Download App

Chapter 164: 164.) Yang Terbaik

"Aku suka kamu Kido kun" ucap Handa

"Matamu suka, jika suka kenapa kamu sex dengan kakakku, hamil dengannya lagi" ucap ku

"Aku menyesal kamu masih suka kan padaku" tanya Handa dengan muka yang pasrah

"Huh bau bau mau bundir ini jika tidak ku terima" pikir ku saat melihat mukanya

"Baiklah jika kamu tidak mau, aku akan pergi saja" ucap Handa berdiri dari bangkunya lalu ingin pergi

"Duduk dulu, jangan asal pergi, mental mu tidak stabil sekarang" ucap ku sambil memegangi tangannya

"Lepaskan saja, mental ku memang sudah terganggu maaf sudah mengajak mu berbagi stress" ucap Handa yang sudah menangis

Note : Asahi Handa, nama lengkap si lon*e satu

.

"Kamu ini menyusahkan saja, aku jika tanggung jawab mau ku beri makan apa kamu, juga huh, aku makan saja di beri tetangga" ucap ku

"Nanti di pikirkan daripada aku menanggung malu" ucap Handa

"Kenapa hidup ku jadi rumit bergini" pikir ku

.

"Kamu mau membantu ku?" tanya Handa

"Bantu dia Haruka" ucap seseorang padaku

Hmmm

.

"Kamu mau melahirkan anak itu?" tanya ku

"Daripada ku aborsi mending ku lahirkan saja" balas Handa

"Kamu rela masa depan mu hilang?" tanya ku lagi

"Tidak, setelah anak ini lahir kita bisa pisah, yang terpenting saat anak ini lahir aku punya suami" ucap Handa

"Lalu anaknya?"

"Akan ku titipkan di panti saja agar kamu atau diriku tidak terbebani olehnya" balas Handa yang sudah eror

"Hah, masa sih aku harus memperistri dirinya" pikir ku

"Baiklah aku setuju, tapi kamu harus ikut aturan ku" ucap ku padanya

"Baik Kido kun" ucap Handa

.

Haruka~

Pertama kamu ku larang putus sekolah selama 6 bulan, sebab selama waktu itu perut mu tidak akan terlalu besar.

Kedua tidak ada pernikahan atau kehamilan yang di tutupi, entah kata orang apa dengarkan saja tidak perlu di masukan hati.

Ketiga tidak ada campur tangan orang tuamu atau orang tua ku setelah pernikahan.

Keempat tidak ada selingkuh lagi, terima kekurangan pasangan maksud ku.

Ke lima kamu boleh cari kerja atau tidak terserah yang terpenting harus bisa menerima berapa pun penghasilan ku.

.

"Baik aku menerimanya" balas Handa

"Baiklah sekarang mari ke rumah mu" ajak ku

"Untuk apa?" tanya Handa bingung

"Untuk minta izinnya tentunya, kamu kira kita kawin lari, menikah dengan aturan, mengikat janji karena tuhan" ucap ku

"Tapi bukannya pernikahan ini tidak akan terjalin lama" tanya Handa

"Itu urusan takdir, jika kamu benar mencintai ku maka cobalah untuk tetap bersama mu, lalu untuk diriku akan mencoba untuk tetap menerima mu bagaimana pun keadaan mu" balas ku

Jam 9.30, ku kayuh sepeda ku dengan Handa di boncengan menuju rumahnya.

.

Jam 9 40 sampai sana.

"Kamu yakin akan bertanggung jawab Kido kun?" tanya Handa

"Baiklah aku pulang" ucap ku

"Ehh jangan aku hanya bertanya tadi jangan marah" ucap Handa sambil memegang tangan ku

"Sudah dari tadi kamu tanya terus, bikin aku pusing saja" ucap ku

"Maaf" ucap Handa

.

Aku masuk ke rumah, lalu Handa memanggilkan kedua orang tuanya.

Ku duduk berdua dengan Asahi, sementara kedua orang tuanya duduk di hadapan kami.

"Ada urusan apa nak Kanda kemari?" tanya Ayahnya

"Benar, biasanya kalian jika ingin belajar bersama langsung belajar tanpa memanggil kami" ucap Ibu

"Begini Yasu san (Ayahnya) dan Mahiko san(ibunya), kedatangan ku kemari karena ingin bertanggung jawab akan perbuatan saya, saya menghamili anak kalian Asahi Handa, pertama saya ingin meminta maaf yang sebesar besarnya ini kecelakaan karena pergaulan ku yang buruk, tapi aku datang ke sini karena menunjukan sikap ku sebagai seorang laki laki yang akan bertanggung jawab akan semua yang ia lakukan, mohon izinkan aku menikahi putri anda" ucap ku sambil membungkuk

Keduanya butuh merespon kata kata ku.

"Aku tau perasaan kalian sebagai orang tua pasti hancur, tapi percayalah ada putri kalian yang lebih hancur, aku ingin memperbaikinya" ucap ku

Plak!

Aku di bogem oleh ayahnya

Ibu langsung menghentikan suaminya itu, semen Asahi kaget lalu membantu ku tetap duduk tegak.

"Kamu ini sudah ku percayai sebagai teman baik anak ku, bahakan di masa depan aku dan istriku bersedia jikalau Asahi menikah dengan mu, tapi tidak seperti ini caranya!" teriak Ayahnya padaku

"Sebentar Sebentar, aku masih pusing" ucap ku padanya minta break dulu

2 menit kemudian.

"Aku sadar perbuatan ku salah, aku bukan laki laki jahat Yasu san, aku tidak menyuruh Asahi pergi ke dokter lalu pergi ke resepsionis lalu bilang, ada layanan aborsi?, aku tidak seperti itu, aku datang kemari ingin mempertanggung jawabkan kejahatan ku, tapi tolong jangan laporkan ke polisi sebab mereka itu bukan memecahkan masalah tapi menambah masalah" ucap ku

"Kamu masih sekolah, mau menghidupi apa dengan apa putri ku itu, mau di kasih makan daun dan tanah?" ucap Ayahnya dengan nada tinggi

"Aku sudah bekerja" balas ku

"Kerja apa Kido kun?" tanya Ibu

"Kerja part time di restoran, gajinya lumayan banyak, biaya sekolah kami berdua pun bisa ku talangi olehnya" ucap ku

"Kalian menikah tapi ingin melanjutkan sekolah!" teriak Ayah lalu menggebrak meja

"Yasu san, sekolah itu tidak melarang siswanya hamil ketika sekolah, yang di larang yaitu bersekolah ketika dirinya melahirkan" ucap ku

Ibu dan Asahi yang mendengarkan, jadi menahan tawa.

.

"Aku tau itu juga Kido, tapi maksud ku apa kalian tidak masalah menahan malu?" tanya Ayah

"Jujur jika diriku, asal tidak di buli secara fisik aku tidak masalah" balas ku

.

Diskusi berlanjut, ku katakan juga kesungguhan ku, lalu buruknya aborsi bagi ibu, terakhir soal tata cara pernikahan tanpa resepsi.

Akhirnya jam 2 siang diskusi selesai, aku mendapatkan izin mereka berdua dengan cara baik baik.

.

"Kamu mau langsung izin ke orang tua mu Kido kun?" tanya ibu

"Benar Mahiko san, saya perlu izinnya juga" ucap ku

"Bawa saja mobilnya jika bisa" suruh ayah

"Bolehkah?" tanya ku

"Asal tidak kamu bawa kabur boleh saja" ucap ayah

"Aku bisa, tolong pinjamkan" ucap ku

.

Aku masuk ke dalam mobil bersama Asahi, lalu pergi ke tempat janjian.

"Kamu dari mana bisa belajar mengendarai mobil?" tanya Asahi

"Dari menonton video" balas ku

Asahi menatap ku

"Tenang aku bisa" ucap ku agar dia tenang

.

Jam 2.20 sampai di lokasi.

Ku parkirkan mobil, bersamaan mereka juga baru datang.

Note : Yang ku panggil hanya ayah dan ibuku.

.

"Mobil siapa ini Kido?" tanya ayahku

"Mobilnya ayahnya Asahi" balas ku

"Kamu punya sim memangnya?" tanya Ibuku

"Tidak aku pakai jalan komplek jadi aman tilangan" balas ku

.

Di dalam restoran.

"Aku mau minta izin kalian untuk menikah dengan Asahi" ucap ku langsung bahkan sebelum memesan makanan

"Huh kamu jangan aneh aneh ya, kamu masih kelas satu SMA.." ucap Ayah dengan nada tinggi

"Ayah jangan teriak ini di tempat umum" ucap ku

Ayah ku jadi diam.

"Misi sukses" pikir ku

.

Aku kena marah habis habisan sebab perbuatan yang sebenarnya bukan ku perbuat.

1 jam bahkan belum cukup panas kuping ku mendengar omelan mereka berdua.

Tapi pada akhirnya.

"Ayah bisa mengizinkan tapi ayah tidak sudi keluar uang sepeserpun entah apapun alasan kalian" ucap Ayah

"Ayah anak mau menikah dan kamu tidak peduli?" tanya ku

"Itu bukan urusan ku, kamu yang berbuat kamu juga yang akan bertanggung jawab, ayo pergi" ucap ayah mengajak ibu keluar resto

"Ini makanannya tidak di habiskan?" tanya ku

Mereka tidak peduli.

"Kido kun kamu sepertinya membuat ayah ibumu jadi tidak peduli padamu" ucap Asahi

"Aku dari dulu memang tidak di pedulikan mereka, makan saja dulu, sayang jika langsung pulang" ucap ku

"Kamu masih bisa menikmati di kala suasana begini?" tanya Asahi kaget

"Ya mau bagaimana lagi, keadaannya juga begini, kita harus makan agar kuat menerima cobaan, jangan stress ataupun sakit, makan dulu sana" balas ku

"Baik"

.

Jam 3 siang aku dan Asahi kembali ke rumahnya, untuk mengembalikan mobil.

.

"Kalian kapan akan menikahnya?" tanya Ayah

"Nanti jam 8 malam" balas ku

"Heh" yang mendengar kaget

"Kamu juga baru tau sayang?" tanya ibu ke Asahi

"Iya bu aku baru tau" balas Asahi

"Apa tidak terlalu mendadak?" tanya Ayah

"Tidak, aku dan Asahi hanya akan menikah secara hukum dulu, soal resepsi kita adakan lain waktu" ucap ku

"Tapi apa kalian tidak perlu cincin atau barang sejenisnya?" tanya ibu

"Nanti akan ku beli setelah aku ada uang" balas ku

"Tunggu tunggu, kamu belum ada uang ini?" tanya Ayah padaku

"Ada tapi cuma sisa satu dua tiga..." ucap ku

"Tiga ribu yen?" tanya ibu

"Tidaklah bu, masih 35 rb yen mungkin" balas ku

"Hmmm ayah jadi berpikiran bagaimana nasib Asahi jika bersama mu" ucap Ayah

"Ya jika tidak mampu akan ku kirim Asahi kembali ke sini lagi" balas ku

"Tidak bisa begitu, jika berkeluarga kalian harus mandiri" ucap Ayah

"Hahaha hanya bercanda, aku akan berusaha semampunya" balas ku

.

Ku bawa Asahi dan barang barangan ke apartemen sewaan ku dengan di antar oleh ayah dan ibu.

Mereka langsung balik, sebab barang barang Asahi tidak banyak juga.

.

Masuk ke apartemen, lalu ku buat dokumen palsu seperti saat aku nikah dengan Saki.

Lalu ku print ke tempat printing.

"Mau kemana?" tanya Asahi yang duduk di sofa

"Mau nge print dokumen pernikahan, kamu mandi duluan saja, kita berangkat ke lokasi jam 7 soalnya" balas ku

"Tidak perlu ku temani?" tanyanya

"Tidak perlu, dekat kok tempatnya" balas ku

"Baiklah jika begitu"

.

Jam 6.30 kembali ke apartemen, mandi lalu menunggu sampai jam 7 malam.

"Kapan berangkatnya?" tanya Asahi

"Sebentar aku ada janji dengan Maki" balas ku

"Siapa Maki?" tanya Asahi sambil melihat ku

"Bos ku, ia kata ingin memberikan alat gambar sebagai alat kerja"

Pesan masuk.

"Aku pergi dulu sebentar" ucap ku pada Asahi

"Jauh?"

"Tidak, hanya di apartemen nomor 21 itu" balas ku

.

Ku ambil alat gambar sekalian tasnya.

"Ku bawa ya" ucap ku

"Tentu, tapi siapa wanita yang masuk dengan mu tadi?" tanyanya

"Dia Asahi Handa, calon istri ku" balas ku

"Heh mau menikah?" tanyanya

"Iya"

"Kamu seperti owner perusahaan saja, tapi beneran mau nikah, kapan?" tanyanya

"Malam ini" ucap ku

"Mendadak sekali, kerja mu bagaimana?"

"Ya ku kerjakan, besok jangan datang sebab aku ada kerja part time" ucap ku

"Baiklah nanti telepon aku ya jika sudah jadi" ucap Maki

"Jadi apanya?" tanya ku

"Jadi gambaran mu tentunya"

.

Kembali ke apartemen.

"Sudah?" tanya Asahi

"Sudah, sebentar ku taruh di kamar dulu"

.

Jam 7.05 berangkat ke kantor pencatatan sipil, jam 7.30 sampai sana, kami berangkat pakai taksi btw.

Ku ambil formulir pernikahan, ku isi sesuai data yang di butuhkan, lalu ku kumpulkan semua berkas yang di butuhkan.

"Apa menikah semudah ini?" tanya Asahi curiga

"Menikah memang mudah jika hanya secara hukum tapi, cuma mengumpulkan data diri dua calon, isi formulir, serahkan, petugas menginput ke pusat, dapat cap dan legalisir, sudah selesai" balas ku

.

"Maaf ya aku terlalu egois meminta mu harus bertanggung jawab" ucap Asahi

"Lain kali jangan di ulangi" balas ku

"Tidak akan, amit amit aku harus seperti ini lagi" ucap Asahi

.

Jam 8 kami sudah di nyatakan menikah.

Lalu pulanglah kami berdua kembali ke apartemen ku.

Jam 8.30

Sampai sana ternyata Itsuki sudah menunggu di depan gerbang masuk area apartmen.

.

Turun dari taksi Itsuki mendatangi kami, Asahi bersembunyi di belakang ku.

"Kamu makin berani ya Kido, berani mengambil milik ku, si Asahi!!" teriak Itsuki

Asahi menggengam erat lengan ku.

"Dia sudah milikku, Itsuki" balas ku

"Asahi mari ikut dengan ku, gugurkan saja kandungan mu, lalu di masa depan kita bersama" ucap Itsuki

"Tidak mau, kamu terlalu egois, kamu bahkan tidak peduli pada penderitaan ku" Asahi berkata dengan nada tinggi

"Hey jangan teriak di dekat kuping ku" ucap ku padanya

"Ayolah jangan bercanda, orang cupu ini tidak akan mungkin memuaskan mu di ranjang, ikuti diriku dan akan ku buat kamu bahagia" Itsuki masih mencoba merayu

.

Blar!!!

Ku pukul wajahnya hingga hidungnya patah mungkin.

Boom!

Ku tendang penisnya ketika Itsuki terjatuh

.

Itsuki langsung pingsan.

"Dasar laki laki sinting" ucap ku

Asahi ingin membantu Itsuki karena kasihan dengan keadaannya.

"Mau membantunya, ku anggap kamu selingkuh" ucap ku pada Asahi

"Baik, aku tidak akan membantunya"

.

Ku telepon ibu.

"Ibu anak mu Itsuki mabuk lalu jadi korban pukulan ku di sini karena menggoda istriku, di depan area apartmen Tsukasa" ucap ku langsung

Sebelum ibuku sempat membalas ku tutup teleponnya.

"Ayo Naik" ucap ku pada Asahi

"Ini tidak apa di tinggal?" tanya Asahi

"Tinggal saja, ia itu autis" balas ku

"Baiklah"

.

Di dalam apartemen ku ganti pakaian begitu juga Asahi.

"Kamu keluar dulu Kido kun" suruh Asahi

"Kenapa di usir, ini kamar ku loh aslinya, jika kamu malu ya ganti di luar kamar" balas ku

"Aku tidak malu" kata Asahi

"Ya sudah lepaskan lalu ganti, aku suami mu sekarang"

"Baiklah"

Asahi perlahan melepas bajunya, ia sepertinya masih malu malu padaku.

Flash

"Kido kenapa di foto!" teriak Asahi

"Hahaha tidak ini hanya senter" balas ku memperlihatkan layar ponsel ku yang bergambar senter

"Dasar buat panik saja, aku berpikir buruk loh tadi"

"Buruk?" tanya ku

"Ya bagaimana jika kamu memfotoku saat telanjang, lalu kamu uplod di sosial media, mempermalukan diriku"

"Pikiran mu terlalu liar, buat apa juga aku melakukannya pada mu istriku, tidak ada untungnya juga, kecuali jika fotonya ku jual ke om om doyan yang muda" ucap ku

"Jangan tidak sopan ya jika bicara" ucap Asahi

"Maaf maaf, segera tidur sini" suruh ku

.

Asahi naik ke ranjang bersama ku, aku di kanan ia di kiri.

"Kamu sedang apa?" tanya Asahi saat melihat ku menggambar di alatnya

"Menggambar untuk ilustrasi novel ku"

"Kamu buat novel untuk mencari uang?" tanyanya

"Tentu saja, lumayan untuk tambah tambah penghasilan" balas ku

"Apa aku harus ikut bekerja?" tanya Asahi sambil bersandar pada lengan ku

"Kerja saja jika bisa, aku ini mental pebisnis, jika bisnis seret ya sudah aku tidak ada uang" balas ku

"Tapi aku mau kerja apa, aku belum bisa juga"

"Bilang saja belum bisa melupakan kegiatan mu sebagai anak muda, aku tidak mau loh ya jika sikap mu masih kekanak kanakan seperti itu, kamu sudah berkeluarga, kamu punya prioritas yaitu diriku, bukan lagi teman teman wanita mu" ucap ku pada Asahi

"Iya aku tau"

"Orang tua mu memberikan kamu uang?" tanya ku

"Di berikan uang 500 rb yen, katanya untuk tabungan kita"

"Ku pinjam sini" ucap ku

"Tapi ini untuk tabungan jikalau uang mu habis loh" Asahi tak rela

"Iya tapi ku pinjam dulu, aku punya pekerjaan untuk mu" ucap ku

"Pekerjaan seperti apa?"

"Online shop mau tidak?" tanya ku

"Mudah?" tanya Asahi

"Mudah, cuma dapat pelanggannya agak susah" balas ku

"Jualan online apa?"

"Pakaian saja"

"Berapa yang kamu pinjam?"

"450 rb yen" balas ku

"Itu hampir semuanya, bagaimana jika ayah ku marah?"

"Ya bilang saja untuk usaha suami mu, sini uangnya akan ku ajarkan nanti tatau atau besok caranya"

Asahi mengeluarkan uang dari tasnya.

"Bagaimana jika rugi?" tanya Asahi

"Ya di simpan bajunya, baju tidak mudah busuk seperti buah, pekerjaan ini ku berikan agar kamu punya kesibukan daripada bermain tidak jelas dengan teman teman mu" balas ku

Asahi ragu ragu memberikan uangnya.

"Mau bekerja tidak kamu?" tanya ku karena menunggu lama

"Baiklah, tapi jangan gunakan uangnya untuk yang aneh aneh" kata Asahi memberikan uangnya

"Iya tenang saja" balas ku

.

"Ini boleh ku baca?" tanya Asahi melihat lembar novel yang sudah ku scan lalu ku taruh di kiriku

"Baca saja, tapi jangan di uplod ke sosial media, sebab belum terbit" balas ku

Asahi mulai membaca.

.

30 menit kemudian.

"Mana lanjutnya, aku mau baca" kata Asahi

"Sebentar aku harus mengeceknya dulu tata letak tiap halamannya, sebab gambaran ku kecil kecil" balas ku

"Adakah salinan digitalnya?"

"Ada, baca saja di ponsel ku, tapi ingat jangan di uplod, ini mau jadi uang sebentar lagi"

"Iya iya, aku sudah kamu di beritahu tadi"

.

1 jam kemudian.

Asahi menonton dengan sangat fokus ke ponsel ku.

Ku lihat jam sudah pukul 11 malam.

Ku tutup pandangannya dengan tangan ku.

"Ih kenapa, lagi fokus juga" ucap Asahi sambil menyingkirkan tangan ku

"Sudah jam 11 malam, segera tidur, tidak baik untuk janin mu jika begadang" suruh ku

"Sebentar lagi, nanggung mau ke bab 4"

"Baca besok lagi, membaca bisa fokus itu saat tidak lelah, segera tidur, bukan untuk mu tapi untuk janin yang ada di perut mu" ucap ku

"Baiklah, ini ponsel mu, kamu tidak tidur juga?" kata Asahi sambil menyerahkan ponselnya

"Aku mau tidur juga, target gambar ku harian sudah selesai juga"

"Oke oke"

.

"Eits jangan peluk peluk ya" ucap ku jauh jauh darinya

"Kamu jijik kah padaku?" tanya Asahi

"Tidak, aku hanya jangan peluk peluk"

"Kamu suami ku sekarang Kido kun!"

"Ya memang, tapi apa tidak ada ya perasaan, aku bekas di sentuh laki laki kemarin, kenapa ya aku tidak merasa tidak enak dengan suami ku ini" ucap ku padanya

"Aku tidak lupa bahwa diriku ini memang kotor, tapi aku ingin mengubahnya, aku juga punya rasa tidak enak padamu, namun ku kira saat kamu bisa akrab dengan orang tua ku, kamu sudah bisa menerima diriku" ucap Asahi dengan bersedih

"Cup cup cup aku hanya bercanda tadi, tapi beneran aku tidak suka sebenarnya soal dirimu yang sudah di sentuh oleh kakak ku" balas ku sambil memeluknya

"Aku akan tidur di sofa saja" ucap Asahi

"Yakin?" tanya ku memastikan

"Ya tidak lah, masa kamu membiarkan ku tidur di sana" balas Asahi

"Hmm" pikir ku

Akhirnya kami tidur berdua, jam 6 pagi aku bangun duluan.

"Astaga nih anak, masih pulas tertidurnya" (Ku lihat wajah Asahi yang masih terlelap)

.

Aku pergi dari sana lalu pergi ke dapur.

Minum, hanya minum, sebab mau masak tidak punya bahannya juga. (Gak ada kulkas sebabnya)

.

Aku mandi duluan, ganti seragam, lalu pergi beli makanan.

Ku beli 4 porsi, dua untuk ku, satu untuk Mengumi satu untuk Sayu.

.

Jam 6.30 aku baru kembali ke apartemen.

"Ya ampun nih wanita belum bangun juga" ucap ku sambil melihat Asahi masih tidur

.

Ku datangi dirinya.

Ku remas pelan dadanya.

"Hmmm hmmm lumayan lembut" ucap ku merasakan sesasi squishynya

Asahi bangun.

"Kamu sedang apa Kido kun?" tanya Asahi

"Meremas remas dadamu" balas ku masih terus memainkannya

"Untuk apa?"

"Biar kamu bangun, ah benar juga kamu sudah bangun ya, maaf maaf keterusan" ucap ku lalu melepaskannya

"Kamu jika membangunkan ku dengan cara normal pun cukup sebenarnya" ucap Asahi

"Baiklah, kamu segera mandi, sarapan lalu kita sekolah" suruh ku

"Um"

.

Jam 6.45 baru sarapan, jam 7 berangkat ke sekolah bersama dengan Asahi, berboncengan.

"Kamu cukup kuat untuk tubuhmu yang kecil Kido kun" ucap Asahi

"Jika aku tidak kuat bagaimana aku bisa melindungi mu, cari uang, mengurus mu, dan lain lain"

"Iya iya, suami ku memang yang terbaik, kapan sampainya?" tanya Asahi

"Sebentar, paling 5 menit lagi"

"Hahaha mana bisa 5 menit, paling tidak pasti 15 menit" kata Asahi kerana ia tau jalan ini, ia sadar juga jalan ini masih lumayan jauh dari sekolah

"Maksud ku 5 menit, jika kamu turun"

"Aku turun ini?" tanya Asahi

"Jangan"

.

Jam 7.15 sampai sekolah.

Pandangan orang orang menuju ke arah kami, sebab dengan santainya kami tebar pesona.

Tapi semua itu tidak ku pedulikan.

.

Ku gandeng Asahi tanpa ada rasa malu ataupun grogi, percaya diri saja, tapi aslinya yang malu itu Asahinya.

"Kido kun lepaskan saja" kata Asahi

"Ingat kata ku sebelum menikah, tidak ada yang ditutup tutupi" balas ku menanggapinya

"Apa kamu tidak malu?" tanyanya

"Tidak aku bukan pacarmu, bukan teman dekat mu, bukan teman tapi mesra mu, bukan yang sedang pdkt dengan mu, tapi aku ini suami mu, jadi harus pd" balas ku

"Kamu jangan posesif seperti itu" ucap Asahi

"Ini bukan posesif tapi tebar kemesraan, toh sebentar lagi masuk kelas" balas ku

.

Kami berdua masuk kelas, sudah ada rumor tentang kami, tapi tidak masalah sebab mereka itu hanya omong doang, ngurus hidup ku saja tidak jadi ngapain di peduliin.

Jam 7.30 sebelum pelajaran di mulai, aku dan Asahi di panggil ke Bk.

.

Di ruang bk.

Aku di introgasi bagaimana rumor soal pernikahan ku dan Asahi bisa bocor.

"Masalah pak memangnya jika saya dan Asahi menikah?" tanya ku

"Ya tidak juga, maksud bapak apa kalian ini tidak malu nikah di usia muda, kalian jadi minoritas loh"

"Selama tidak ada pembulian padaku dan Asahi ya sudah aku tidak masalah, kecuali nih ya ada orang yang melempar telur pada ku, tentunya akan ku balas dengan melemparkan dia ke kolam ikan" balas ku

"Hmmm bapak hanya memperingatkan saja, jadi kaum minoritas itu susah"

"Kami kuat" balas ku

.

Jam 8 kembali ke kelas untuk ikut pelajaran.

.

Jam 9.30 istirahat.

Hanya tiduran di kursi masing masing, mau makan camilan pun harus hemat uang dulu.

Saat aku tidur.

Crakkk(suara kertas di remukan oleh Asahi)

"Ada apa?" tanya ku

"Teman mu jahil, menempelkan kertas ini" ucap Asahi

Ku baca kertasnya, disana tertulis Laki Laki tukang ML.

"Siapa yang menempelkan?" tanya ku

"Rendy kurasa" balas Asahi

"Oke" balas ku lalu kembali tidur

"Tidak di balas?" tanya Asahi

"Tidak, aku lebih baik tidur, aku perlu kerja nanti"

"Oh, ya sudah jika begitu"

.

Jam 12 siang, istirahat makan siang.

Aku dan Asahi pergi ke kantin sekolah.

"Mau makan apa?" tanya ku pada Asahi karena tidak bawa bekal

"Makan roti saja" ucap Asahi

"Yakin, apa kenyang, makan nasi saja, tunggu sebentar di sini akan ku pesankan makanan bergizi untuk mu"

.

5 menit kemudian.

"Menu enak?" tanya Asahi

"Yap, harganya hanya 1500 yen kok" balas ku

"Aku makan saja tidak lebih dari 600 yen" kata Asahi

"Nutrisi untuk ibu hamil itu penting, nih makan" balas ku

"Oke terima kasih ya Kido kun"

"No problem"

.

Baru beberapa menit makan, kedua pengganggu datang.

Itsuki dan Souma menghampiri meja kami berdua.

"Eits jika mendekat ku pastikan hidung Itsuki lebih kedalam" ucap ku sebelum mereka mengancam

"Oh kamu berani ya!" teriak Itsuki

"Shuttt diam dulu, aku sedang makan, jika mau ribut nanti setelah pulang sekolah" suruh ku

"Baiklah nanti jam 4 sore datang ke belakang sekolah" ucap Souma

"Ya ya ya, sekarang sana pergi" ucap ku

Mereka pergi, sebab tak mungkin juga cari masalah di kantin ada cctv sebabnya.

"Kamu yakin meladeni mereka?" tanya Asahi

"Tidak, aku harus kerja nanti" balas ku

"Kamu lepas tangan begitu saja?"

"Kamu lebih aku lepas tangan perkelahian atau lepas tangan kerja yang jelas jelas untuk menghidupi mu?" tanya ku

"Lepas perkelahian tentunya" ucap Asahi cepat

"Makanya hiraukan saja, perkelahian jika tidak perlu tidak usah di lakukan"

Asahi teringat kejadian semalam, ketika Itsuki di hajar oleh Kido karena omongan Itsuki yang semena mena padanya.

Jadi senyum senyum sendiri Asahinya.

"Kurasa aku jadi tambah cinta padamu Kido kun" ucap Asahi sambil bersandar pada ku

"Apa alasannya?" tanya ku

"Banyak kamu laki laki yang terbaik di antara yang baik"

Next...


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C164
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login