Download App
42.85% Sudah takdir

Chapter 3: Pamit Dulu

"Vi, duduk sebentar mas pengin ngomong" aku duduk disamping sembari menyiapkan hati jika memang akan ada kata kata yang kurang enak dihati "iya mas" jawabku pelan. "Jadi Via udah yakin dengan kerjaan yang ditawarkan teman Via kemarin?" dia menatap ku dengan sungguh-sungguh "iya mas, insya Allah aku udah mantap bakal nyusul dia ke Maja" aku menjawab dengan mantap "dia teman sekolah Via apa teman desa Via apa siapa Vi?" dia semakin menyelidik seolahasih ada keraguan "dia teman sekolah Via mas sewaktu Via masih Sekolah, Via juga pernah sekelas sama dia" jawabku sedetail mungkin tanpa jawaban dia menganggukan kepala berulang-ulang, "Maaf sebelumnya Vi, kalau sifat mas kaya gini, tau sendiri Via perempuan disini Via tanggung jawab mas sama mba jadi mas ingin memastikan kebenaran dan keamanan Via" dia kembali menyambung pernyataannya "Iya mas insya Allah via bisa jaga diri, niat Via cuma kerja ngga lebih mas" aku kembali memantapkan niatku.

"ya sudah jika itu pilihan via, hati hati disana jaga diri Via sendiri, maaf mas belum bisa kasih yang terbaik buat via, sebenarnya mas juga diam-diam usaha mencari kerjaan buat Via, meski mas hanya kuli bangunan tapi teman mas banyak dan bukan semua dikuli bangunan, banyak yang direstoran juga. tapi ya tau sendiri Vi keadaannya seperti ini" dia menjelaskan panjang lebar maksudnya selama ini. "iya mas Via paham makanya Via juga berusaha nyari dan Alhamdulillah sudah dapet" dia masih diam, sementara mba ku menatap kami dengan pandangan cemas. Dia paham bagaimana keras sifat suaminya. "jadi mau berangkat kapan Vi?" tanya nya setelah menarik nafas dalam "besok lusa mas"

"kenapa mendadak gini si Vi?" dia menahan suara agar tidak meninggi "ya bagaimana lagi mas jadwal interview Rabu pagi" lama dia terdiam "jadi kan mas ngga bisa ngasih apa apa ke via". "Mas! via ngga pernah ngarepin apa apa dari mas sama mba via sudah diterima disini pun via sudah terima kasih" aku menjawab dengan sedikit nada kesal. bagaimana bisa dia berpikiran demikian? aku pun tau kondisi mereka, untuk mengharap sepeser uang pun aku enggan meski uang yang ku punya kurang dari satu juta. "iya udah Vi berarti berangkat lusa ya? Mas lanjut kerja dulu" pamit nya dan menyalami ke3 anaknya.

"Bibi!!" si bungsu menghampiriku membuatku penasaran "kenapa alim?" dia masih terengah engah "besok aku aku, atta, sama Dede mau ke kolam sama nenek bibi Afi juga bi, bibi ikut ya?" aku setengah kaget "bibi mau dirumah aja Lim" aku mencoba menolak halus sudah pasti aku akan kembali merepotkan keluarga mba ku. "ngapain si dirumah Vi? harus ikut lah" sambung mba ku dari belakang. Huft aku kembali menarik nafas dalam dalam menatap mba ku "hmmm iya iya, via ngga janji ya" balasku dengan membuang pandangan "naik apa mba?" aku mencoba tetap baik baik saja "naik burung Garuda, iya naik ojol via" dia terkekeh, aku hanya memutar bola mata dengan malas. sudah pasti aku akan merepotkan lagi.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login