Download App

Chapter 2: Obat Termanis

Malam itu aku menenggak dua butir obat alergi yang baru saja kubeli di apotek. sudah hampir 1 bulan batuk alergi ini sangat menggangguku, sudah berbagai macam obat dan periksa ke dokter ini dan itu tapi hasilnya masih belum signifikan. Malam itu perutku belum diisi makanan selain biskuit dan setengah gelas es jeruk,saat itu bulan ramadhan tapi karena haid aku tidak berpuasa, tapi juga tidak makan berat sedari pagi.beberapa saat setelah menenggak 2 butir obat itu tubuhku terasa tiba2 kesemutan,lemas,dingin dan nafasku terasa sangat berat, seluruh tubuhku bergetar hebat, aku sangat panik dan merasa akan mati saja.keluarga membawaku ke rumah sakit terdekat dan segera mendapat pertolongan.sesampainya di UGD aku diinfus dan diperiksa secara intensif, hasilnya semua normal tapi sekujur tubuhku menjadi sangat pucat dan dingin, aku tidak bisa merespon tapi masih bisa mendengarkan orang2 di sekitarku.

setelah mendapat pertolongan pertama dan kondisiku lebih stabil,aku diperbolehkan pulang dan dibekali bebrapa jenis obat-obatan.keesokan paginya setelah sarapan akupun meminum obat dan vitamin yang diberikan kemarin,seketika tubuhku merasakan hal yang sama seperti kemarin malam tapi dalam skala yang lebih kecil,segera kutenggak segelas air dan kucoba untuk tidur karena tubuhku menjadi lemas dan kesemutan lagi.aku mulai berpikir mungkin tubuhku menolak obat-obatan ini dan memutuskan untuk tidak meminumnya lagi beberapa hari kemudian akupun pulih seperti sediakala dengan istirahat dan batuk yang kualami juga berangsur-angsur membaik.

sebelumnya aku tidak pernah memiliki riwayat alergi obat ataupun makanan tertentu, tapi aku memang memiliki riwayat alergi dingin dan debu.

Aku adalah seorang dokter berusia 33 tahun, aku bekerja sebagai PNS di salah satu puskesmas dan berpraktik di sore sampai malam hari.Jadi hari-hariku memang termasuk sangat sibuk, ditambah lagi aku adalah seorang istri dan ibu dari dua anak dan aku jarang sekali memiliki pembantu rumahtangga.alasan ketidakcocokan dengan kwalitas kerja mereka menjadi faktor utama sulitnya aku menerima orang membantuku mengerjakan pekerjaan rumah.Praktis hampir semua urusan rumah pun kuselesaikan sendiri baik sebelum berangkat kantor maupun malam hari setelah praktik jarak dari rumah,kantor dan tempat praktik lumayan jauh, kutempuh dengan mengendarai mobil sendiri pergi pagi dan pulang larut begitu seterusnya, anak-anak kutitipkan di rumah orangtuaku,jika tidak terlalu larut aku menjemput mereka sebelum pulang tapi seringkali mereka sudah tertidur,dan kami sangat jarang bersama,banyak waktu2 berharga yang kulewati tanpa kebersamaan dengan mereka

Sebelum berangkat ke kantor kupastikan peralatan yang kubawa tak ada yang tertinggal termasuk obat2an yang menjadi soulmateku yaitu obat maag,penghilang rasa sakit, obat vertigo dan beberapa butir pil penenang agar aku bisa tidur, kesibukan yang sangat padat dan obsesiku terhadap sesuatu seringkali membuat pola hidupku sangat kacau,makan tidak teratur dan semaunya,seadanya yang penting kenyang dan enak di lidah,sehingga seringkali sakit gastritisku alias penyakit maag ini kambuh dan terasa perih plus menyebabkan kambuhnya vertigo dan sakit kepala juga,jadilah obat2an itu teman setia hampir setiap hari,istirahat tidak teratur dan bahkan seringkali kurang yang menyebabkan aku mengalami gangguan tidur membuatku mencoba berteman akrab dengan obat anti-depresan yang membuatku bisa mengantuk dan sedikit tidur nyenyak,walaupun tidak sampai ketergantungan tapi aku terhitung sering mengkonsumsinya setiap malam dan parahnya lagi harus terus kupastikan agar obat2an itu senantiasa ada di dekatku jika tidak aku akan sangat gelisah..dan tanpa sadar aku telah ketergantungan secara psikis dengan obat-obatan itu yang tanpa sadar telah menggerogoti kesehatanku sedikit demi sedikit.

Sampai suatu pagi perutku terasa sebah,kupikir ini pasti penyakit maagku kambuh lagi, kupesan seporsi mie instan goreng dengan potongan cabai tentunya dan sebutir telur dadar di kantin kantor, ini adalah menu wajib harian yang praktis selain mie ayam dan bakso depan kantor yang selalu extra pedas,full saos dan terasa sangat enak di lidahku tanpa peduli kesehatan dll. tapi tidak biasa hari itu aku merasa tidak berselera menghabiskannya, perutku terasa tidak nyaman dan aku merasa mual, tidak sampai separuhnya kuhabiskan, akupun buru2 menenggak obat2an setiaku itu, tapi beberapa waktu kutunggu kondisiku tidak membaik,justru aku merasa semakin mual dan sebah,akupun memutuskan untuk menyelesaikan pekerjaanku dan bergegas pulang saja.

Dini hari perut kananku semakin sakit dan akupun beberapa kali muntah2, obat apapun yang kuminum tidak membuat kondisiku membaik sedikitpun.aku berpikir ini gejala usus buntu,aku kemungkinan besar akan menjalani operasi.akupun bergegas meminta suamiku untuk mengantarkan ku ke Rumah Sakit.sesampainya disana aku diperiksa dokter dan dijadwalkan operasi segera karena dokter juga memiliki dugaan sama denganku bahwa aku terkena usus buntu. infuspun terpasang, dokter memberikan obat penghilang rasa sakit tapi aku merasakan kembali tubuhku merespon obat itu dengan tidak wajar,tulang punggungku terasa sangat nyeri,seluruh tubuhku kesemutan dan dingin,aku lemas antara menahan nyerinya perutku dan menahan reaksi obat penghilang nyeri itu.


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login