Pagi itu cuaca begitu tenang, bandara penuh dengan manusia-manusia yang berpergian dan berpulang. Aqsa mengantarkan Qila dan bunda qila ke bandara.
Pesawat qila akan berangkat pukul 8:30, Qila dan Aqsa duduk sambil menunggu bunda yang sedang memesan roti di sebuah tempat roti dekat bandara.
"Kita akan berpisah sementara" kata Qila sambil menatap Aqsa dengan senyum. Aqsa menatap senyum itu dalam-dalam, tak bisa ia pungkiri bahwa ia dan Qila akan berpisah dan tak tau berapa lama ia tak menatap alis yang indah dan bibir yang penuh dengan senyum itu. Aqsa menarik napas dalam-dalam sambil berkata
" Kau tau Qila, disini. Di bandara ini. tempat kesedihan dan kebahagiaan berada. Ada orang-orang yang menyesal akan sebuah pertemuan. karena pertemuan akan berujung perpisahan dan ada orang-orang yang bahagia karena pertemuan, sebab pertemuan bisa membalas semua rindu yang telah lama tak kunjung datang. "
"Kau sekarang di posisi orang-orang yang mana? Apakah orang-orang yang menyesal akan sebuah pertemuan, atau orang-orang yang bahagia akan adanya pertemuan"
Tanya Qila.
"Aku berada di posisi kedua nya, aku bahagia karena telah di pertemukan dengan mu dan aku kecewa karena kebahagiaan itu tak abadi." Aqsa berkata dalam hati, ia tak mampu mengatakan kepada qila langsung.
"Kau berada di posisi yang mana?" Qila memotong diamnya Aqsa.
"Aku tak tau" jawab Aqsa singkat dengan nada tawa.
Pesawat telah lepas landas, Aqsa merasa ada sesuatu yang hilang sekarang. Ia tak tah sekarang ia harus berbuat apa sesuatu yang berharga darinya kini telah hilang, entah sebentar atau lama.
Suara handphone Aqsa berbunyi memotong lamunan nya.
" Hallo, ini dengan siapa?"
" Woi nyet, ini aku. Kamu udah lupa?"
Mendengar kata itu (Nyet) Aqsa tiba-tiba bahagia. Ia tau siapa yang sedang menelepon nya.
" Astga Dani, kau kapan kesini. Aku kanggen banget sumpah"
" Hala, h*mo lu"
Aqsa tertawa terbahak bahak
" Besok gua akan balik ke ternate, dan gua mau lu yang jemput. Oke. "
" Siap brother"
— New chapter is coming soon — Write a review