Download App

Chapter 4: Menuju Myrana

Sebuah perahu yang mereka pesan, telah tiba dipinggir sungai Frirth, arus Sungai Frirth terhubung dengan sungai Seiry. Perahu itu dikendalikan oleh si pengrajin bangsa Elfair itu yang telah selesai membuat perahu berukuran lumayan besar dalam semalam.

Pagi-pagi sekali, Mereka bertiga terbangun dan segera menuju arus sungai Frirth yang berada didekat hutan Larnia itu. Hutan itu berada di wilayah kekuasaan bangsa Elfair. Mereka berjalan melewati jembatan disungai Seiry, yang menjadi penghubung antara Wilayah Elfair dan Wilayah Hamoursh.

Setelah mereka berjalan lumayan jauh menelusuri tepian sungai Frirth, akhirnya mereka sampai,dimana perahu itu mengambang dipermukaan air dengan tali yang terikat. Sungai Frirth memiliki lebar yang sedikit lebih kecil dari sungai Seiry sekitar dua puluh lima meter. Dan arusnya pun lumayan tenang.

Mereka bertiga kemudian menapakkan kakinya keatas papan-papan yang sudah dirangkai sedemikian rupa, setelah Clevan membayar biayanya, sebesar tujuh puluh ruby kepada si pengrajin. Kenley memperhatikan setiap sudut perahu itu. Bangsa Elfair memang cukup mahir dalam hal merakit. Setelah Eldred melepaskan pengikat ditepi sungai, lalu menggulung tali itu dan meletakannya di ujung kapal. Sementara Clevan mulai mengendalikan kemudi kapal, untuk mengarahkannya supaya tidak berbenturan dengan batu atau tepian didepan sana.

Perjalanan mereka menuju Myrana pun dimulai. Perjalanan ini akan memakan waktu beberapa hari karena letak kota itu sangat jauh. Tapi untungnya arus sungai Seiry lumayan deras,sehingga akan membawa mereka tiba disana sedikit lebih cepat. Kali ini, Kenley berada diperbatasan antara bangsa Elfair dan bangsa Hamoursh.

Sungai Seiry memiliki lebar Seratus meter dengan bebatuan yang terletak menghiasi tepian sungai, ditambah rumput liar tebal tumbuh dengan subur sepanjang tepian. Perahu itu berlayar menggunakan sejenis kemampuan khusus untuk dapat menciptakan alat yang bisa menggerakkan sesuatu. Tapi itu hanya bisa dipelajari oleh orang-orang tertentu yang memiliki kemampuan khusus yang tinggi.

Dalam hati, Kenley mengagumi kejeniusan bangsa Elfair. Ia ingin sekali menanyakan tentang seorang ahli apa itu yang dimiliki oleh seorang Elfair tadi, kepada Eldred. Tapi niatnya terurung dalam hati karena Clevan. Untunglah kala keheningan yang dirasakan Kenley lenyap karena Eldred tiba-tiba menghampiri pria berdarah Hamoursh itu yang sejak tadi memandangi tepian sungai yang dipenuhi dengan pepohonan dan rumput liar.

"Bagaimana jika Komplotanmu pergi mencarimu?" kata Eldred tiba-tiba menanyakan sesuatu, yang membuat pria berdarah Hamoursh itu membuyarkan pandangannya.

"Oh, itu. Mereka tidak akan mencariku, tenang saja." Kata Kenley dengan wajah yang biasa saja. "Oh ya," sambungnya.

"Apa seorang pengrajin kaum Elfair tadi memiliki kemampuan Khusus? Aku ingin tahu bagaimana ia bisa membuat benda ini bergerak diatas air." Kenley melontarkan rasa ingin tahunya yang sejak tadi ia pendam.

"Dalam bangsa kami, bangsa Elfair. Ada sebuah kemampuan khusus yang tidak semua orang tahu dan mampu melakukannya.Tapi bagiku,ini adalah hal yang biasa " Ucap Eldred memulai penjelasannya. "Contohnya seperti seorang pengrajin yang membuat benda ini sehingga mampu mengapung dan bergerak diatas air,Ia seorang Mechanic." tutur Elfair bermata biru itu.

Kenley masih tidak mengerti. Sepertinya ia baru saja mencerna kata-kata yang sangat asing ditelinganya barusan. "Mechanic? Kupikir tadi dia seorang Mage" ucapnya lagi.

"Seorang Mage hanya mampu mengendalikan ilmu sihir atau element yang bergantung dengan alam. Sedangkan Seorang Mechanic dibangsa Elfair adalah seorang yang ahli dalam mesin atau semacamnya. Mereka dapat menciptakan sebuah benda yang luar biasa.Misalnya seperti pembuatan perahu ini. Untuk membuatnya bergerak, perahu ini menggunakan mesin dan berbahan khusus. Untuk mengisi ulangnya jika mesin itu mati,mereka mengandalkan ilmu logika dan fisikanya, lalu menciptakan sebuah penemuan hebat berkat kemampuan otaknya yang cerdas. Di wilayah kami, hanya ada beberapa orang saja yang memiliki kemampuan itu, termasuk si pengrajin tadi." Jelas Eldred. Kali ini Kenley benar-benar sudah paham.

"Apa dibangsa Hamoursh ada yang memiliki kemampuan seperti itu?" tanya Eldred kali ini. Kenley terdiam bergumam dalam hati. "Hmm aku tidak tahu. Sejauh ini saat aku tinggal di Ortania, aku belum pernah melihat hal semacam itu. Tapi apakah seseorang yang menciptakan Slikers ini juga adalah seorang Mechanic?" Katanya sambil bertanya."

"Um, Sepertinya begitu" Jawab Eldred. "Mungkin orang yang dalam membuat senjata seperti itu, adalah ahli senjata, seperti ahli besi. Mereka sangat mampu dalam membuat pedang." Sambungnya dibalas dengan anggukan kecil dari Kenley.

"Di Ortania, aku memang sering sekali menemukan orang-orang dengan kemampuan seperti itu, dan kau tahu? Aku mendapatkan Slikers ini dari Dryzell, pengasuhku yang paling brutal" Katanya sambil tertawa kecil.

"Ortania hanya kota kecil." Lanjutnya lagi. Mendengar kata kota itu membuat dirinya kembali mengingat teman-temannya digulid, terutama Dryzell. Ia berharap bahwa jika Dryzell pulang keguild, Liza bisa mengatur urusannya nanti jika dirinya mendapat masalah dengan orang tua berbadan tinggi besar dan menakutkan itu.

Apalagi ia sangat mengingat kapan terakhir kali pria berwajah menakutkan itu menghajarnya habis-habisan waktu dirinya gagal merampok sebuah bank dikota Kecil itu, karena tertangkap basah. Akibatnya, Dryzell harus membayar denda untuk bisa membebaskannya kala itu. 'Kenley, kau memang bodoh!' ucapnya dalam hati sambil tersenyum pahit, mengingat kenangan itu yang sama sekali tidak bisa dia lupakan.

Dia melihat pantulan dirinya dipermukaan air yang samar. Eldred masih disampingnya, Elfair itu memperhatikan setiap pepohonan yang ada didekat sungai Seiry. Pohon-pohon tinggi yang menjulang sebagai pembatas wilayah mereka. Pandangannya teralihkan dengan kalung salib yang selalu ia kenakan dilehernya itu, keluar dari bajunya. Biasanya kalung itu ia pakai dibalik baju kucelnya setiap hari.

Warna peraknya terpantul oleh sinar matahari yang sekarang tepat berada diatas kepala mereka. Kenley mengusap salib itu yang terlihat sedikit agak kontor. "Eldred" kata Kenley tiba-tiba menoleh kepalanya kesamping.

Elfair itu memalingkan pandangannya. "Jika aku telah membantumu mendapatkan Crystal legenda itu, apa kau mau membantuku juga? Umm" Ucap Kenley memegangi dagunya dengan satu tangan.

"Membantu apa?" tanya Elfair itu. "Bantu aku mencari kedua orangtua ku"

"Kapan terakhir kali kau bertemu dengan mereka?" tanya Eldred berusaha membuat Kenley mengingat kenangan terakhir bersama orang tuanya itu. Kenley berpikir keras. Ia tidak ingat apa-apa, ia hanya ingat jika ia tinggal digereja sejak dirinya berusia lima tahun, sampai akhirnya melarikan diri diumur sebelas tahun, dan Dryzell memungutnya.

"Aku tidak ingat." ucap Kenley putus asa. "Atau mungkin nanti kita bisa menemukan informasi tentang kedua orang tua mu itu di ibukota." kata Eldred memberikan Kenley setidaknya sedikit cahaya. "Aku tidak mengenal orang-orang disana."

"Tidak apa, itu sebabnya kan kau harus berkelana dibenua yang besar ini? Kita memiliki tujuan yang berbeda. Aku yakin kau bisa. Percayalah pada dirimu sendiri. mungkin kedua orangtua mu sangat mengharapkan kamu kembali disuatu tempat dibenua ini." Kata Eldred yang sungguh membuat hati Kenley memiliki kekuatan dan keyakinan.

"Kau harus percaya dengan kemampuanmu sendiri, Kenley" kata Elfair itu lalu bergegas pergi meninggalkan Kenley.

****

Perjalanan mereka menuju Myrana memakan waktu Tujuh hari dengan menggunakan perahu. Akhirnya Kenley serta kedua Elfair yang bersamanya, telah sampai disebuah kota dengan bangunan yang cukup sama seperti di Ortania, kota Myrana. Myrana lebih ramai dengan pedagang ikan dipasar. Karena Myrana terletak lumayan dekat dengan pantai. Jadi, mayoritas penduduk di kota itu rata-rata adalah seorang penangkap ikan.

Mereka melewati pasar ikan itu, aroma tak sedap memaksa masuk ke penciuman kedua Elfair yang berjalan melewati keramaian, yang membuat mereka mati matian menahan baunya. Disamping pasar ikan, ada sebuah toko rajut. "Kita harus mencari penginapan terlebih dahulu untuk beristirahat." kata Clevan. Vhipotus terkadang bersuara memekikkan telinga, yang membuat para penduduk dipasar memperhatikan mereka. 'Burung itu...' kata Kenley dalam hati.

Orang-orang dipasar menjadi sadar dengan keberadaan dua Elfair yang berjalan di antara kerumunan bangsa Hamoursh, sesekali kaum Hamoursh berbisik pelan, namun Eldred dan Clevan mampu mendengar cemoohan itu dengan jelas. Mereka mencurigai dengan keberadaannya diwilayah bangsa Manusia itu. "Jangan hiraukan mereka." kata Kenley.

Setelah mereka berjalan cukup lama menelusuri pasar yang bau itu, mereka akhirnya sampai disebuah kedai. "Bagaimana kalau kita masuk kedalam untuk menanyakan tempat penginapan disekitar sini" usul Clevan yang disusul anggukkan dari Kenley dan Eldred.

Saat mereka membuka pintu kedai, orang orang didalam kedai menjadi teralihkan dengan kedatangan mereka. Bagaimana tidak, dari penampilan mereka saja telah membuat banyak orang penasaran. Karena penasaran, bahkan ada juga yang membenci kedatangan kedua Elfair yang membawa senjata serta seekor burung berbulu putih yang hinggap dipundak.

"Ada keperluan apa kedua peri ini datang ke wilayah manusia?" tanya seorang pelayan kedai. "Tidak apa, mereka temanku, kami hanya membutuhkan tempat untuk istirahat malam ini. Apa ada penginapan didekat sini?" Kata Kenley yang buru-buru menjawab supaya tidak ada manusia di dalam kedai yang curiga terhadap keberadaan kedua Mahkluk bertelinga lancip disampingnya.

"Kalian butuh penginapan? Pas sekali kalian datang ketempat yang tepat!" kata si pelayan kedai itu dengan antusias. "Dikedai ini, kalian bisa menginap. Penginapan ada diatas, kebetulan sekali ada beberapa kamar yang masih kosong disana" sambungnya.

"Berapa biaya tiga kamar untuk satu malam saja?" tanya Eldred memberanikan diri berkomunikasi dengan pelayan paruh berkumis hitam besar.

Pelayan itu menjadi teralihkan dengan suara Eldred. Ia menyipitkan matanya yang dibalik kacamata minus yang ia kenakan, agar bisa melihat dengan jelas Elfair yang ada didepannya. Ia memperlihatkan Elfair itu dari atas sampai bawah. "Biayanya hanya enam puluh ruby" ucapnya kemudian.

"Baiklah, ini." Ucap Eldred memberikan enam puluh ruby kepada si pelayan kedai. Mereka bertiga segera bergegas menuju kamar yang baru saja mereka pesan setela si pelayan tadi menerima enam puluh rubi dari Eldred.

"Dasar orang aneh" Ucap Clevan Berdecik pelan. Mereka menaiki beberapa anak tangga kayu itu untuk bisa sampai keatas. Lampu minyak telah dipasang dan ditata rapi disetiap lorong kamar. Mereka memasuki tiga kamar yang kosong yang pintunya masih terbuka, yang dimaksud si pelayan kedai tadi. 'Sungguh melelahkan' ucap Kenley dalam hati, setelah merebahkan tubuhnya dikasur jerami yang hangat.

Sudah lama sekali sejak ia melakukan perjalanan menuju Myrana ini ia tidak berbaring dikasur jerami seperti sekarang ini. Lampu minyak yang terletak diatas meja, tepat disamping kasur serta air untuk minum khusus yang sudah disediakan oleh pemilik kedai ini. Kenley berpikir jika kamar itu sedikit lebih besar ukurannya dibandingkan dengan kamarnya diguild. Itupun satu kamar diisi dengan dua orang.

Setelah cukup membaringkan tubuhnya dan menatap langit-langit kamar yang terlihat remang, Kenley memutar posisinya menjadi tengkurap. Ia melihat kearah jendela yang masih tertutup rapat didepannya.

Ia melakukan kebiasaannya ketika ia masih diguild. Ia selalu membuka dan memandangi keadaan luar dari jendela, membiarkan angin masuk mengisi ruangan yang kosong itu. Kali ini, pemandangannya berbeda dengan pemandangan yang biasa ia lihat.

Diluar terlihat lumayan ramai karena pasar tidak terlalu jauh dari kedai ini. Kenley merasa perutnya lapar, ia pun bergegas menuju lantai bawah untuk memesan makanan. Ia berjalan keluar dari kamarnya, melewati kamar Eldred. Pintu itu masih terbuka. Ia tak sengaja melihat Eldred sedang mengecek Busur dan Pedangnya itu.

"Eldred, kau mau makan? Aku akan kebawah memesan makanan." ucap Kenley dari ambang pintu kamar Eldred. Eldred menoleh begitu menyadari ada yang memanggil namanya. "Kenley, Oh. Tidak usah. Aku tidak lapar saat ini." kata Eldred menolak.

"Baiklah, jika kau berubah pikiran, aku ada dibawah" Kemudian Kenley bergegas berjalan menuju anak tangga.

Kenley menyapu pandangannya, mencari tempat duduk yang kosong. Ia beruntung karena masih ada satu tempat duduk lagi yang kosong. Sepertinya meja itu baru ditinggalkan oleh pengunjung lain barusan.

Kenley segera duduk disana dan mencoba memesan sesuatu pada pelayan kedai tadi. "Apa yang ingin anda pesan tuan?" tanya pelayan tua itu dengan ramah.

"Apa ada sesuatu yang bisa dimakan disini?" tanya Kenley memegangi perutnya, menahan rasa lapar. "Kau bisa melihat menunya disini tuan" Pelayan itu memberikan selembar kertas tebal yang berisikan daftar menu.

Kenley memperhatikan tulisan itu dari atas sampai bawah. Bahwa ia memilih dengan teliti, apa yang akan dia pesan. Ia ingin berhemat untuk keperluannya kedepan nanti. Ia ingat, ia hanya menginap satu malam dikedai ini. "Aku mau pesan ikan gulung kuah, dan juga segelas sake" ucap Kenley akhirnya, menunjuk kearah tulisan yang ia maksud.

"Baiklah, tuan tunggu sebentar" Pelayan itu bergegas pergi kebelakang, untuk membuatkan menu yang dipesan oleh Kenley. Malam yang sejak tadi datang, menyisakan udara dingin dari pesisir pantai walaupun kedai itu cukup jauh dari laut. Setelah Kenley menunggu pesanannya cukup lama, seorang pelayan kedai menghampiri tempatnya sambil membawakan pesanan Kenley.

"Terimakasih" ucap Kenley tanpa memalingkan wajahnya. Ia fokus karena makanan yang ia pesan akhirnya sudah mendarat, tetap dihadapannya. Ia tersenyum puas.

Pelayan yang mengantarkan pesanan Kenley adalah seorang pelayan wanita yang sepertinya sudah lama sekali bekerja disitu. Ia menaruh nampan berisikan mangkuk ikan gulung kuah dan segelas sake. Wanita itu tidak sengaja melihat sebuah kalung salib perak yang menggantung dileher Kenley. Ia sepertinya seolah baru saja tersambar ingatan masa kelam yang sempat ia lupakan.

"Umm, permisi?" Kenley membuyarkan pandangan si pelayan wanita. Wanita itu melepaskan tangannya dari nampan yang sudah berada diatas meja. "Maaf tuan, saya minta maaf." katanya. Wanita itu kemudian bergegas pergi menuju ruang belakang. Dengan makanan yang sudah tersedia diatas meja, Pria itu pun akhirnya menyantap makanan yang masih panas itu tanpa ampun.

Setelah pengunjung Kedai itu lumayan sepi, barulah Clevan dan Eldred turun kebawah menuju tempatnya Kenley. "Dasar bodoh, Boros sekali kau!" Ucap Clevan begitu duduk dihadapan Kenley.

"Kau baru saja pesan sesuatu? Dan kelihatannya itu enak sekali" Berbeda dengan Clevan, Elfair berambut Albino itu malah sepertinya ingin memesan menu yang sama dengan orang yang makan dengan lahap.

"Tidak apa-apa ini murah kok, harganya hanya Sepuluh rubi. Jika kalian ingin memesan ini, pesan saja. Ini lezat sekali" Kenley menjelaskan panjang lebar dengan diakhiri ibu jari yang melayang dihadapan Eldred.

"Pelayan!" kata Kenley memanggil seorang pelayan wanita yang ia lihat didepan meja kedai sana. Pelayan wanita itu seperti orang yang sama, yang mengantarkan pesanan Kenley tadi. Berasa ada yang memanggilnya Wanita berbaju dress tanggung itu pun segera bergegas menuju orang yang memanggilnya.

"Tolong buatkan pesanan yang sama, kepada dua orang ini." Ucap Kenley pada wanita itu. Ia pun akhirnya menganggukan kepalanya mengerti dan bersiap menuju belakang untuk membuatkan menu yang dipesan Kenley barusan. Clevan yang biasanya menolak dengan perkataan Kenley, kali ini Elfair itu diam tanpa mengelak. Karena mungkin ia juga merasa lapar. Sehingga tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

Seorang pelayan tua yang pertama kali mereka temui saat mereka baru sampai tadi itu, menghampiri meja yang ditempati satu manusia dan dua peri, dengan membawa dua gelas sake.

"Kalian berasal darimana kalau saya boleh tahu?" ucap pelayan tua itu dengan penasaran. "Kami dari Larvard" jawab Eldred singkat, ia menegukkan beberapa tegukan pada segelas sake yang baru saja dihidangkan.

"Baiklah kalau begitu, nikmatilah pelayanan kami. Kalian pasti sangat lelah, bukan?" Pelayan itu membalikan badannya lalu bergegas pergi menuju meja bar yang berisikan tong sake yang tersusun dalam jumlah banyak.

Setelah pesanan yang sama itu datang, kedua Elfair itu segera menikmati hidangan itu yang ternyata benar-benar lezat sekali.

Malam semakin larut, sekarang hanyalah menyisakan ketiga orang yang masih duduk ditempat itu, sambil menikmati sake. Setelah meminum cukup banyak sake, Mereka bertiga akhirnya pun kelelahan karena mabuk.

****


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C4
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login