Download App

Chapter 2: 1. Tempat Tinggal Baru

Kimora kini tinggal di sebuah desa bernama desa Blueberry yang identik dengan banyaknya buah blueberry. Di desa sana bukan Kimora namanya, melainkan Zura si gadis pekerja keras yang tinggal di sebuah rumah kecil yang terbuat dari bambu. Zura di sana tinggal di sana tidak sendirian. Tetangganya begitu ramah hingga mereka berkenan mempekerjakan Zura di ladang blueberry nya. Zura juga sangat senang tinggal di sana, bahkan kini Zura memiliki sahabat bernama Aera si mata sipit.

Sebelumnya Zura di temukan mengambang di permukaan sungai saat Aera hendak mengambil air. Aera kira Zura telah meninggal namun ternyata dia masih hidup. Tapi sayangnya barang-barang peninggalan dari orangtuanya Zura tidak ada di tas Zura mungkin saat dirinya hanyut barang-barang nya juga ikut hanyut ke sungai dan terbawa arus. Zura dan Aera seperti adik kakak yang selalu tertawa bersama-sama. Persahabatan mereka amat terkenal di desa itu. Tapi sayangnya Aera malah jadi korban pelecehan pria yang tidak bertanggung jawab lalu pergi begitu saja. Hingga Aera di asingkan oleh warga sekitar karena dirinya hanya akan menjadi aib apalagi saat ketauan Aera telah hamil saat ini.

Zura punya hutang budi pada Aera. Hingga Zura berkenan ikut bersama Aera tinggal dimana saja asalkan Zura bisa dengan Aera. Aera melarang Zura ikut dengannya namun Zura yang keras kepala dan susah di ataur, tidak bisa di larang.

Saat ini juga, Zura dan Aera sudah membawa tas mereka masing-masing untuk pindah dari desa itu. Tapi saat mereka hendak melangkang para warga menghentikan mereka.

"Jangan pergi Zura!" Kata Lurah desa itu menghentikan langkah mereka berdua.

Zura dan Aera saling lihat lalu melihat ke belakang tanpa bicara sepatah kata apapun.

"Tanpa Zura ladang kita tidak akan sesubur ini!" ucap para warga serentak.

"Jadi jangan pergi Zura. Tetaplah disini. Biarkan Aera dan aib nya pergi dari desa ini." Sambung para warga sangat kompak.

"Aku akan pergi bersama sahabatku Aera jika kalian tidak mengijinkannya untuk tinggal di desa ini lagi."

"Sudah. Kau tinggal disini saja Ra, biarkan aku pergi ya. Makasih atas kebaikan kamu." Air mata perlahan turun dari mata sipit Aera.

Sepertinya Lurah dan warga tenggah memikirkan hal yang cukup sulit di pilih.

Lurah mengatur nafasnya. "Baiklah. Aera kau boleh tinggal lagi di tempat ini." Nerat sungguh berat menerima seseorang yang menjadi aib di desanya.

"Betul." Sambung warga serentak.

"Seharusnya Aera tidak harus menangung semuanya. Itu bukan kesalahannya. Jadi Aera boleh tinggal disini lagi." Ungkap Lurah membuat Zura tersenyum senang.

Tapi tampaknya Aera masih sedih belum terhibur.

"Kok kamu malah mau nangis?"

"Aku hanya malu saja. Andai orang tuaku masih ada, mereka juga pasti akan malu." Kata Aera pelan di iringi isak tanggisnya. Batinnya menjerit.

Akhirnya Zura mau lagi tinggal disana bersama Aera. Zura menuruti semua kemauan Aera mungkin itu juga kemauan janin di perutnya. Tapi Zura senang bisa membalas budi pada Aera walau dengan ini.

Pagi ini Zura meninggalkan Aera sendirian di rumah karena harus pergi ke ladang menanam jagung dan palawija lainnya.

"Jaga diri baik-baik Ara. Aku akan kembali membawa banyak buah untuk kau dan calon bayimu. Babay." Zura melambaikan tangannya pada Aera begitu pula Aera.

"Hati-hati... ya!"

"Iya. Ini semua gara-gara masalalu pangerand Brylee yang benci dengan jatuh cinta." Kata Zafran pria berambut hitam lebat, serta pakaian khas kerajaan.

"Menangnya kenapa sih? Bukan kah jatu cinta itu indah ya?" Tanya pria di samping Zafran.

"Tidak semua jatuh cinta itu indah dan menyenangkan. Ada yang malah membuat seseorang menderita." Zafran meletakan buku yang ia pegang di atas meja. "Memangnya kau tidak pernah jatuh cinta, Fajar?"

"Tidak ada wanita yang bisa membuatku jatuh cinta. Tapi jika nanti pangerand sudah menikah siapa tahu istrinya punya sahabat cantik yakan?"

"Sana menikahlah dengan rusa di hutan. Mereka cantik-cantik."

"Memangnya aku ini unta?"

"Bukan. Kau siluman dugong. Sudahlah ayo kita menemui pangerand pasti dia sedang berlatih pedang."

Zafran dan Fajar tidak mendapati Brylee di lapang berlatih pedanga. Hanya ada para pelayan yang tenggah mengelap senjata. Di setiap penjuru sudah Zafran dan Fajar lihat secara baik-baik. Tapi mengapa sosok pangerand bermata biru dan hijau itu tidak ada.

Zafran menyuruh Fajar bertanya di mana pangerand Brylee berada pada para pelayan. Para pelayan bilang bahwa pangerand Brylee tenggah berburu rusa di hutan sendirian.

Lantas Zafran dan Fajar terburu-buru menaiki kuda mereka menuju hutan untuk mencari Brylee karena siang ini akan ada tamu dari kerajaan lain ingin menemui Brylee.

Baru saja anak panah Brylee akan mengenai sasaran, namun 2 curut itu malah datang mengagetkannya.

"Pangerand cepat pulang! Yang mulia Raja Mendlee dan Ratu Grizelle tenggah menunggu Pangerand di istana." Kata Fajar pada Brylee.

Brylee tidak mengubris sama sekali perkataan 2 curut itu. Dan fokus berburu.

"Ayolah Pangerand. Sebelum mereka mengomeli kami."

"Baiklah."

Sesampainya di kerajaan Kristal. Terdapat dua kereta kuda yang di ukir dari emas. Sudah pasti Brylee tahu mereka ialah Ratu Gutari dan Raja Prananda yang datang dari kerajaan Amania yang begitu jauh datang ke kerajaan Kristal.

Brylee berjalan begitu elegan meski tergesa-gesa dengan mahkota kristal di kepalanya hingga mata birunya yang begitu indah. Para putri dari sekian banyaknya kerajaan sudah mengantri untuk menjadi istri atau permaisuri dari Pangerand pemilik mata berwarna biru. Namun sikap nya yang dingin dan irit kata membuat sebagian para putri raja mengaku menyerah untuk meluluhkan hatinya. Tapi tidak dengan Auristella dan Magdanela.

Brylee duduk di kursi khusus untuknya. Di sana sudah ada Raja Mendlee, Ratu Grizelle, Raja Prananda, Ratu Gutari dan Putri Magdalena.

"Maksud kedatangan kami kesini adalah-----" ucapan Raja Prananda terpotong karena Brylee tiba-tiba berdiri dari duduknya.

"Sudah hentikan. Aku tidak mau mendengar apa-apa lagi. Pasti kau akan melamarku untuk putri mu bukan?"

Magdalena berdiri dari duduknya meraih tangan kiri Brylee. "Pangerand ku mohon terimalah lamaranku." Rengeknya.

Pandangan Brylee masih memandang pada satu titik. "Lepaskan! Aku tidak mau menikah. Menikah hanya akan membuatku sengsara bukan bahagia!" Brylee pergi meninggalkan ruangan mewah itu.

"Sialan!!! Lagi-lagi dia menolak ku!" Magdalena mengepak tangan kuat-kuat. Ia menonjok permukaan dinding yang terbuat dari kristal itu. Untung saja tidak hancur.

Ratu Gutari berusaha menenangkan amarah putrinya itu, tapi Magdalena malah mendorong tubuh Gutari menjauh darinya hingga wanita itu terjatuh.

"Magdalena ayok pulang! Jangan bikin malu Ayah!"

Ratu Grizellee berusaha meminta maaf atas perilaku putranya yang tidak senonoh itu. Tapi percuma, sikap Magdalena yang seperti itu membuat Raja Mendlee dan Ratu Grizellee tidak menyukainya.

Belum lama Magdalena pergi dari istana kristal, di sambung lagi dengan kedatangan dari kerajaan mercury dari selatan.

"Maksud kedatangan Raja, Ratu dan Putri Auristella kesini ada apa ya?" Tanya Raja Mendlee di iringi anggukan Ratu Grizellee.

"Hm maksud kami kesini adalah ingin melamar Pangerand----" Mendengar melamar pangerand, Brylee langsung berdiri namun di tahan oleh Ratu Grizelle, Grizelle meminta agar Brylee tidak membuat orang tuanya malu dan Brylee pun menuruti perkataan Ibunya.

"Di lanjut...." Kata Raja Mendlee.

"Kami ingin melamar pangerand Brylee untuk putri kami yakni Auristella. Apakah Pangerand berkenan menerima lamaran ini?"

"TIDAK!" Sosor perempuan yang tiba-tiba datang dengan membawa emosi. Tak lain ialah Magdalena yang mengetahui kedatangan Auristella musuhnya saat bersaing mendapatkan Brylee.

Semua bangkit dari duduknya.

"Maksud kau apa hah? Iri? bilang dong...." Kata Auristella merasa dirinya telah menang memenangkan hati Brylee selama ini.

Magnalena mendekat pada Auristella menyisakan 1 centimeter jarak di antara mereka. Magdalena menatap tajam pada mata coklat Auristella.

"Jangan kau harap akan mendapatkan cinta Pangeran Brylee!" Ujar Magdalena menunjuk wajah Auristella. Brylee menatap malas dua perempuan yang tenggah bertengkar di hadapannya itu.

Brylee merasa muak dan meninggalkan ruangan itu. Tapi pertengjaran Auristella dan Magdalena semakin menjadi-jadi hingga mereka mengeluarkan pedang dan prajurit mereka masing-masing hingga peperangan di halaman istana Kristal pun terjadi. Begitu banyak pasukan saling serang satu sama lain.

"Aku akan membunuhmu Magdalena!" Kata Auristella.

"Justru aku yang akan membunuh ku!" Timpal Magdalena.

Kini kekacauan pun terjadi akibat pertengkaran Auristella dan Magdalena memperebutkan hati Brylee. Tapi itu semua tidak membuat hati Brylee luluh melainkan membenci mereka.

Hari kian sore tapi pertengkaran antara dua perempuan itu masih terus berlangsung meski orang tuanya telah menyaksikan perang pedang mereka. Hanya satu solusinya, yaitu Brylee harus memilih di antara mereka berdua.

Brylee sama sekali tidak sudi dengan mereka berdua. Mereka bukan type yang Brylee suka. Melainkan mereka hanya akan menjadi benalu di hidup Brylee bukan kebahagian nantinya yang Brylee dapat. Tapi bencana dan kerisihan yang Brylee dapat.

"Tidak aku tidak akan memilih siapapun. Biarkan mereka bertengkar sesuka hati sampai salah satu dari mereka berdua pun tak apa itu lebih baik." Kata Brylee acuh membuat orang tua Auristella dan Magdalena menatap Brylee dengan sinis.

"Aku tidak mengerti mengapa Alena bisa mencintai pria sedingin dan se acuh itu." Pikir Raja Prananda.

"Siapa sih yang tidak mau menjadi istri dari seorang pria setampan pangerand Brylee? Andai aku masih muda pasti aku juga akan mencintainya dan daftar jadi istirnya." Balas Ratu Gutari yang niatnya hanya bercanda tapi suaminya telanjur melototinya. "Iya-iya enggak kau tetap yang paling tampan di hati Gutari suamiku." Ucap Ratu Gutari malas. "Aku saja di jadikan istri entah yang keberapa dari istri simpanan nya yang belum ku temui heh." ucap Gutari pelan namun bisa di dengar oleh Ratu Gutari.

Brylee keluar istana dengan menungangi kuda kesayangannya. Di lihat oleh Auristella dan Magdalena. Mereka berdua mengejar Brylee menuju hutan yang langit mulai gelap.

Mengapa mereka mengejar Brylee. Padahal Brylee hanya akan pergi sebentar karena muak dengan mereka berdua tapi mereka malah mengejarnya.

"Brylee akan memilihku. Minggir kau!" Kata Magdalena akan memanah kaki kuda yang di tungangi Brylee.

"Hentikan! Brylee milikku bukan milikmu!" Auristella tidak mau kalah dari Magnaleda. Ia melemparkan entah apa itu yang jelas bisa mengeluarkan api.

"Sialan hampir saja pundakku mengenai panah!" Kata Brylee.

"Brylee kau mau kemana? Kau tidak mau menunggu permaisuri mu ini?" Teriak Auristella.

Karena jarak Auristella dan Magdalena begitu dekat hingga membuat Magdalena menoyor kepala Auristella.

"Bodoh! Permaisuri itu ratu pertama buka ratu tunggal!" Ledek Magdalena. "Brylee tunggu aku jodohmu. Kau mau kemana? Tunggu!"

Brylee terus menerus memasuki hutan. Auristella dan Magdalena merasa geram lalu membidik Brylee mengunakan panah mereka masing-masing hingga anak panah milik Auristella mengenai bokong dan kaki kuda itu. Sedangkan anak panah milik Magdalena mengenai punggung Brylee membuat badan dirinya dan kudanya seketika melemas. Dan tiba-tiba Brylee dan kudanya menghilang entah kemana.

"Brylee mana? Kenapa jejaknya dia menghilang?" Kata Auristella.

"Ini pasti ulah anak panahmu yang mengenai bagian tubuhnya!" Ucap Magdalena menyalahkan Auristella.

"Ayo kita cari dia. Jangan sampai ia menghilang maka habislah kita di marahi Raja Mendlee calon mertuaku." Kata Auristella.

"Calon mertuaku bukan dirimu!" Timpal Magdalena tidka terima.

"Suahlah kita cari Pangerand tampan itu. Aku sudah lelah bertengksr terus dengan mu maka aku akan rela berbagi suami dengan mu suatu saat nanti jika Brylee mau menikahi ku." Kini Auristella pasrah.

"Nah gitu dong. Aku akan jadi permaisurinya yang pertama." Timpal Magdalena.

"Aku yang pertama!" Balas Auristella yang mengoreh-ngorek gundukan daun kering berharap Brylee ada disana.

"Aku yang terakhir saja." Kata Zura pada Aera yang tenggah memakan buah-buahan segar.

"Yasudah aku akan sisakan buah-buahan ini untuk mu cantik." Timpal Aera yang asyik menikmati buah apel di tangannya.

"Makanlah yang kenyang. Jangan biarkan bayi mu kelaparan ya. Dia calon keponakan ku!" Kata Zura yang melangkah menuju dapur untuk menyalakan api di tungku.

"Mau kemana?"

"Masak air untuk membuat air hangat untuk mu."

"Kau baik sekali. Aku beruntung mendapat sahabat seperti mu."

"Diam disana. Jangan lupa kunci pintu. Jangan sampai kecerobohan mu menimpa ku juga!" Maksud kecerobohan yang di lakukan Aera adalah saat itu Zura tidak pulang dan memilih menginap di tempat bekerjanya karena tidak sempat pulang. Aera mengira Zura akan pulang meski sudah larut malam. Hingga Aera ketiduran dan lupa mengunci pintu. Saat pagi hari tubuh Aera sudah bugil tanpa sehelai benang pun. Di jari manis nya terdapat sebuah cincin perak yang sulit di lepas dari jarinya.

Persediaan kayu bakar semakin menipis. Hanya ada sisa 4 bagang kayu mungkin cukup untuk besok pagi menanak gandum/nasi asalkan bisa sarapan.

Zura menumpuk daun obat-obatan kering untuk penguat kandungan. Dan menyampurnya dengan air hangat. Lalu membawakannya untuk Aera.

"Nih.... Minumlah. Kau tidak boleh capek ya. Biarkan aku saja yang mencari uang dan makanan selagi aku sedang seperti ini."

"Oh iya kayu bakar habis ya?" Zura memgangguk seraya mengelap buah blueberry di tangannya. "Besok aku saja yang mencari---"

"Jangan!!! Kau mau kelelahan dan kehilangan calon bayi mu hah? Tidak bukan?" Pungkas Zura melototi Aera.

Aera menutupi wajahnya dengan tangannya karena takut dengan tatapan Zura.

"Sudah larut malam. Mari kita tidur." Ajak Zura seraya meniup lilin yang terletak di dinding.

"Jangan lupa kunci pintu. Aku takut."

"Iya sudah kok. Yuk tidur."

Pagi-pagi buta Zura terbangun karena ingin buang air kecil. Kamar mandi dari rumah nya itu lumayan agak jauh karena biasanya mereka akan pergi mandi ke sungai atau kamar mandi umum tapi biasanya selalu penuh. Saat Zura baru selesai buang air kecil, ia melihat ada 2 orang yang mengendap-ngendap menyelinap masuk ke rumah Lurah. Sontak saja Zura diam-diam mengikuti mereka. Saat mereka sudah benar-benar sampai di dalam rumah Lurah, Zura berteriak maling sekencang-kencangnya membuat warga sekitar terbangun membuat 2 orang itu panik.

"Warga sudah bangun. Oh iya Aera dia sendirian di rumah." Zura berlari meninggalkan tempat itu untuk memastikan Aera baik-baik saja. Untungnya Aera masih terlelap tidur begitu pulas. Sejak kejadian pagi buta tadi Zura tidak bisa melanjutkan tidurnya. Zura gelisah tidak menentu juga tanpa alasan. Perasaan Zura tidak enak. Entah apa yang terjadi hingga membuat tubuhnya menjadi gemeteran. 2 Pencuri tadi telah tertangkap dan langsung di bawa ke pihak berwajib.

Meski matahari belum terbit. Di desa itu sudah rame karena popularitasnya pekerja keras dan punya semangat tinggi. Rencananya siang ini akan ada Raja dan Putra mahkotanya datang ke desa Blueberry untuk melihat-lihat hasil panen warganya.

"Aku berangkat dulu ya. Kamu jaga diri baik-baik." Pamit Zura dengan memancarkan senyuman pada Aera.

"Dah. Nih bekalnya jangan lupa di makan." Hanya singkong rebus dan buah-buahan lainya taoi rasnya begitu lezat jika Zura yang memasaknya.

Sesampainya di ladang semua tanaman sudah habis di tebang. Dan ternyata akan di tanami kembali dengan sayuran dan buah-buahan lainya.

"Zura untung saja kau datang tepat waktu." Teriak bapak tua.

"Iya Pak. Ada yang bisa Zura bantu?"

"Tolong kau petik buah yang sudah matang dari pohon yang sudah di tebang nanti hasilnya bagi dua."

"Baiklah." Zura pun memetik habis buah yang masih bisa di makan memasukannya ke dalam karung. Hari semakin siang semakin panas. Apalagi ladang itu tersoroti langsung oleh matahari tanpa ada pohon besar yang menghalangi.

Terdengar koar-koar. "Perhatian! Perhatian! Yang mulia Raja Atza dan Pangerand Reo sudah datang!!!"Taburan bunga mengintai langkah Raja dan Pangerand itu. Mereka adalah pemilik kerajaan yang mempunyai buah-buahan dna sayuran segar sepanjang masa. Hingga kerajaan dan wilayahnya tidak pernah merasakan rasanya kelaparan. Bahkan banyak kerajaan yang ingin sekali merebut wilayar desa Blueberry dari kerajaan buah.

"Zura ayo cepat kita lihat Raja dan Pangerand. Jarang sekali mereka datang kesini." Ajak Bapak tua yang menyuruh Zura tadi.

"Tidak terima kasih Pak. Aku ada keperluan lain." Tolak Zura begitu lembut.

"Ya sudah kau boleh pulang. Ini bagian mu." Bapak tua itu memberikan sekarung buah campuran yang tadi Zura pisahkan.

Zura mengambil jalan pintas untuk sampai ke gubuk reyod nya. Sesampainya disana tidak ada orang. Pasti Aera sedang melihat Pangerand dan Raja itu. Tapi tidak apa-apalah mungkin Aera bosan terus berada di rumah.

"Tidak. Aku tidak mau tahu cari Putra ku sampai ketemu. Dan untuk kalian berdua!" Tunjuk Ratu Grizellee pada Auristella dan Magdalena yang tertunduk karena mereka telah menyebab kan Brylee hilang dan sampai sekarang belum di temukan.

Isak tanggis Ratu Grizellee terus menerus terdengar sejak tadi malam. Raja Mendlee dan prajurit sudah mencoba mencari Brylee namun sampai sekarang ia belum juga di temukan.

"Ma--maafkan kami Ra---tau." Kata Magdalena dan Auristella barengan kepalanya masih tertunduk tak peduli mahkotanya akan jatuh yang penting Ratu Grizellee tidak membenci mereka.

"KALIAN APAKAN PUTRA KU HINGGA IA MENGHILANG?" Ucap Ratu Grizellee menaikan nada tingginya.

Auristella dan Magdalena saling lihat. Apakah mereka akan berbohong atau jujur. Tapi lebih baik jujur saja agar masalahnya tidak semakin rumit.

"Kami memanah Pangerand, karena Pangeran Brylee terus menerus mempercepat langkah kudanya, menghindari kami berdua."

Seketika Ratu Grizellee merasakan sakit di dadanya dan langsung ambruk ke lantai tak sadarkan diri.

"Ini semua karena mu!" Magdalena menyalahkan Auristella.

"Enak saja ini semua salah mu!" Timpal Auristella tidak ikhlas bila dirinya di salahkan lagi.

"Terserah. Ayo cepat kita angkat Ratu ke atad kasur lalu panggil tabib kerajaan." Pinta Magdalena.

Ratu Grizellee sudah terbaring tak sadarkan diri di atas tempat tidurnya.

"Berat juga ya." Gumam Auristella.

"Jelas. Perhiasan di tubuhnya saja banyak sekali."

"Ibunda....." Ucap perempuan yang datang-datang langsung memeluk Ratu Grizellee.

Magdalena dan Auristella saling lihat bertanya siapakah perempuan cantik bermata Hitam pekat itu.

"Dia kakak ipar ku." Kata Auristella yang di mengerti okeh Magdalena.

"Enak saja dia kaka iparku!"

"Ibunda.... Bangun.... Aku yakin Brylee pasti ketemu." Perhatian perempuan itu teralih pada dua perempuan di samping Ratu Grizellee. "Ini semua pasti gara-gara kalian, kan?" Tuduhnya.

"Enggak Kak Putri Ratu Richellee." Tolak Auristella yang sudah mengetahui semua keluarga Brylee. Intinya yang belakang nama pertamanya ada Lee nya berarti dia anak dari Raka Mendlee dan Ratu Grizellee atau saudara dari Brylee.

"Panggil saja saya Ratu Richellee."

"Ba---baik Ra-ratu Richellee."

Tak lama tabib datang dan memeriksa keadaan Ratu Grizellee. Ternyata Ratu Grizelle hanya syok mendapat kabar buruk. Tidak ada penyakit serius.

"Kau mau kemana?" Tanya Magdalena menahan tangan Auristella yang hendak keluar.

"Aku akan mencari kayu untuk bahan bakar memasak Nek." Balas Zura pada Wanita tua yang berpapasan di jalan dengannya kesusahan membawa kayi bayar di punggungnya. "Mari saya bantu Nek."

"Makasih cu." Ucapnya menyerahkan sikat kayu di pungugnya yang begitu banyak.

"Ini berat kok Nenek masih berani bawa sendirian."

"Nenek sebatang kara Cu." Sesamlainya di rumah si Nenek, Zura meletakan kayu itu di halaman rumah si Nenek karena perintahnya. "Makasih ya Cu."

"Masama Nek. Aku pergi ya Nek."

"Tunggu."

"Iya kenapa Nek ada yang bisa aku bantu?"

"Nenek punya pesan untukmu."

"Apa Nek?"

"Sosok masa depan mu akan segera bertemu dengan mu."

Zura hanya tersenyum menangapi perkataan si Nenek.

Zura sudah berkeliling-keliling hutan tapi ia baru mendapat sedikit kayu kering sehingga masih bisa di hitung.

"Pasti kayunya habis sama si Nenek di ambil." Gumam Zura. Ia terus berjalan berharap ada segundukan kayu baksr yang kering untuk di jadikan bahan bakar untuk memasak di tungku.

Langkah Zura membawanya menuju sebuah jurang yang berisi banyak kayu bakar yang kering. Zura sangat amat kegirangan tanpa ia percaya kayu itu bahkan sangat lurus.

"Kalau semua ini bisa ku bawa ke rumah mungkin 2 minggu aku tidak usah mencari kayu bakar." Batin Zura. Kayi sudah betumpuk berjajaran snagat rapih. Hingga pandangan Zura teralih pada langit yang begitu indah. Saat ia hendak menarik kayu yang lainnya ia merasa aneh di tangannya, bukan kayu yang ia tarik melainkan sobekan kain hitam yang terbuat dari suyra karena kelembutannya yang begitu khas. "Sobekan kain apa ini?"

"Ini pasti jejak Pangerand. Tapi kemana dia? Kuda kesayangannya sudah di temukan sedangkan orang nya belum." Kata prajurit yang mencari Brylee

"Ini ada tetesan darah pasti milik Pangerand." Pikir pria di samping kirinya mengambil daun kering itu.

"Tidak mungkin kan ada bangsawan berburu begitu jauh sampai tiba disini." Batin Zura bertanya-tanya. Tapi ia acuh saja melanjutkan memotong kayu itu.

Pandangan Zura teralih pada bunga cantik nerwarna ungu yang jelas warna itu warna kesukaan Zura. "Bunganya cantik sekali." Zura memetik bunga itu beserta dengan akar-akarnya. Tapi ia malah tanoa sengaja menginjak sesuatu hingga ia terjungkal dan terjatuh.

"Aduh...." Pekik Zura. "Eh bungaku." untug bunga itu tidak kenapa-napa. Saat Zura tenggah duduk sebentar disana ia di kejutkan dengan seseorang yang terkurap tanpa sadarkan diri dengan balutan baju dari kain sutra yang sangat lembut. "Akhhh!!!" Jerit Zura yang kaget melihat anak panah menanclap di punggung nya.

Zura memberanikan diri mencabut anak panah itu. Dan darah pun keluar dari bekas anak panah mengalir hingga mengotori baju yang ia kenakan. Zura penasaran siapakah dia dan membalik tubuhnya. Dia pria sangat tampan namun keningnya membiru dan sedikit mengeluarkan darah dan juga di area bibirnya.

"Bangun...." Zura menepuk-nepuk pelan pipi pria tampan itu. Lalu memegang urat nadinya apakah masih berdenyut atau tidak. "Dia masih hidup." Batin Zura.

Zura bimbang, antara menolong atau meninggalkan pria itu sendirian di hutan. Jika ia menolongnya maka kayu bakar tidak akan bisa ia bawa sekarang. Jika Zura meninggalkannya maka, Zura takut pria itu malah di makan hewan buas.


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login