Menggunakan punggung tangan, Rio mengusap keringat yang sudah keluar sebesar biji jagung, di bagian pelipisnya. Ia terlihat kelelahan setelah selesai memasak makan malam untuk dirinya, dan ototmatis untuk juga Jamal.
Walapun selama memasak Rio lebih banyak mengomel, lantaran ia mengerjakan sendiri, tapi semua masakan sederhana itu berhasil ia selesaikan.
Untung saja Rio sudah terbiasa hidup mandiri. Ia sering memasak untuk adik-adiknya jika ibunya belum pulang dari pasar. Jadi, meskipun laki-laki, Rio tidak pernah gengsi untuk memasak atau menyiapkan makanan yang katanya itu adalah pekerjaan perempuan. Toh, koki-koki yang terkenal juga banyak yang berjenis kelamin laki-laki.
Rio mendengkus kesal, sambil melihat masakan yang sudah tertata rapih di atas meja makan. Ia mengumpat pada dirinya sendiri lantaran secara tidak langsung, ia sudah menyiapkan makan malam untuk Jamal.