Download App
0.9% 00.00

Chapter 2: BAB 1 - ARLES || FAREL & ALEA

—Mencoba tersenyum dengan segala beban yang begitu melekat dipikiran merupakan hal istimewa yang dialami setiap orang, terimakasih telah berjuang!—

***

"Dimana ini?"

"Apa aku tengah berada di alam bawah sadarku?"

"Siapa pria itu? Mengapa dia terlihat begitu bersinar dan--

"Ta-- tampan."

Alea Anastasia, seorang gadis yang tengah berada disebuah jembatan gantung dengan seorang pria tampan yang terlihat begitu bersinar ditengah gelapnya malam. Alea melirik sebuah jam yang melekat sempurna di lengan putih mulusnya. Ternyata waktu masih menunjukan pukul 12 tengah malam. Alea menarik nafasnya dalam-dalam, ia mungkin tengah bermimpi saat ini.

"Kemarilah," ucap seorang pria yang sedari tadi tak luput dari penglihatannya.

Merasa salah tingkah, Alea akhirnya mengalihkan arah pandangnya ke kanan, kiri hingga belakang. Bodohnya lagi, tak ada siapapun selain dirinya dan pria misterius yang berada diujung sana. Dengan berat hati dan nafas yang tersengal, Alea mulai berjalan perlahan mendekati pria itu. Tak ada rasa takut sedikitpun hingga---

Drtt... Drttt...

"Shit," murkanya kala ia mulai menyadari jika kejadian beberapa detik yang lalu hanyalah mimpi, hal yang tak nyata dan terjadi di alam bawah sadarnya saja. Sorot matanya menyapu setiap sudut ruangan hingga penglihatannya terpaku pada satu objek yang begitu terpampang jelas di dinding.

"Pukul 12 tengah malam," gumamnya kala melihat jarum jam menunjukan tepat pukul dua belas malam.

Akan tetapi, Alea benar-benar tak mempermasalahkan itu, mimpi bisa saja membuatnya terkecoh dan merasa bodoh, karena itu ia berusaha untuk tidak memperdulikanya.

***

"Pagi semua!" sapa Alea dengan senyum tulus khasnya.

Tak ada yang menyahut satupun diantara mereka, hingga Alea duduk disalah satu kursi kosong tepat samping kanan sang kakak.

"Sedang apa kamu disitu? Tempat kamu didapur, bersama para pembantu," tegas David.

David Alexander merupakan ayah kandung Alea, namun sikap dan perilakunya sangat tidak mencerminkan jika David memanglah seorang ayah yang baik untuk Alea. Hal itu terjadi karena insiden tahun lalu hingga menimbulkan ibu kandung Alea meninggal dunia.

"Sekali-kali kan Alea mau makan bareng Mama baru, Kakak baru sama Papah juga," jawab Alea enteng.

Seketika itu suasana meja makan kembali hening, Alea memberanikan diri untuk tetap duduk. Tangannya terulur membalikan sebuah piring yang ada dihadapannya itu, namun belum sempat Alea meraih sendok nasi--

"Pergi!" tegas David.

Tak ingin menimbulkan kerusuhan, akhirnya Alea mengagguk dan segera pergi dari hadapan mereka. Rasanya ia ingin menangis, namun tak mungkin. Alea tak mau menunjukan rasa sakitnya dihadapan semua orang. Itu hanyalah pembodohan yang tak karuan. Bersyukur David masih mau menyekolahkannya.

"Kira-kira, mama sedih ga ya liat Papa nikah lagi," gumamnya pelan sembari duduk disebuah kursi pantry.

Ya, memang benar. David baru saja menikah dengan seorang janda anak satu. Elisa Ratna Alexander dan putrinya yang kebetulan berbeda satu tahun lebih tua dari Alea. Fricila Ratna Alexander. Seharusnya, Alea memiliki nama marga dibelakangnya, sayang sekali David mencabutnya setelah kematian ibunya itu, tak apa. Alea tak mempermasalahkan hal kecil seperti itu.

"Silahkan, non." Asih menyodorkan segelas susu lengkap dengan roti yang berada di piring putih tanpa coraknya itu. Asih yang merupakan asisten rumah tangga di kediaman Alexander cukup tau segala sesuatu yang melibatkan keluarga tersebut. Tak terkecuali isu kematian Rini Anastasia Alexander yang merupakan ibu kandung Alea, namun mengingat dirinya diberi peringatan oleh sang atasan untuk tidak membocorkan apapun dan pada siapapun membuatnya bungkam.

"Aku pergi dulu ya Bi," kata Alea setelah berhasil menghabiskan roti dan meminum segelas susunya. Melihat tingkah Alea yang selalu begitu setiap pagi, Asih hanya mampu mengagguk setuju tanpa berani mengatakan apapun lagi. Ia tak berhak atas apapun disini apalagi kehadiran ibu tiri dan kakak tiri di keluarga Alexander mampu membuatnya harus tetap bungkam seribu bahasa.

Flashback on

"Jika rahasia ini sampai bocor, kau akan tau akibatnya," ucap seorang pria dengan tangan dan kemeja putihnya yang sudah dibanjiri darah.

"Ap-- apa anda yang membunuh nyonya Rini?" tanya Asih mencoba memberanikan diri.

"Ya, seperti yang kau lihat," jawabnya enteng.

"Bahkan aku bisa membunuhmu juga, jika hal ini sampai kau bocorkan," sambungnya.

Flashback off

Sejak saat itu, Asih tak dapat melakukan apapun lagi selain berdoa agar dirinya dan Alea selamat dari pembunuh tanpa hati itu.

***

"Kau tau? Semalam aku bermimpi bertemu pria tampan yang begitu bersinar dan memikat hati," kata Alea dengan senyum yang terus saja mengembang menghiasi wajah cantiknya itu.

Angel yang merupakan teman satu bangku Alea selama mereka duduk dikelas dua belas hanya mampu memutar bola matanya malas.

"Oh ayolah, Alea. Itu hanyalah mimpi, bahkan ketua kelas kita jauh lebih tampan daripada pria hayalanmu itu," sahut Angel sedikit kesal.

Alea mulai bangkit dari duduknya, sembari pergi meninggalkan Angel sendiri.

"Kemana?" tanya Angel.

"Toilet," jawab Alea santai sembari berlalu pergi.

Angel mengagguk setuju setelah itu ia kembali memasukan novel kesayangannya kedalam laci meja. Tak ada yang ingin ia lakukan selain mengikuti sahabatnya itu pergi ke toilet, Angel hanya khawatir terjadi sesuatu seperti satu tahun lalu, dimana Alea yang berusaha menyimpan rasa sakit dan emosinya sendiri.

Flashback on

"ARGHHH!!!" teriak seorang gadis yang Angel tahu siapa itu.

"Hiks.. hiks... Ma.. hiks... Kenapa ninggal-- lin Alea... Papah ja-- jahat Ma.. sa-- sama Alea."

Angel merasa semakin terpukul dengan Alea yang selalu terlihat ceria dihadapan semua orang kini dia rapuh tanpa dekapan dari siapapun.

Flashback off

Angel terus berjalan dengan hati-hati hingga langkahnya terhenti kala melihat Alea yang tengah berbicara dengan siapa?

"Mungkinkah Alea---

"Gila?" gumam Angel melihat Alea yang terlihat begitu aneh.

***

"Kau?"

Alea mengernyitkan dahinya bingung, sesekali ia mengerjapkan matanya berkali-kali memastikan jika pria itu bukanlah pria alam bawah sadar yang sempat ia temua dalam mimpi.

"Aku tak dapat berlama-lama disini, temui aku pukul dua belas malam dan bawa aku pulang ke dunia nyatamu," ucapnya yang belum sempat Alea mengerti.

"Ta-- tapi--"

"Aku tak dapat berlama-lama disini," tukasnya sembari pergi meninggalkan Alea sendiri.

Tak ingin kehilangan kesempatan, Alea berlari mengikuti kemana pria itu pergi, namun entah matanya yang rabun atau memang ini keajaiban, pria itu tiba-tiba hilang.

"Apa aku gila?" gumamnya pada diri sendiri.

"Alea!!!" teriak Angel dari arah berlawanan.

Alea menatap Angel yang juga tengah menatapnya bingung.

"Sedang apa?" tanya Angel.

Seketika itu raut wajah Alea berubah drastis, ia tak ingin menceritakan ini terlebih dulu pada Angle. Bukan karena tak percaya, hanya saja dirinya tak memiliki bukti yang kuat.

"Tidak, ayo!" ajaknya sembari berjalan mendahului.

Angel semakin dibuat kalut oleh tingkah teman sebangkunya yang tak lagi sama, ia hanya khawatir Alea mengalami gangguan mental diusianya yang terbilang masih sangat remaja.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C2
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login