Download App

Chapter 42: 42. Rumor Hamil

"Bunting apaan sih Mbak?! Jelas-jelas perut Asa rata gini." Arasha mengelus perutnya sendiri, menegaskan pada Mbak Dyah bahwa dirinya tidak hamil. Lagian, bagaimana mungkin dia bisa hamil jika dirinya saja tidak pernah berhubungan badan semenjak kali pertama dengan Arland.

Mau sekuat apapun Arasha berusaha meyakinkan Mbak Dyah bahwa dirinya tidak mengandung, Mbak Dyah tentu tidak percaya semudah itu. Tau Arasha sudah menikah saja dia mendadak keras kepala dan sok tau menebak suami Arasha adalah teman kantor. Teman, bukan bos. Jadi, sekarang dia tak kalah keras kepalanya dengan berpikir bahwa Arasha mengandung.

Gila memang.

"Udah deh… Mbak tau. Kamu gak usah tutup-tutupi gitu. Seminggu lebih kamu gak masuk karena trimester pertama 'kan? Mual, muntah, lemas?" Mbak Dyah menaik turunkan alisnya, menggoda Arasha yang hanya memasang wajah tak percaya.

"Trimester pertama? Gak sekalian terakhir aja Mbak?! Udah ah, Asa mau cari karedok dulu sebelum restonya tutup. Bye Mbak!" Arasha berjalan melewati Mbak Dyah, melambaikan tangannya.

Mbak Dyah turut melambaikan tangan. Meski hanya sesaat karena setelahnya dia langsung meraih ponsel dan mulai menyebar gosip.

Ah, Arasha lupa jika Mbak Dyah adalah biang gosip di kantor. Mirip-mirip dengan Raya. Bedanya, Raya suka mendengar gosip. Sedangkan Mbak Dyah tukang nyebar gosip.

Jemari lentik Mbak Dyah mulai mengetik sesuatu untuk dia kirim di grup para penggosip nya.

Apalagi jika bukan rumor bahwa Arasha tengah mengandung?

Dan tanpa Mbak Dyah ketahui, rumor tersebut turut terbaca oleh Arland Maurozeas Cashel. Pria yang mana menjadi suami Arasha.

Baru masuk ke dalam kamar hotel, Arland yang membaca berita seperti itu seketika tertawa terbahak-bahak. "See? Yang selingkuh di antara kita bukan cuman gue. Lo juga, Asa… belaga polos banget sampai niat ngaduin gue. Oke, ini bisa gue jadiin bukti bahwa Asa bukan cewek baik-baik. Dengan begini gue bisa lepas dari Asa dan tinggal balas dendam atas nama Dylan."

***

***

"Karedok sialan! Makan nih Arland!" Hidup dengan Arland membuat Arasha lama kelamaan menjadi aneh. Karedok yang tak bersalah saja bisa dia benci dan musuhi. Bahkan, Arasha sampai bertekad tidak akan memakan karedok lagi seumur hidupnya.

Persetan dengan salad with peanut sauce itu.

Dia masuk ke dalam kamar hotel Arland setelah mendapat kartu akses, kemudian meletakkan karedok itu di atas meja.

"Tepat waktu gue… awas aja kalau itu manusia bilang gue lelet atau lam—"

"Lama lo!" Arasha tercengang mendapati Arland tiba-tiba muncul bagai setan. Pria itu dari dalam kamar mandi.

Kemunculan Arland yang begitu mendadak dan mengejutkan membuat Arasha sampai terduduk lemas di atas lantai. Dia takut. Dia pikir yang berbicara adalah hantu sungguhan.

"Aku gak lama. 'Kan katanya tiga puluh menit. Ini masih dua puluh delapan menit." Arasha membela diri.

Arland duduk di sofa, melirik sebungkus karedok itu. "Lo minta tambahan taoge 'kan?" Tanya Arland.

Arasha menggeleng lugu. "Enggak. Kamu gak bilang buat minta tambahan tauge." Jawabnya membela diri. Lagipula Arasha tidak salah. Seingat dia, Arland tidak bilang jika Arasha di suruh meminta tambahan tauge pada penjualnya.

Tau karedok tersebut tak ada tambahan tauge nya, Arland tak lagi berselera makan. "Balik lagi ke penjualnya, minta tambahan tauge."

"Astagadragon, Arland… cuman tauge doang. Di situnya juga udah ada kok."

"Tetep aja yang gue butuhin adalah tambahan tauge nya! Lo gak tau sepenting apa tauge buat kualitas sperma gue?! Ntar malem gue mau crot banyak nih." Kesalnya frontal. Dia bahkan sampai mengusap miliknya sendiri tanpa ragu di depan Arasha.

Ekspresi Arasha saat ini sangatlah campur aduk. Antara marah, kesal, dan kaget. "Gaya banget crot banyak… ntar yang kamu tidurin hamil tau rasa." Dia mendengus.

Mendengar itu, Arland justru tertawa. "Justru itu tujuan gue. Menghamili perempuan." Arland sengaja memancing topik ini dengan harapan Arasha bisa keceplosan. Barangkali dia tiba-tiba berubah ekspresi, atau yang lainnya. Karena sungguh, Arland harus membuktikan terlebih dahulu bahwa rumor ini bukan sembarang rumor. Bahkan, kalau perlu Arland akan membawa Arasha ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan.

Arasha berdecak. Kepalanya saat ini sudah panas semerbak. Apalagi dia baru saja keluar siang bolong hanya untuk mencari karedok semata. Jangan tanya sepanas apa kepalanya saat ini. Alhasil, Arasha memilih duduk agar tidak meledak.

Melihat Arasha duduk, Arland memicing kesal. "Heh! Cariin gue tauge bukannya malah duduk di sofa. Pake nyender segala pula." Protesnya, sedikit menyenggol kaki Arasha yang sudah naik ke sofa.

Arasha yang tidak merespon membuat Arland semakin emosi saja. "Sa?! Tauge!"

"Sumpah ya! Lo tanpa tauge juga bakal jadi, Arland. Bibit lo unggul, aman! Sekali keluar langsung jadi bayi!" Arasha berteriak, memijat kepalanya sendiri.

Mendengar ucapan Arasha yang sangat percaya diri, Arland curiga padanya. "Gaya banget ngomong gitu. Emangnya lo pernah tidur sama gue, berhubungan dan langsung hamil?!"

"Pernah— Fuck!"


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C42
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login