Download App

Chapter 24: Pertama Kalinya

Happy Reading

Sebelum membaca jangan lupa like ya!

Farah mendapati sejak tadi Nancy terus tersenyum sendiri setelah pertemuannya tadi dengan Rico.

"Jangan bilang kalau kamu suka sama cowok yang tadi," ucap Farah pada Nancy. "Ingat, sebentar lagi kamu mau nikah lho sama Daniel," lanjutnya.

Nancy hanya menanggapi ucapan temannya itu dengan senyuman. Entah mengapa bertemu dengan lelaki tadi seperti ada angin segar untuk hidupnya.

"Tapi cowok tadi keren ya?" tanya Nancy, menanyakan pendapatnya kepada Farah.

"Yah, not bad," jawabnya sambil mengangguk setuju. Namun dia tidak yakin jika Nancy akan mudah tergaet dengan lelaki itu karena mengingat bagaimana dulu dia begitu bersusah payah mendapatkan Daniel.

"Terus, kapan kalian nikah? Udah ngepasin baju, berarti tinggal sedikit lagi 'kan?" tanya Farah.

"Iya, minggu depan, coba aja aku ketemu sama Rico sebelum ketemu sama Daniel, kamu lihat gak sih, kalau dia tadi kayak tertarik gitu sama aku. "

"Jangan PD, bisa jadi dia memang cowok seperti itu. "

Nancy tidak mendengarkan pendapat Farah, ia hanya asik dengan ponselnya. Sepertinya dia sudah mulai sibuk chating dengan Rico.

Rico: Maaf soal kejadian tadi.

Nancy: Iya, gak apa-apa lagian kamu gak sengaja.

Rico: Kapan-kapan bisa dong kita bertemu lagi.

Nancy: Bisa kok.

Nancy langsung terkekeh, dia sangat senang mendapatkan pesan seperti itu dari Rico. Mungkin ia menyebutnya dengan pembalasan dendam pada Daniel.

"Hati-hati aja, jangan sampai Daniel tahu soal ini, kalau gak bakalan gak dapet dua-duanya kamu nanti. "

"Yah, aku tahu, aku mau sedikit bermain-main dengan Rico, bisa 'kan? Kamu tahu sendiri kalau dari dulu Daniel yang selalu bermain-main di belakangku. "

Farah tidak berkomentar apa-apa, ia sangat tahu jika sejak dulu yang mengejar-ngejar Daniel adalah Nancy. Dan jika saat itu Daniel bermain dengan Celline, bukankah itu wajar? Karena Daniel tidak pernah menaruh perasaan kepadanya.

Dan sekarang? Saat Nancy sudah mendapatkan Daniel, dia malah ingin bermain dengan pria lain.

Jika nanti ia kehilangan Daniel barulah Nancy akan berulah lagi. Farah sudah hafal dengan tabiat temannya itu.

"Kamu yakin nikah sama Daniel?" tanya Farah.

Nancy mendelik pada Farah, kenapa dia harus bertanya tentang hal itu padanya?

"Ini, aku udah mau nikah, tapi kamu malah bilang begitu, mau buat aku ragu apa gimana sih?"

Farah tersenyum canggung, ternyata ucapannya membuat Nancy tersinggung. Hanya saja, apakah ia akan bahagia dengan kehidupannya dengan Daniel, sedangkan lelaki itu tidak mencintainya.

Ah lupakan! Itu sudah bukan urusannya lagi, lebih baik Farah fokus pada hidupnya sendiri.

"Terima kasih untuk tumpangannya," ucap Farah saat turun dari mobil.

"Iya. " Dan setelah itu Nancy langsung meninggalkan Farah. Dia adalah tipe seseorang yang mudah emosi, tiap kali ada ucapan yang membuatnya tidak berkenan pasti dia akan menghindari orang tersebut. Seperti saat dengan Farah sekarang.

Ketika ia sudah sampai rumah. Senyumnya merekah, ketika mendapati sepeda motor Daniel ada di halaman rumahnya. Nancy kemudian bergegas untuk menemui kekasihnya tersebut.

"Daniel!" serunya dengan senang, seolah tidak pernah bertemu selama bertahun-tahun. Ia kemudian duduk di samping Daniel dan mengaitkan lengannya pada lengan lelaki tersebut.

Daniel merasa risih, namun dia membiarkannya karena ada orang tua Nancy di sana.

"Ada apa nih Yah?" tanya Nancy pada ayahnya.

"Ini, kunci rumah yang ayah hadiahkan untuk kalian berdua setelah menikah nanti, kalian bisa melihatnya besok. Lalu ini mobil untuk Daniel. "

Nancy nampak senang dengan pemberian ayahnya tersebut, sedang Daniel hanya tersenyum canggung kepada calon mertuanya itu.

"Kalau begitu ayah masuk dulu deh, karena Nancy udah di rumah." Ayah Nancy kemudian meninggalkan mereka berdua.

"Gak usah pulang aja ya hari ini," pinta Nancy pada Daniel, godaan Rico tadi sudah ia dilupakan Nancy, begitu ia bertemu dengan Daniel.

"Aku harus pulang, ada urusan soalnya. "

"Please, sekali ini aja Dan, kamu perasaan gak pernah menuruti apa mauku." Nancy berdecak kesal, sikap manjanya itu keluar lagi.

"Sekali ini saja," desak Nancy, wanita itu terus memaksa Daniel.

"Ya udah oke." Akhirnya Daniel menyanggupi permintaan Nancy.

Nancy kemudian membawa Daniel ke dalam kamarnya. Daniel yang hanya digandeng oleh Nancy sedikit bingung karena membawanya masuk ke kamarnya.

"Kok ke kamar kamu?" tanya Daniel bingung.

"Sebentar lagi kita kan suami istri, jadi gak apa-apa 'kan kalau tidur berdua begini?"

Daniel tidak bisa berkata-kata, mengapa dengan mudahnya dia membawa ke kamarnya seperti itu. Bahkan dia nampak tidak takut jika Daniel melakukan hal aneh kepadanya.

"Kamu tunngu di sini, aku mau mandi dulu," ucap Nancy, setelah itu dia masuk ke dalam kamar mandi.

Daniel mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, ia menemukan foto-foto Nancy dengan teman-temannya. Namun tidak menemukan foto Celline ada di sana.

Dia juga melihat ada fotonya terpajang di sana dengan Nancy.

Hingga tak berapa lama kemudian, Daniel merasa matanya yang mulai berat kemudian tertidur di sofa yang ada di kamar Nancy.

Nancy yang baru saja keluar dari kamar mandi mendapati Daniel sedang terlelap, senyumnya mengembang dan menghampiri lelaki itu.

Dipandanginya lelaki itu dengan senyum yang tak bisa dijelaskan, kemudian Nancy mencoba untuk mencium bibir Daniel. Namun Daniel terbangun dan sadar jika Nancy berusaha ingin menciumnya.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Daniel memundurkan sedikit badannya.

"Kenapa? Apa aku gak boleh nyium kamu?" tanya Nancy.

"Tapi, bukan seperti ini caranya," tolak Daniel. Kesadarannya belum cukup terkumpul untuk menghadapi tingkah Nancy yang begitu mendadak.

Nancy kemudian memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menangkup kedua sisi wajah Daniel, kemudian mencium bibir Daniel dengan lembut. Sedangkan Daniel mengerjapkan matanya menerima perilaku tersebut.

Bisa dibilang jika itu adalah ciuman pertama mereka berdua, karena sejak mereka berpacaran Daniel tidak pernah mencium Nancy sekalipun.

Daniel memundurkan tubuh Nancy dengan kedua tangannya. Malam itu dia benar-benar tidak tertarik melakukan kontak fisik dengan Nancy. Atau mungkin tidak pernah tertarik.

"Aku harap nanti kamu bisa membiasakannya Daniel," lirih Nancy. "Sebentar lagi kita akan menikah, apa kamu sama sekali gak ingin menyentuhku?" tanya Nancy menatap kedua bola mata Daniel bergantian.

"Sebaiknya kamu tidur," suruh Daniel mengalihkan pembicaraannya.

"Lalu bagaimana denganmu?"

"Aku akan tidur di sini, di sofa," jawabnya.

Nancy tidak ada pilihan lain selain menerima keputusan Daniel, yah setidaknya lelaki itu berada di kamarnya saat itu. Mungkin nanti saat menikah Daniel akan sedikit berubah dan mau menyentuhnya.

Karena jika tidak? Maka Nancy akan menggunakan cara lain agar lelaki itu mau berhubungan dengannya.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C24
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login