Download App

Chapter 2: Raina

Ketika Pak Park, Mr. Joe, dan putra putrinya tertawa bersama dan membahas kerja sama kedepannya.

Di belahan bumi lain negara Indonesia, Kota Cikarang, ada seorang gadis bernama Raina. Dia adalah gadis berwajah oval yang biasa saja, tetapi kehidupannya penuh perjuangan, rendah hati, dan penuh sopan santun.

Raina terlahir dari orang kampung yang serba kekurangan, bahkan untuk makan pun dia harus banting tulang terlebih dahulu.

Jangankan merawat diri, dapat memberi uang buat beli makan saja sudah bersyukur baginya. Meskipun begitu Raina tetap ceria dengan selalu tertawa dan menghibur orang lain.

Raina merupakan gadis cerdas dan pintar, tetapi kendala biaya, dia tidak bisa melanjutkan kuliah.

'Sekolah Sampai SMA saja syukur'' ucapnya di pinggir kali cikarang sambil terus mencari ide mau mengerjakan apa.

Raina terus mencari pekerjaan dengan mengandalkan ijazah Sma dan semua piagam kejuaraan yang di miliki serta satu tekad semangat untuk merubah kehidupan keluarga dan mengangkat derajat orang tua.

keinginan Raina untuk merubah nasib keluarganya akhirnya mendapatkan ide, ''Kenapa aku tidak ke Korea saja menemui bibi Siti dia kan udah Lama bekerja di sana selama 20 tahun siapa tau ada'' timpalnya sambil menjitak kepala sendiri. ''Tetapi bagaimana aku ke sana dan menghubunginya?'' ucapnya bingung.

Akhirnya Raina mengutarakan keinginannya tersebut kepada ibunya Jenah dan ibunya berkata ''Nak. Jika memang itu keinginanmu ibu dukung, tapi satu permintaan ibu, kamu jangan buka jilbab dan terlarut dalam kehidupan orang sana. Jangan sekali-kali tinggalkan shalat nak, karena itu adalah penopang agama dan akidah yang paling kuat'' ucap ibu jenah tertunduk sedih dan kembali menatap anaknya Raina dengan penuh haru linangan air mata.

''Nanti kalau bibi Siti menelpon ibu dari Korea, ibu akan sampaikan tujuan kamu dan meminta tolong kepadanya agar bisa membantumu ikut bekerja dengannya'' sambil mengangkat dagu raina yang sudah berlinangan air mata kemudian memberikan pelukan hangat kepada anak sulungnya itu. Mereka berdua terlarut dalam tangis, antara menangisi keadaan atau sebuah perpisahan.

''Buk, raina akan tetap mengingat pesan ibu, In Syaa Allah raina akan menjadi anak yang berbakti dan menjadi penopang ekonomi keluarga, ibu doain raina ya. jika ini jalannya pasti Raina di permudah''. Ucapnya dengan penuh haru dan tangis.

Malam itu terlewat dengan penuh tangis dan pelukan hangat. Ibu jenah yang sangat sayang kepada Raina tentu sangat berat kalau harus di tinggalkan olehnya, apalagi selama ini hanya Raina yang bisa membantu semua pekerjaannya, karena kedua adiknya masih berumur 5tahun dan 3tahun.

Ibu Jenah terbangun jam 3 malam untuk melaksanakan shalat tahajud, ternyata di bawah dipan dia melihat raina sedang menengadahkan tangannya ke langit sambil berdoa penuh isak tangis. Ibu Jenah yang mendengar rintihan anaknya tanpa sadar ikut menitikkan air mata karenanya, setelah selesai berdoa Raina ke belakang dan melihat ibunya sedang menangis tersedu-sedu melihat hal itu raina datang memeluk dan mengusap air mata ibunya.

''Ibu kenapa? kenapa tiba-tiba ibu menangis seperti ini? ibu sakit?'' Ucapnya khawatir.

''Enggak kok nak, ibu enggak kenapa-kenapa, ibu hanya sedih tidak bisa memberikan kamu dan adik-adik kebahagiaan seperti anak-anak lain, bahkan tempat tinggal yang layak untuk kalian bertiga''. Sambil terisak penuh air mata.

''Bu, memiliki ibu saja raina sangat bersyukur, sangat bahagia, karena ibulah satu-satunya harta yang Raina miliki saat ini. Jika kemarin raina dan adik-adik terlahir tanpa ibu, raina enggak tau apakah bisa bertahan sejauh ini atau tidak''. Jawabnya dengan linangan air mata menatap wajah malaikat tanpa sayapnya itu dan kembali memeluknya dengan penuh kasih sayang.

''Ibu akan melakukan apapun untuk kebahagiaan kalian'' jawab ibunya lagi, ''tadi sore ibu sudah minta tolong sama pak dul untuk menelponkan bibimu siti, in syaa Allah besok sore ibu bicara dengan bibimu, semoga ini jalan terbaik untuk kamu nak''. Dengan mencium kening anaknya kemudian beranjak pergi mengambil air wudhu.

Seperti biasanya aktifitas raina bangun pagi bersih-bersih rumah dan menyiapkan sarapan seadanya, membuat nasi goreng dari sisa nasi semalam dan memberikannya kepada adik dan ibunya. Setelah sarapan raina pun pergi ke pasar untuk membantu pekerjaan pamannya di toko grosir jajanan ringan.

Sore itu Pak dul pun datang ke rumah ibu jenah untuk memberikan telepon yang berasal dari Korea Selatan, dengan riang ibu jenah pun langsung mengambil dan menaruhnya di telinga sambil berbicara menanyakan kabar sampai kepada maksud dan tujuannya. Ibu jenah menyampaikan keinginan raina kepada adiknya siti.

''in syaa allah kak, memang tuan besar saya sedang mencari tambahan pembantu tapi untuk mengerjakan kelengkapan persediaan tuan muda di sini. Nanti saya coba bicarakan sama tuan besar maksud dan keinginan raina. Yang penting raina tekun, ulet, teliti dan cepat mengerti apa yang diinginkan dan menjadi kebutuhan tuan muda''. Ucap siti dari kejauhan di telepon.

''iya dek, kan dek siti tau sendiri kalau ponakanmu itu pintar, cerdas, tapi kendala biaya tidak bisa melanjutkan kuliah''. Balas ibu jenah sesuai kenyataan.

''Iyo kak, adik tau itu. makanya minta doanya kakak semoga tuan besar dan nyonya besar menyetujui usulan siti'' sambil melihat jam. ''Kak kalau begitu adik pamit dulu ya, soalnya sudah waktunya jam kerja, nanti adik kabarin lagi kalau saran adik di terima tuan dan nyonya besar, Assalamu'alaikum''. Ucapnya pamit sambil mematikan hape (tuut tuuuttt tuuut).

Setelah menelpon dengan adiknya siti dia merasa lega dan menarik sambil menghembuskan nafasnya dengan keras ''hhaaahhhh. mudahan ini jalan yang bagus dan barokah untuk anakku raina'' doanya dengan penuh keyakinan.

Ibu jenah menunggu kepulangan raina dengan tidak sabar untuk menyampaikan hasil dari pembicaraan telepon dengan adiknya siti. Jam 17.40 raina sampai di depan rumah dan mengucap salam kemudian masuk.

Raina melihat ibunya sedang duduk dan melipat baju, raina pun menghampiri kemudian membantu ibunya.

''Nak, nanti malam shalat hajat ya, minta ridho sang ilahi, semoga bibi mu bisa merayu tuan dan nyonya besar untuk menerimamu kerja disana'' ucap ibu jenah tersenyum.

''Memangnya ada kesempatan buat raina buk?, raina kan belum bisa bahasa korea, belum kursus juga'' katanya raina bingung.

''Iya, tadi bibi mu bilang kalau tuan sama nyonya besar sedang mencari satu orang lagi untuk tuan muda'' ucap ibunya dengan meyakinkan. ''Nanti malam jangan lupa shalat hajat dan berdoa ya'' perintahnya lagi sambil menatap kedua bola mata anaknya itu.

''Iya buk, terimakasih yaa'' raina memeluk ibunya dengan bahagia, ''kalau begitu raina mandi dulu, besok beli kamus untuk belajar bahasa korea dan minta tolong ke teman-teman raina yang udah pernah kursus'' sambil memeluk ibunya dengan erat dan mencium pipi kanan ibunya. Setelah itu raina pun beranjak ke kamar mandi dengan riang gembira sambil bernyanyi ''nanananaaaaa'' bagai anak kecil yang tiada beban.


Load failed, please RETRY

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login