Download App

Chapter 2: Pelukan Tak Disengaja

Selama perjalanan dari Stasiun ke rumah, Tante Cecil banyak diam, hanya beberapa kali menanyaiku soal kegiatan sehari-hari.

Setelah tiba, Mama sudah menunggu kami di teras rumah. Mama dan Tante Cecil berpelukan erat, menandakan kedekatan serta rasa rindu yang mendalam. Mata kedua perempuan dewasa itu berkaca-kaca, terharu setelah tujuh belas tahun tidak berjumpa.

"Ayo, Cil, kita masuk. Mbak sudah masak banyak buat kamu." Ajak Mama sembari menggandeng tangan sahabat masa kecilnya itu.

"Rumah Mbak Mitha nyaman dan rapi. Dari dulu, Mbak, memang rajin." Puji Tante kepada Mama.

"Cuma masak dan beberes rumah pekerjaanku tiap hari, Cil. Nggak ada kesibukan lain kecuali ada pesanan kue dari teman-teman."

"Jadi, Mbak Mitha, pandai bikin kue, ya?"

"Ah ... bukan pandai, cuma sedikit bisa aja." Senyum mama merekah sambil mencentong nasi lalu meletakkannya di piring Tante Cecil.

Saat Mama dan Tante Cecil asik berbincang di meja makan, kuputuskan naik ke kamarku di lantai dua rumah ini. Aku tak ingin merusak nostalgia mereka berdua.

Setelah satu jam aku rebahan sambil berselancar di dunia maya menggunakan Iphone keluaran terbaru, terdengar suara Mama dan Tante Cecil. Sepertinya Tante Cecil akan menempati kamar di depan kamarku persis.

Lantai dua ini hanya ada dua ruangan, yakni kamarku dan kamar yang akan di tempati Tante Cecil. Di ujung ruangan ada balkon dengan dua kursi kayu serta meja bundar. Spot yang aku suka untuk minum kopi saat senja tiba. Ada beberapa pot bunga milik Mama, menambah indah tempat itu.

〰️〰️〰️〰️〰️

Tok ... tok ... tok ....

Suara pintu kamarku diketuk seseorang.

"Rey, Reyhan ... Tante boleh minta sampo, nggak?" Suara Tante Cecil mengagetkan aku yang mulai mengantuk.

Kubuka pintu lalu mempersilakan Tante Cecil masuk. Aku melangkah ke kamar mandi, mengambil sampo untuk Tante. Setiap kamar di rumah ini dilengkapi dengan kamar mandi di dalamnya.

"Ini, Te, tapi sampo khusus laki-laki. Mungkin wanginya kurang cocok buat cewek," ucapku sembari menyodorkan botol sampo ke tangan wanita cantik di hadapanku.

"Enggak apa-apa. Gerah banget, tante pengen mandi keramas." Senyumnya merekah. Cantik sekali. Pesonanya sebagai wanita dewasa membuat hatiku meleleh.

"Rey, kok, nggak ada foto cewek kamu yang terpasang di sini?" tanya Tante Cecil sambil memandang sekeliling ruangan.

"Rey, belum punya cewek, Te," jawabku asal.

"Masa, sih, cowok sekeren kamu nggak ada yang naksir?" Sindirnya sambil melirikku sekilas. Makin kepo aja, nih, Tante.

"Temen yang seusia, mah, banyak yang kecantol kecakepan aku, Te. Tapi aku-nya lebih suka cewek yang dewasa." Kujawab tengil dan sedikit menggoda. Ah ... memang kalau jiwa playboy itu nggak bisa dipungkiri. Sudah mendarah daging. Haha

Tante Cecil tersenyum sambil berlalu keluar kamar. Mungkin dia geli dengan jawabanku atau dia GR. Bisa jadi, kan? Eeaak ....

Jam dinding menunjukkan pukul 03.00 sore. Waktunya untuk menjemput Bianca dari tempat les biolanya. Buru-buru aku mandi dan bersiap-siap, kalau terlambat bisa terjadi pertumpahan kopi seperti kejadian seminggu lalu. Waktu itu aku yang tengah asik seharian jalan dengan Nabila, lupa jadwal menjemput Bianca. Cewek blesteran Belanda-Jawa itu marah-marah di Cafe. Dia tumpahkan kopi di bajuku dengan sengaja. Sungguh memalukan. Bianca memang tempramen, beda dengan Nabila yang kalem. Keduanya itu kekasihku dengan sikap yang bertolak belakang.

Setelah beres, segera kuambil jaket dan handphone yang kutaruh di atas kasur. Tak lupa kunci motor sport kesayangan. Saat keluar kamar, tanpa sengaja aku dan Tante Cecil berbarengan. Kupersilakan dia jalan duluan. Entah bagaimana, tiba-tiba kaki Tante Cecil terpeleset. Tubuhnya terhuyung kebelakang, sontak secara otomatis tanganku menangkapnya. Mata kami saling menatap saat tubuhnya ada dipelukanku. Terlihat rona merah menghiasi pipi Tante Cecil. Jantungku berdegup kencang, mungkin perempuan berkulit putih itu mendengarnya. Duh ... malu aku.

"Emmm ... makasi, Rey," ucapnya malu-malu sambil buru-buru menuruni tangga. Belum sempat kujawab ucapan terima kasihnya, udah ngibrit aja, tuh, Tante cantik.


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login