang ada biologi, dimana tugasnya adalah menggambar mind map bertema makhluk uniseluler dan multiseluler.

Baru beberapa menit mengerjakan Saki datang juga menghampiri ku.

"Kamu baru mengerjakan itu?" tanya Saki

"Ya seperti yang kamu lihat, apa kamu sudah?"

"Sudah dong, tadi siang ku kerjakan" balas Saki

"Sini ku pinjam"

"Ambil tuh di tumpukan buku, samping tv"

"Kamu memang istri terbaik Saki chan"

"Bisa saja kamu Haruka kun"

"Beneran"

.

"Sini Haru chan" ucap Saki

"Apa?" tanya ku

"Aku memanggil Haru chan bukan Haruka kun"

"Hmmm, ganti saja namanya, atau kamu panggilnya jangan Haru, tapi Hachan"

"Tapi dia kemarinya jika ku panggil Haru"

"Ya dibiasakan panggil dia Hachan saat memberi makan, nanti dia ingat sendiri"

"Apa benar begitu Hachan?" tanya Saki ke kucing yang ia gendong

"Meow?"

"Imutnya" teriak Saki yang antusias sendiri

"Kenapa wanita sangat suka kucing" pikir ku

"Meow meow" ucap Saki

"Meow"

"Berhenti Saki chan, aku jijik melihatnya" ucap ku

"Eh, tapi ini menyenangkan loh"

"Terserah yang penting jangan mengajaknya berbicara dengan bahasa kucing"

"Baik baik sayang" ucap Saki sambil tersenyum

Jam 8.15 tugas ku selesai ku buat karena aku meniru materi dari Saki.

"Ayo Saki chan kita ke supermarket"

"Baiklah ayo, katakan pada papa juga mau ikut" ucap Saki pada kucingnya

"Jangan di bawa, tinggalkan saja di sini"

"Baiklah sayang, aku cuma bercanda ingin mengajaknya"

.

"Naik mobil Civic ya" ucap ku

"Baik, aku ngikut kamu Haruka kun"

"Oke"

.

Setibanya di Supermarket kami langsung ke tempat perabot rumah tangga.

"Apa kamu yakin beli sendok, sumpit, dan garpu lagi?" tanya ku

"Iya, beli saja bukanya kurang juga untuk kita, tapi jika kamu ingat kan besok sabtu dan minggu depan katamu klub voli akan menginap"

"Mereka kan sudah makan sendiri"

"Tidak apa, sekalian untuk simpanan jika ada sodara yang berkunjung bukan" ucap Saki

"Hmmm baiklah"

.

"Bagusnya yang warna pink atau hitam?" tanya Saki mengenai teflon penggorengan

"Yang Hitam saja sepertinya lebih bagus dan jika kotor tidak terlalu terlihat"

"Baiklah ambil yang hitam, lalu untuk toples kita mau beli yang plastik atau yang kaca ya Haruka kun?"

"Beli yang ada penguci karetnya saja, tidak peduli kaca atau plastik"

"Oke"

.

"Beli ini juga Saki chan" ucap ku saat menunjuk penggaling mie

"Untuk apa, aku kan bisa membuat mie tanpa itu, lagipun jika mau mie lebih baik beli"

"Ya tapi kan itu berguna juga jika aku mau mie dan kamu tidak mau membuatkan"

"Hmmmm, ambil yang mana?"

"Yang 5 in one itu"

"Oke"

.

"Beli rak dan sandal ruangan juga Saki chan"

"Yang satu paket ini?"

"Iya" balas ku

"Baiklah, tapi bukanya rumah kita sudah terlanjur memakai adat sepatu dan sandal dari luar boleh masuk?"

"Ya kita ubah, agar rumah lebih bersih dan kamu tidak usah membersihkan lantai secara terus menerus bukan"

"Oh begitu"

"Iya begitu Saki chan"

.

Jam 9

Untuk kedua kalinya hari ini aku belanja sekeranjang penuh.

"Totalnya 45 rb yen nona"

"Bisa dengan kartu?" tanya Saki

"Bisa nona"

Saki membayarkan sebanyak 45 rb yen, dengan uang ku sebenarnya, tapi itu hak nya juga.

Selesai belanja kami langsung pulang.

Jam 9.15 kami tiba di rumah, untuk belanjaan langsung kami bongkar, beberapa langsung di pajang di dapur, sementara di simpan.

"Oke sudah selesai, langsung tidur atau bagaimana?" tanya ku

"Nonton film saja" ajak Saki

"Di kamar atau di ruang keluarga?"

"Di ruang keluarga saja, tapi nanti sofa yang besar di tidurkan sandaranya, agar bisa sambil tiduran"

"Baiklah"

Kami membenarkan posisi sofa dulu lalu ku hidupkan tv, lalu ku buka netflix.

"Pilih film yang mana?" tanya ku

"Film yang seru seperti Up kemarin kemarin yang kita tonton"

"Umm, yang animasi atau normal?"

"Apapun boleh"

"Lalu akan ku putar saja 5 cm saja ya?"

"Yang anime itu?" tanya Sak

"Iya"

"Tidak mau, aku sudah menontonnya"

"Lalu ko mil gaya?"

"Film india?"

"Iya"

"Bagus?"

"Menurutku sih bagus, mau ku sopileri sedikit?"

"Katakan"

"Ada orang idiot yang mencintai wanita cantik tapi orang tua tidak setuju, akhirnya dia mendapatkan bantuan dari temanya jadu, jadu adalah makhluk luar angkasa.."

"Stop, kita langsung putar saja Haruka kun"

"Baiklah"

"Aku ambil bantal guling dan selimut dulu ya" ucap Saki

"Kita mau tidur di sini?"

"Iya"

"Oke lah"

Kami sudah di posisi lalu ku putar kembali setelah tadi sempat ku stop, Hachan juga naik ke sofa dan ikut menonton film di tengah tengah kami.

"Kamu sudah memandikannya kan?"

"Sudah, cium saja baunya pasti harum" balas Saki

"Tidak usah"

.

Film sampai dimana Rohib sang pemeran utama di buli hanya karena ingin minta maaf, hingga sekuternya di rusak.

"Aku hanya ingin minta maaf" ucap Rohib sambil menahan tangis

Saki sudah meneteskan air mata, uniknya Hachan juga ikut menangis.

"Hahaha berapa kalipun aku menonton adegan ini, tetap saja ini menyedihkan" ucap ku yang meneteskan air mata juga

(Hachan)

"Apa apaan gambar itu, bukanya orang itu mau minta maaf? Tapi kenapa dia malah di hajar oleh laki laki lainya"

"Hidup tidak adil ya pastinya, seperti hidup ku juga"

"Jangan bersedih" ucap Hachan dengan bahasa kucingnya sambil mengangkat kaki depanya

"Ara ara Hachan kamu juga tau ya kesedihan di film itu juga ya" ucap Saki

"Majikan juga sedih dengan itu?" apa dia juga hidup sama seperti ku?"kata Hachan saat melihat Saki yang meneteskan air mata juga

.

Dalam awal hingga pertengahan film banyak adegan sedih, seperti saat Rohib yang dimarahi guru komputernya sebab iq jogkoknya, lalu di marahi ibunya sebab menghidupkan komputer ayahnya yang sangat di larang di sentuh tapi Rohib malah menghidupkannya.

Adegan berganti pada saat Rohib bertemu dengan Jado, si makhluk luar angkasa.

"Itu yang kamu maksud Jado?" tanya Saki

"Iya itu"

"Aneh, apa itu beneran ada?"

"Entahlah, di universe kita ini kan ada banyak galaxy, serta di galaxy ada banyak bintang, dan dimana di setiap bintang itu ada planet yang mengelilinginya, jadi mungkin saja kehidupan lain di sana"

"Dapat teori dari mana kamu Haruka kun?"

"Ya di logika saja Saki chan, tuhan tidak akan membuat sesuatu yang sia sia bukan, dia membuat cinta agar dua orang saling menyukai, dia memberi kita berkah uang agar kita bisa melanjutkan hidup, jadi semua ciptaannya dari yang berwujud hingga yang tidak berwujud pastinya ada kegunaannya masing masing"

"Oh benar juga apa katamu Haruka kun"

"Tentu saja benar"

Film berlanjut ke nyanyian Jadoo jadoo

"Kenapa ya suara pemeran India itu merdu merdu sekali?"

"Mereka hanya menirukan suara Saki chan, jadi tidak murni suara asli mereka"

"Eh masa?"

"Ya memang begitu, kamu kira semua wanita itu bisa nada tinggi dengan baik? Jika kamu ingat pasti rata rata lagu di film india itu jika wanitanya menyanyi pasti nada tinggi yang di gunakan"

"Oh benar juga, film yang kemarin itu juga sama berarti?" (Tujh mein Rab..)

"Benar sekali" balas ku

Jam 11.30 film baru selesai.

"Huh sangat seru Haruka kun, romance dan actionnya sangat bagus, apalagi di saat Rohib mencoba membuktikan diri di lapangan basket dan di lomba menari"

"Ya namanya juga rekomendasi dariku pasti bagus lah"

"Ada lanjutannya kah?"

"Ada, tapi sudah berpindah adegan dimana anaknya yang memerankan apa kamu mau lihat?"

"Romance ada?"

"Ada"

"Baiklah tonton saja"

Ku putar film Kriss dimana itulah lanjutan film koi mil gaya.

"Apa! Si wanita meninggal?" tanya Saki

"Ya namanya depresi hidup, dia melahirkan anak tapi malah Rohib menghilang" Balas ku

"Itu mengerikan aku.."

"Diam, Stop jangan di bayangkan" sela ku pada Saki

"Hehe tidak kok"

"Lalu apa yang kamu pikirkan?"

"Aku memikirkan jikalau saat lahiran kamu tidak menemani diriku Haruka kun"

"Akan ku temani kok, walaupun saat itu aku ada di antartika, 1 minggu sebelum kamu lahiran aku akan merawat kamu dan menemani kamu"

"Hanya satu minggu jadinya ini?"

"Ya jika ada pekerjaan apa boleh buat bukan?"

"I love you Haruka kun"

"Aku juga cinta kamu Saki chan"

Kami melanjutkan nonton filmnya.

Adegan berganti ketika Krisna mengikuti si wanita yang jadi idaman hatinya hingga ke singapura.

Neneknya sudah melarang tapi si Krisna tetap bersikukuh berangkat.

"Apa dia tidak kasihan ya pada Neneknya?"

"Ya namnya juga cinta buta, kamu akan tau akhirnya"

"Maksudnya?"

"Ya lihat saja"

.

Film berakhir

"Huh, aku kira Krisna benar benar di tipu oleh si wanita" ucap Saki

"Ya memang di tipu bukan?"

"Tapi kan ada alasanya"

"Menipu itu sudah alasan, jadi alasan dengan meberikan alasan lain?" tanya ku

"Ya bukan begitu, di film aku masih bisa menerima kok jika alasannya berbohong sebab pekerjaan"

"Jadi aku juga boleh dan kamu maklumi?" tanya ku

"Untuk kamu akan langsung aku pukul di perut"

"Jangan sadis Saki chan"

"Hehe biar kamu tidak berbohong padaku"

"Itu apa si Hachan sudah tidur?" tanya ku

"Sudah ku rasa, biar ku pindahkan dia dulu ke sofa samping"

"Tidak di kandangnya saja?"

"Dia lebih suka di sofa" ucap Saki

"Baiklah"

Saki berdiri lalu mengambil Hachan untuk di pindahkan ke sofa samping.

"Meow"

"Hanya ku pindahkan Hachan, sekkrang tidur lagi"

"Meow" Hachan lalu tidur lagi

.

Saki kembali tidur di sofa utama bersama ku.

"Mau nonton lagi atau tidur?" tanya ku

"Putar saja sesuka mu, mungkin di film ini aku akan tertidur" balas Saki

"Baiklah lalu akan ku putar anime Ao haru ride"

"Terserah kamu" balas Saki

Saki sekarang melihat film sambil memeluk ku, baru beberapa menit anime di putar, Saki sudah tertidur.

"Dasar istriku" ucap ku lalu mencium keningnya

Anime baru bejalan satu episode langsung ku matikan tvnya, sebab sudah terlalu larut.

Jam 2 dini hari barulah aku tidur.

.

Minggu 21 Juni, jam 7 Pagi

Hachan menjilat jilati tangan ku memberi tahu ku untuk bangun.

"Hoamm"

"Geli Hachan jangan di jilat" ucap ku

"Meow"

"Iya sebentar jika mau makan"

Aku bangunkan Saki yang masih tertidur pulas di samping ku.

"Saki chan bangun"

"Saki"

"Saki chan!"

"Ughh ada apa Haruka kun"

"Sudah pagi, ayo mandi lalu sarapan"

"Jam 6?" tanya Saki

"Jam"

"Oh sudah lewat jauh rupanya, sebentar aku kumpulkan nyawa ku dulu" ucap Saki

"Baiklah, aku mandi dulu ya, nanti ini beresi"

"Oke oke" balas Saki

Sebelum mandi aku menggendong Hachan.

Ku ambilkan makannnya di dalam mangkuk makannya.

"Meow" sambil melihat ku

"Minta tambah"

"Meow"

"Hanya pagi ini loh ya, jangan lupa banyak gerak sehabis makan"

"Meow?"

"Hahaha kamu tidak mengerti ya" ucap ku lalu memberikannya satu scope lagi makanannya.

"Terima kasih tuan" ucap Hachan dalam bahasa kucing

Aku pergi ke dapur ku ambil susu di kulkas lalu ku panaskan.

Setelah di rasa sudah tidak dingin barulah ku berikan pada Hachan.

"Makan dan minum di sini ya jangan di tumpahkan, aku mau mandi dulu"

"Ini enak" ucap Hachan

Ku tinggalkan dia ke kamar ku untuk mandi.

Selesai mandi ku lihat Saki masih tertidur.

"Hmm katanya mau mengumpukan nyawa, tapi kok malah di sebar lagi nyawanya" (maksudnya tuh di mimpi kan orang bisa ke mana mana, nah nyawa itu perumpamaan dia yang bisa ke mana mana)

Aku mendekatinya lalu ku jilat kupingnya.

"Hachan jangan nakal" ucap Saki dengan mata tertutup

"Aug aug"

Saki kaget lalu membuka matanya.

"Ahhh Haruka kun! Ku kira tadi Hachan beneran menirukan suara anjing"

"Ya mana bisa sayang, sekarang kamu mandi sana, buatkan sarapan untuk ku"

"Baik baik, tunggu di meja makan saja, sekalian Hachan di beri makan"

"Sudah ku lakukan"

"Oke"

Jam 7.45 barulah kami sarapan, walaupun hanya dengan nasi goreng.

"Meow"

"Jangan Hachan ini bukan makanan untuk kamu, hus hus" ucap ku lalu dia menjauh

"Huh padahal aku hanya ingin duduk di pangkuannya"

.

"Haruka kun, nanti kamu akan ke toko pakaian lagi?" tanya Saki

"Iya untuk memantau, paling aku akan kembali jam 12 nanti"

"Berangkat jam berapa memangnya?"

"Jam 11 jika tidak ada masalah"

"Oh, ku kira kamu akan pergi cepat"

"Oh benar juga ya, kamu belum tau manager utama yang baru ya"

"Bukanya kamu?" tanya Saki

"Sebenarnya tidak, kemarin pelamar Manager utama datang untuk interview"

"Kapan tepatnya?"

"Jam 3.30 mungkin"

"Bukannya sesi intervew habisnya jam 12?"

"Ya mas memang, tapi saat dia mengatakan alasannya aku jadi tak tega untuk menolak menginterview dirinya"

"Alasanya apa?"

"Katanya dia baru melamar wanita, jadi dia terlambat?"

"Namanya siapa?"

"Yang wanita atau si Manager?"

"Keduanya"

"Untuk manager namanya Rynosuke dan si calon aku tidak tau" (disini Haruka tidak baca manga re : Marina jadi dia tidak tau alurnya)

"Umurnya?"

"26 tahun"

"Eh benar juga, Hori dan Takumi itu apa masih sekolah?" tanya Saki

"Masih, tapi keduanya sudah di semester akhir tinggal membuat skripsi, jadi bisa di kerjakan sambil bekerja"

"Umur mereka jadi antara 21-22?"

"Jika aku ingat ingat sih, untuk Takumi 22 dan Horinya 21"

"Apa tidak masalah kamu mempekerjakan orang yang masih sekolah untuk jabatan tinggi?"

"Ya coba coba saja, jika gagal cari yang lain bukan?"

Ringgg

Ponsel ku berdering.

"Halo ibu" ucap ku

"Haruka kun, apa kamu buka toko baju di bulan ini?"

"Iya ibu memangnya kenapa?"

"Ini, di salah satu kolom berita ada nama tokomu, benar bukan namanya Haruka Saki"

"Berita di MN daily?" tanya ku

"Iya, apa kamu tidak tau?"

"Belum ku lihat"

"Ya lihat saja nanti, hari ini apa keluarga boleh berkunjung lagi ke rumah?" tanya ibu

"Jangan, hari ini aku mau keluar mengurus tokonya"

"Apa tidak bisa kamu serahkan saja pada Manager mu?"

"Pokoknya tidak bisa."

"Padahal ibu sudah di depan rumah mu loh"

"Nih orang tua berkunjung kok asal asalan sih" pikir ku

.

Bel berbunyi.

"Kamu tolong buka kan Saki"

"Siapa memangnya?"

"Ibuku"

"Bersama ayah?"

"Sekeluarga"

"Eh, baiklah akan segera aku buka"

Saki pergi ke ruang satpam untuk membuka gerbang dengan tombol.

"Halo Kak Saki"

"Halo Hiyori chan"

"Haruka mana Saki chan?" tanya Ayah

"Dia sedang duduk santai di meja makan"

"Katanya dia mau pergi mengurus tokonya, apa benar?" tanya ibu

"Benar bu, tapi berangkatnya masih nanti kok, apa nenek dan kakek juga ikut?"

"Mereka ada cek kesehatan Hari ini jadi tidak ikut, tapi mungkin mereka akan menyusul nanti"

Sebelumnya di rumah Shinomiya

"Aku mau ikut" teriak Kakek

"Aduh kakek, tapi hati ini ada cek kesehatan jam 9 nanti" ucap ibu

"Lalu masalahnya apa, kan bisa di ganti hari atau dokternya dj suruh datang ke rumah Haruka dan Saki"

"Benar benar, nenek juga mau ikut" ucap Nenek ganti

"Hmmm kalian boleh menyusul jika cek kesehatan sudah selesai deh" saran ibu

"Oke, tapi berikan alamat Haruka dulu" ucap Kakek

"Ini alamatnya" , tujuk nama alamat rumah ku di layar ponselnya

"Sebentar aku tulis dulu di tab ku" ucap Kakek

"Iya Ayah" balas ibu

Kembali ke rumah Haruka

"Sekarang pakai sandal dalam rumah ya" ucap Hiyori

"Iya Hiyori chan, Haruka kata supaya rumah lebih bersih"

"Betul itu Saki chan, walaupun agak ribet tapi itu lebih baik sebab kamu kan tidak ada pelayan di sini" ucap Ayah

"Iya ayah"

Saat mereka masuk mereka sudah di sambut tudak hangat oleh Hachan

"Kheeekkk"

"Tenang Hachan mereka keluarga juga" ucap Saki

"Uwaaa imutnya, jadi namanya Hachan ya" teriak Hiyori lalu menggendong Hachan

"Imutnya" ucap Hiyori

Hachan yang di gendong malah jadi diam.

"Ini bau seperti tuan yang satunya jadi pasti mereka bersaudara" ucap Hachan

.

Aku masih duduk di meja makan, lalu ibuku datang menghampiri ku dan duduk di samping ku.

"Oh bagus ya Haruka kun"

"Apa sih bu? Aku hanya menyuruh Saki menbukakan gerbang"

"Kenapa tidak kamu saja?"

"Ya membuka gerbang hanya tinggal pencet tombol jadi tidak melelahkan"

"Hmmm baiklah baiklah, ibu mau tanya soal pernikahan mu, apa persiapan lain sudah siap?"

"Untuk persiapan sih sudah, muali dari baju pengantin, rias pengantin, dan undangan kemarin, tinggal menunggu informasi dari ibu mengenai resort Totsukinya"

"Ibu ada kabar kurang enak ini, Dojima teman ibu berkata tenggal pernikahanmu akan bertepatan dengan hari terkahir ujian siswa Totsuki"

"Tapi kita masih mendapatkan resort utama dan halaman utamanya kan?"

"Ya masih dapat, maksudnya ibu itu mungkin resort tidak akan jadi area pribadi"

"Ya tidak apa, yang penting tempat dapat dulu" balas ku

"Baiklah jika begitu, sebenarnya ibu juga mendapatkan tawaran gartis, jika mau tamu kita bisa menikmati hidangan yang di buat oleh para siswa siswi nya, kamu setuju tidak?"

"Hidangan apa?"

"Katanya sih telur, entah hanya di goreng atau di rebus ibu tidak tau, tapi pokomya hidangan dari telur"

"Boleh saja jika gratis"

"Oke, nanti ibu akan berkata pada Dojima san"

"Ayah mana bu?"

"Di ruang tamu bersama Saki dan Hiyori"

"Oh"

"Ayo kamu sekalian kumpul di sana saja"

"Sebentar, aku mau tanya dulu bu, apa perusahaan mu sudah menerima pembelian dengan uang Shiba inu?"

"Sudah, yang masuk kira kira sudah 500 juta koin Shiba inu"

"Ibu menggunakan kurs yang mana?"

"Kurs kemarin atau sekarang yang penting di harga terendah, jika pembeli protes maka ibu tinggal menunjukan bukti bahwa perusahaan boleh mengambil kurs entah terendah atau terbesar selama jangka waktu 24 jam sebelumnya hingga detik itu"

"Ada kah peraturan seperti itu?" tanya ku

"Ya ada, ibu membuat persetujuan dengan pihak pembuat Shiba inu, makanya kemarin juga ada penambahan koin shiba inu"

"Eh ku kira pihak pembuat ingin melawan ku, ternyata ada pengajuan permintaan dari ibu toh" pikir ku

"Oh begitu rupanya" balas ku

"Oh benar juga, katanya harga koin itu hari ini sudah meningkat" kata ibu

"Apa iya?"

"Ibu cek sih sudah di angka 0,12 yen tadi malam"

"Eh meningkat lagi?" tanya ku

"Iya meningkat, coba cek sendiri jika tidak percaya"

Aku cek dan sekarang malah harganya tembus ke angka 0.14 yen.

"Koin yang kamu miliki berapa Haruka kun?" tanya ibu

"2000 triliun koin kurang sedikit"

"Eh?"

"Kenapa bu?"

"Kamu tidak langsung menjualnya saja? Bukannya sudah untung banyak?"

"Aku menahanya hingga seminggu penuh bu"

"Kamu membeli itu dari satu website?

"Iya, sebab sekarang hanya ada satu web yang menjulanya, mungkin ketika ku jual kembali akan ku jual di 5 web besar penukaran uang kripto"

"Menurut mu bisa sampai berapa koin itu berharga Haruka kun?"

"Mungkin di angka 2,3 yen bisa"

"Wow, saat harga segitu kamu akan langsung melepaskan sekaligus?" tanya Ibu

"Tentu saja tidak bu, aku paling hanya melepaskan 500 triliun koin dan ku simpan sisanya"

"Kamu masih yakin bisa cuan jika menyimpanya?"

"Ya mungkin saja, yang penting jika harganya terlalu rendah bakal aku support agar bisa naik lagi"

"Kamu licik sayang" ucap Ibu

"Ya biar untung penting tidak ada pihak yang di rugikan aku akan melakukannya"

(Tidak ada pihak yang di rugikan di sini, sebab jika anda berpendapat si pembuat rugi jawabannya salah, sebab apa? Cari tau sendiri lah pusing aku juga kalo nyari)

.

Selepas obrolan itu aku berkumpul bersama keluarga ku di ruang tamu.

"Kak boleh ku mainkan ps nya"

"Ya mainkan saja"

"Apa kalian sudah makan ayah ibu dan Hiyori?" tanya Saki

"Sudah, sebelum berangkat ke sini kamu sudah sarapan kok Saki chan" jawab Ayah

"Ibu, katanya kamu mengakusisi Channel 2, itu hanya sebagai manager utama atau sekaligus pemilik saham terbesar?" tanya ku

"Ibu memiliki 100% saham mereka, sekaligus sebagai ceonya"

"Berapa yang ibu keluarkan?" tanya ku

"Murah kok hanya 500 miliar yen lebih sedikit"

"Oh, ku kira sampai triliunan"

"Ya tidak sampai lah, channel terbesar se Jepang saja hanya bernilai 978 miliar yen, belum tembus 1 triliun malah"

"Tapi alasan ibu membeli semua saldo itu untuk apa?"

"Ya ibu tidak ingin membagi keuntungan tentunya"

"Dasar ibuku ini" pikir ku

"Hmm jika cuan anak mu ini bagilah ibu" ucap ku

"Mau berapa sayang, tinggal sebutkan nominalnya"

"Tidak jadi deh" (kepikiran bakal ada hutang budi)

"Kenapa? Ibu rela kok"

"Maaf anggap saja aku tadi salah bicara"

"Good job Haruka" kode dari Ayahku

"Ya sudah jika tidak mau"


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C79
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login