Download App

Chapter 2: Sejarah Itu Pedih

Sejarah telah membuatku lemah.

Sejarah menjadikanku pasrah.

Sejarah bagiku tentang pedihnya kisah.

Sejarah kali ini bukanlah tentang pelajaran sekolah.

Melainkan ini tentang masa lalu yang indah.

Namun menyayat tanpa mengeluarkan darah.

Jika sejarah itu tertulis di buku.

Tapi ini sejarah tertulis di kalbu.

Tahun lalu mengukir perasaan pilu.

Sejarah itu tentang waktu dan manusia pada masa lalu.

Tapi ini perihal waktu, manusia dan rasa pada tahun lalu.

Sejarah.

Dahulu ada yang namanya cerita tentang peperangan.

Tapi tahun lalu itu namanya korban perasaan.

Zaman dahulu itu adalah cerita tentang perjuangan.

Namun tahun lalu sejarah itu meninggalkan kenangan.

Sejarah itu isinya bacaan tentang masa lampau dan peninggalan.

Tahun lalu itu namanya bukanlah peninggalan tapi penoreh ingatan.

Barangkali disana ada jawaban.

Aku punya banyak persoalan.

Aku butuh kebahagiaan.

Aku tak butuh drama memilukan.

Tidak ada yang menjadi saksi hidup tentang tahun lalu dan segala perlakuan.

Hanya ada perasaan yang menjadi saksi mati tentang terpendamnya ungkapan.

Sejarah mengatakan jika zaman dulu manusia berjalan dengan kaki.

Sedangkan tahun lalu kehidupanku berjalan menggunakan hati.

Kaki bukan tempatnya hati.

Hati ini bisa berjalan tanpa kaki.

Orang orang bilang kalau masa pendekatan itu adalah masa masa manis bagi kedua insan. Kenyataannya tidak, fase pendekatan malah menjadi rasa spesial yang dicampur dengan berbagai perasaan, ibarat terang bulan spesial yang dicampur coklat, kacang, dan keju. Begitu pula dengan fase pendekatanku pada tahun lalu, rasanya campur yaitu manis, kecewa, dan pilu.

Yang satu serius yang satu bercanda.

Giliran yang semulanya bercanda mendadak serius, seperti itulah alurnya. Logika ini berada di karantina sedangkan hati ini mempunyai rasa yang merajalela, konflik bukanlah milik banyak orang tapi konflik adalah milik kita berdua, konflik antara kita tidak dimediasi oleh pihak ketiga melainkan oleh sebuah rasa.

Antara evolusi dan revolusi.

Evolusi tentang perjuangan untuk mengambil hatimu dan memilikimu sepenuhnya untukku. Perhatian, kepedulian, keinginan demi kebaikan telah aku ulurkan padamu. Namun akhirnya aku harus mencoba lagi, lagi dan lagi sampai aku gagal. Aku berjuang sendirian, memperjuangkan seseorang yang aku dambakan, sulitnya usaha untuk merebut hatimu hanya aku yang merasakan.

Sudah tak terhitung lagi berapa banyak waktu yang habis demi menantimu. Penantian panjang yang ujungnya pengkhianatan.

Tidak ada banyak korban, hanya aku yang menjadi korban racun janji yang manis.

Untaian kata penolakan telah mengiris hati, perasaan yang tak terbalas.

Namun anehnya hati ini terus menginginkan untuk memperhatikanmu tanpa batas.

Hubungan yang baik seharusnya ada kontak mata serta komunikasi tatap muka tanpa perantara.

Tapi nyatanya hubunganku denganmu hanyalah sekedar hubungan maya dalam kurun waktu lama.

Saat orang lain saling menggenggam tangan maka aku dan kamu cukup menggenggam gawai saja.

Kebanyakan orang menjalani masa indahnya dengan tatap muka sedangkan aku dan kamu hanya menjalani hari demi hari dengan menatap layar gawai yang menyala.

Pada akhirnya terjadilah revolusi, perubahan sikapmu yang mulai dingin, hatimu membeku, sudah tak peduli lagi denganku, tapi aku masih ingin bertahan untukmu. Dampak dari perubahan ini adalah sakit hati, hanya butuh waktu dalam beberapa hitungan untuk mematahkan sebuah perasaan.

Kehadiran orang ketiga membuatmu jatuh cinta. Kamu lebih mementingkan orang baru di kehidupanmu, itulah alasan agar kamu bisa bahagia. Kamu menganggap jika aku yang telah lama menanti dan berjuang demi dirimu sudah bukan menjadi siapa siapa dan bukan apa apa.

Kamu bahagia aku rela.

Tapi dengan cara terpaksa.

Kamu tertawa dengan orang baru disana.

Sedangkan aku harus lapang dada.

Kamu menganggap aku bukanlah siapa siapa.

Bagiku kamulah seseorang yang berharga.

Mencinta, terus berusaha, terus mencoba.

Akhirnya hanya kecewa dan sia sia saja.

Itulah sejarah.

Berperang lalu gugur tanpa darah.

Berperang melawan gairah.

Dan akhirnya aku kalah.

Tahun lalu memicu perasaan pilu, tangisan dalam hati yang tersedu. Seseorang yang aku idam idamkan lewat menyayat tanpa rasa belas kasih dan tanggung jawab. Aku harus berdiri dikala hati ini patah dan jiwa ini lemah, aku harus berjalan pelan menjauhi luka luka yang aku rasakan.

Sejarah itu masa lalu.

Masa lalu juga punya peristiwa.

Peristiwa menjadikan sebuah cerita.

Cerita menjadi bahan untuk berkata kata.

Kata kata bukan sepenuhnya dari mulut.

Batin juga bisa berkata walaupun tak punya lidah.

Akhirnya aku mendapat rasa berat hati yang harus aku pikul, serpihan hati yang berjatuhan adalah momen manis denganmu sedangkan sisanya yang utuh namun rapuh adalah bekas luka luka perih yang kuterima dari sikapmu. Luka hati tak bisa disembuhkan dengan obat, tidak ada apotek yang menjual obat luka hati dan tak ada pula dokter yang mampu memulihkan luka dihati. Aku berharap bahwa waktu dapat mengembalikan keadaan hatiku seperti sedia kala, namun butuh waktu lama.

Sejarah itu tidak boleh dilupakan, sama halnya dengan batin ini yang terus berkata jika "biarlah sejarah itu utuh".

Perlu kamu ketahui bahwa aku butuh waktu lama untuk melupakanmu tapi lamanya waktu sama sekali tak bisa melunturkan ingatan tentangmu, sepertinya namamu telah menancap diinginkanku dan waktu pun tak bisa menggerusnya. Tapi ada yang perlahan mulai hilang dan perlahan mulai datang.

Perlahan ingatanku tentang perlakuanmu di tahun lalu mulai pupus. Aku tahu dirimu dulu tak pernah meluangkan waktu untukku dan sekarang aku tak lagi memikirkan itu. Aku sudah tak lagi meratapi kepergianmu, firasat tentang dirimu telah menjauh dari diriku. Bukan berarti aku melupakanmu hanya saja saat aku mengingatmu aku tak merasa seperti dulu.

Dulu saat malam aku pernah meneteskan air mata karena aku merindukanmu.

Dulu aku pernah tumbang karena terlalu lama menunggu kepastianmu.

Dulu aku pernah menjauhi keramaian karena aku teringat tentang dirimu.

Kemudian datanglah hal baru. Keadaan membuatku melupakanmu. Kesenangan duniawi telah membuatku lepas dari belenggu rasa sedih karena perilakumu. kehadiran orang orang disekitarku telah mampu menghiburku dari keterpurukan karena menanggung pedihnya perjuangan untuk mendapatkanmu.

Sejarah tetap sejarah, masa lalu tetap masa lalu. Aku yakin akan datang hal baru yang bisa menggantikan kesibukan hidupku tentangmu.

Untuk saat ini aku tak bisa menjadikan cerita di masa lalu sebagai sekedar kata kata cinta dan tanganku pun tak sanggup jika harus menulis rangkaian kenangan denganmu di masa lalu. Aku anggap sejarah tahun lalu itu sebagai bingkisan kalbu, cerita tentang aku dan kamu saat ini hanya bisa dikenang. Aku juga tak ingin cerita perjuangan cinta seperti aku dan kamu terulang di hidupku, aku sudah jera dengan semuanya. Biarlah masa lalu menjadi sejarah yang tercatat di kalbu, tak perlu ditulis dibuku.

Cerita tahun lalu hanya untuk diingat saja tak perlu dipikirkan, cukup dikenang tak usah dirasakan. Kembalilah pada tujuan awal jika sejarah juga pelajaran, apa yang aku lakukan dan apa yang terjadi di tahun lalu telah memberikan banyak pelajaran, sebuah bekal untuk masa depan, menjadi manusia yang tegar, membebaskan perasaan diri dari tekanan, dan tidak bergantung pada harapan melainkan konsisten untuk berjuang mewujudkan kenyataan bukan menjadikan perjuangan berupa khayalan.


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login