Download App
33.33% Aran & Erick

Chapter 2: Pengenalan

Aran

Adalah pemuda manis dengan paras polos yang selalu memakai kacamata berframe tipis.

Sangat terampil dalam perkelahian. Walau demikian, dia selalu patuh terhadap kebudayaan dan tata krama di Jepang.

Selalu di jauhi semua orang, karena orang lain beranggapan, Aran adalah anak dari seorang Mafia atau bos geng motor atau semacam nya yang selalu terlibat dengan perkelahian. Padahal, keluarga Aran adalah seorang pedagang terkenal di negara lain. Karena jarang pulang ke Jepang, banyak yang tidak tahu. Meskipun terkenal di negara lain, mereka, yang menjauhi Aran tetap tidak percaya akan hal itu.

Erick

Keturunan dari keluarga Amerika dan Australia, namun pindah ke Jepang karena urusan perusahaan kedua orang tua nya.

Pemuda tinggi dengan rambut pirang kecoklatan, sangat tampan, dan sangat populer dikalangan para gadis muda.

Bagaimana tidak populer, sudah tampan, anak orang barat, dan tinggi. Gadis bodoh mana yang tidak akan jatuh hati padanya hanya dalam satu lirikan mata saja?

Namun, siapa sangka ya, pemuda populer seperti dia, ternyata sangat payah.

Pemalas, suka bolos, dan tidak rapi.

Payah dalam urusan perkelahian. Jujur saja, dia itu payah, lemah dan tak berguna seperti anak kucing kecil, bila bertemu dengan harimau.

Dia lebih memilih jalan aman. Kalau sudah bertemu orang yang sangat ingin memukul, dia merinding lalu berlari menghindari nya. Kalau udah terpojok ya, dia siap bonyok walau melawan pun tetap bonyok :v.

Padahal tampang nya hampir seperti preman yang selalu memukulinya. Gak banget.

Kalau banyak yang tahu dia sangat payah, yakin dan percaya saja, para gadis pasti ikut meremehkan sosok nya.

Jadi, pertahan kan image adalah yang utama bagi Erick sendiri.

Ini adalah kisah.

Mereka saling bertemu dan akhir nya menjadi sahabat yang tidak bisa di pisahkan.

Tapi jujur saja, mereka cuma sahabatan kok.

Awal mula mereka bertemu, tepat saat Aran ingin pulang kerumah dimalam hari setelah pergi berbelanja, melewati gang gelap dan hampir tak ada cahaya di sana.

"Kenapa jalan ini gak di kasih tiang lampu sih? Setidak nya, bisa lah, dirikan satu atau dua. Benar-benar masyarakat yang sangat malas."ditengah2 kekesalan nya menembus kegelapan, Aran melangkah, namun tiba-tiba saat di pertengahan jalan, langkah Aran terhenti.

Ada suara rintihan kesakitan di pojok sana. Pikir Aran, melangkah pelan-pelan mendekat ke arah sumber suara.

Senter di tangan nya, menyorot ke arah...

Seorang pemuda tinggi dengan luka lebam di wajah nya.

"H..hei... kenapa kau menyorot kan cahaya senter itu kearah ku? Silau tau."

"Ah.., ma..maafkan aku. Apa yang kau lakukan di gang gelap dengan wajah penuh lebam seperti itu?"Aran mendekati pemuda tersebut perlahan-lahan.

Badan pendek nya membungkuk, agar dia bisa melihat luka lebam nya dengan jelas.

"Ughh...sa..sakit--"rintih pemuda itu pelan saat tangan Aran menyentuh wajah nya. "Aku akan membawa mu pulang ke rumah ku."katanya, dan tanpa pikir panjang, Aran menarik tangan pemuda itu, keluar dari kegelapan yang mencekam. Apa dia sudah gila? Main narik tangan ku aja. Pikir si pemuda heran.

Sesampai nya di rumah, Aran mempersilahkan pemuda yang di bawa nya masuk dan duduk di ruang tamu.

Aran yang sudah cukup pintar dan mandiri itu di biarkan orang tua nya tinggal sendirian. Makanya, rumah itu selalu kosong ketika di tinggal pergi.

"Anggap aja rumah sendiri yak. Tunggu di sana, aku akan segera kembali."kata Aran.

Sementara Aran ke belakang mencari sesuatu, pemuda itu tak henti-henti nya melihat keseluruhan interior dalam rumah Aran. Mewah sekali. Apa dia tinggal sendirian di rumah yang luas ini? pikiran nya mulai kemana-mana. Rasa nyeri di sekitar wajah nya masih sangat terasa. Dan akhir nya dia memejam kan matanya sembari menunggu pemilik rumah datang dari belakang.

"Maaf menunggu lama, nyari kotak p3k nya susah banget sih,--eh?"Aran datang dengan membawa sebuah kotak obat. Namun dia sedikit kaget, mendapati sang korban tertidur di sofa panjang milik nya. "Yah, kok malah tidur sih? Yaudah lah, aku obatin aja selagi dia belom melek."

sedikit demi sedikit dia meneteskan cairan Alkohol diatas secuil tissue. dengan hati-hati Aran mengusap nya di luka pria tadi.

"ssssshhh...siapa sih?"mata pemuda itu terbelalak melihat wajah Aran yang sangat dekat. "Huaaaa!!!!"Aran berteriak kencang

"kenapa kau berteriak, dasar bodoh."

"kau sendiri, kenapa melotot seperti itu. hmph~"

"maafkan aku."Aran menggeleng pelan, meneruskan usapan nya tadi lalu kemudian menurup semua luka lebam itu dengan tissu dan direkat kan dengan plaster luka.

"kau siapa? kenapa kau mau repot-repot mengurusi luka ku."Tanya pemuda itu, Aran mengangkat kepala nya dan menjawab "kau bisa memanggil ku Aran. kalau kamu?"

Pemuda itu mengulurkan tangan ke arah Aran "Erick." Aran tersenyum kecil "senang bisa berkenalan dengan mu."jawab nya


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login