Download App

Chapter 6: Aku tidak akan mati

Zelyn yang belum sempat untuk menenangkan rasa shocknya, harus menerima kenyataan bahwa 3 orang wanita yang ada di dekatnya itu menyalahkannya.

"Zelyn, cepat minta maaf pada Axel! Bagaimana mungkin kamu bisa bersikap tidak sopan pada klien penting perusahaan." Emy mencoba menyadarkan calon menantunya agar segera memperbaiki kesalahannya.

"Iya, Zelyn, cepat kejar Axel si bocah nakal itu. Kalau dia putraku, sudah aku jitak kepalanya. Akan tetapi, dia merupakan aset berharga di perusahaan kami. Jadi, kamu harus menghilangkan egomu dan berusaha untuk meminta maaf. Ayo, cepat pergilah!" Laila mengibaskan tangannya untuk membuat Zelyn segera mengejar Axel yang baru saja pergi.

Zelyn yang merasa stres karena disalahkan, tetapi sama sekali tidak bisa membela diri, membuat ia terpaksa menuruti perintah dari dua wanita paling penting itu dan berjalan cepat untuk mengejar pria yang sangat membuatnya merasa ilfil.

Dengan mengangkat gaun pengantin itu sedikit ke atas dengan dua tangannya, ia berlari cepat keluar. Tentu saja ia saat ini tidak memakai alas kaki saat berjalan keluar butik. Karena saat ini yang ia pikirkan hanyalah mengejar pria yang akan menghancurkan karir dan masa depannya.

"Sial, pria bernama Axel itu benar-benar ingin aku lempar ke laut biar menjadi tumbal Nyi Roro Kidul atau Nyi Blorong. Sungguh benar-benar merepotkan. Memangnya dia siapa? Astaga, bahkan aku sekarang terlihat seperti seorang pengantin yang melarikan diri dari acara pernikahannya."

Zelyn menunduk menatap ke arah gaun pengantin yang dikenakannya setelah berada di luar butik dan menjadi tontonan orang-orang. Tanpa memperdulikan tatapan penuh pertanyaan dari beberapa orang yang melintas, ia sudah mengedarkan pandangannya ke segala arah untuk mencari sosok yang tengah dicarinya.

"Kemana dia? Kenapa cepat sekali ia menghilang. Seperti hantu saja." Zelyn menatap ke arah area parkir. "Mobil, mungkin si berengsek itu sekarang ada di dalam mobil. Astaga, aku sudah benar-benar gila!" rengut Zelyn yang berlari kecil dengan kaki telanjangnya. Bahkan ia beberapa kali meringis kesakitan saat kakinya terkena kerikil-kerikil yang membuatnya merasa nyeri.

Zelyn berjalan dengan tangan yang masih terus mengangkat gaun pengantinnya dan melihat satu persatu mobil yang terparkir di tempatnya. Namun, hingga beberapa mobil yang terlihat olehnya, ia sama sekali tidak menemukan tanda-tanda sosok pria yang dicarinya. Hingga suara bariton dari seorang pria, membuatnya refleks menoleh.

"Mbak, ditinggalkan pengantin pria, ya?" ucap pria yang menjadi tukang parkir.

Zelyn hanya tersenyum kecut mendengar ejekan dari pria yang baru saja mengejeknya tersebut. "Mas, lihat pria dengan postur tinggi tegap yang memakai kemeja berwarna putih dan celana hitam, nggak?"

"Nah, benar kan dugaan saya. Mbak ditinggalkan calon suaminya."

"Astaga, aku tanya apa malah jawabnya apa. Ya sudah, terima kasih. Biar saya cari sendiri saja." Zelyn yang semakin merasa kesal, berbalik badan dan berniat mencari keberadaan dari Axel. Namun, suara dari tukang parkir, lagi-lagi membuatnya berhenti.

"Mbak, calon suaminya masih terlihat sangat tampan meskipun marah. Aku saja sebagai seorang pria terpesona saat melihatnya ketika berjalan dengan wajah yang dipenuhi kilatan amarah."

Zelyn menaikkan kedua alisnya dan mencoba untuk menelaah perkataan dari tukang parkir tersebut. "Jadi, Mas melihatnya? Kenapa tidak bilang dari tadi?"

"Tuh benar kan kalau Mbak ditinggalkan calon suaminya. Kenapa nggak ngaku saja tadi, jadi bisa saya beritahu calon pengantin prianya ada di mana," ucap pria yang tak lain adalah tukang parkir.

Karena tidak ingin menjelaskan panjang lebar, akhirnya Zelyn mengiyakan perkataan dari pria berseragam di depannya. Karena baginya, tidak ada yang tahu calon pengantin pria sebenarnya. Kini, ia memilih tidak berurusan terlalu lama dengan pria asing.

"Iya, Mas. Sekarang di mana calon suami saya?"

"Itu, Mbak. Dia tadi habis merokok di dekat mobil Pajero sport berwarna putih itu, kemudian ia langsung masuk ke dalam mobil setelah rokoknya habis." Tunjuk pria yang bekerja sebagai tukang parkir di area pertokoan itu.

Zelyn mengikuti arah telunjuk dari pria yang berada di depannya dan buru-buru pergi untuk menghampiri pria yang menjadi penyebab masalahnya. "Terima kasih, Mas."

"Iya, Mbak. Semangat merayu calon pengantin pria!"

Tentu saja Zelyn lagi-lagi hanya bisa tersenyum kecut saat mendengar suara teriakan dari pria yang sama sekali tidak diketahui namanya itu.

"Astaga, siapa juga yang mau merayu. Mendengarnya saja aku merasa mual, tetapi bukankah aku ke sini memang untuk merayu si berengsek itu agar tidak membatalkan rencana pembangunan hotel? Aah ... bodo amatlah!"

Dengan merengut dan merutuki nasibnya, Zelyn berjalan ke arah mobil yang ditunjuk oleh tukang parkir dengan kembali sesekali meringis kesakitan saat merasakan nyeri di kakinya.

Sementara itu, Axel yang bisa melihat sosok wanita yang memakai gaun pengantin panjang menjuntai berwarna putih itu, tersenyum smirk dan hanya mengamati dari jauh.

"Zelyn, namanya manis juga. Akan tetapi, sayang sekali tidak semanis sikapnya. Kita lihat saja, apa yang akan dilakukannya untuk memohon padaku."

Axel berpura-pura untuk tidak melihat Zelyn yang semakin mendekat karena ia kini telah mengeluarkan sebuah senapan yang disimpan di dalam tasnya. Terlihat ia mulai membersihkan pistol kesayangannya itu dengan kain kecil yang selalu dibawanya.

"Apakah aku perlu menakutinya dengan menggunakanmu, Sayang?"

Zelyn baru saja tiba di dekat mobil mewah yang diketahuinya ada Axel di dalamnya, langsung melepaskan tangannya yang tadi terus mengangkat gaun pengantinnya. Karena ia sudah mengarahkan tangannya pada kaca mobil dan mengetuk-ngetuknya.

"Tuan Axel ... tolong buka pintu mobilnya. Saya mau berbicara dengan Anda untuk membicarakan tentang masalah hotel." Awalnya Zelyn hanya mengetuk kaca di depannya, tetapi karena ia ingin memastikan bahwa pria yang dicarinya itu ada di dalam, membuatnya semakin mendekat dan mengarahkan kedua matanya pada kaca berwarna hitam itu.

Namun, jantungnya berdetak sangat kencang begitu melihat pria yang dicarinya sudah mengarahkan pistol ke arahnya. Bahkan kini ia sudah memegangi jantungnya yang sudah empat kali lebih cepat saat berdetak.

'Astaga, pria ini benar-benar sudah tidak waras. Apa dia mau membunuhku karena hal sepele ini dengan menembak kepalaku di depan umum? Axel ... dia adalah pria gila,' gumam Zelyn yang bisa menangkap suara mobil yang dibuka dari dalam.

Tentu saja ia daritadi sangat berharap pintu mobil itu terbuka karena ingin berbicara dengan Axel. Namun, begitu melihat ada pistol di tangan pria dengan pahatan sempurna itu, membuat nyalinya seketika menciut. Saat ia merasa sangat kebingungan untuk mengambil keputusan, suara bariton dari Axel tertangkap indera pendengarannya.

"Masuklah, Zelyn manis!" sarkas Axel dengan tersenyum smirk. "Atau tidak sama sekali!"

Tubuh Zelyn seketika meremang begitu mendengar suara bariton dari pria yang saat ini tengah menatapnya dengan tatapan membunuh, serta masih memegang pistol di tangan kanan.

'Sial, tatapan setajam itu berhasil mengulitiku hidup-hidup. Aku tidak akan mati, tenanglah, Zelyn,' lirih Zelyn yang memantapkan hatinya saat masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelah Axel.

TBC ...


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C6
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login