Download App
47.9% Titip Rindu

Chapter 80: Eps.41

*****

Yesaya dan teman-teman nya sudah berada di basecamp, dari tadi Yesaya terus mengotak atik ponselnya mencoba menghubungi Shea Namun tak ada jawaban

Aarrrrhhhhhgggggg!!!!!

Yesaya membanting ponsel nya kelantai, sontak membuat teman-teman nya terkejut

" Lo kenapa sih? " tanya Daniel yang menghampiri

" dari tadi, gue coba ngehubungin Shea tapi nggak di angkat " Yesaya terlihat sangat kesal

" kalian berantem? " kini Vino yang bertanya

" masak sih berantem kan kemarin kalian baik-baik aja " sambung Samudera

" hayo loh.... Lo apain anak orang " ejek Ragil yang langsung mendapat lemparan bantal sofa dari Daniel

" Shea nggak masuk hari ini, dan saat gue coba ngehubungin ponsel nya dia nggak di angkat sama sekali " ucap Yesaya

" tadi juga gue udah coba datang kerumah nya, tapi pintu gerbang nya di gembok dan rumah nya sepi banget " sambung nya lagi

" kenapa Lo nggak tanya sama Ajeng " saran Nabila

" nah itu dia masalah nya, Ajeng juga nggak masuk, tadi gue juga udah kekelas nya " ucap Janet dengan membawa minuman kaleng

" kok bisa bareng gitu ya " Cheryl menopang dagu dengan kedua tangannya

" kita liat aja besok, mudah-mudahan Shea udah masuk " bujuk Daniel yang mencoba menenangkan sahabat nya yang dinilai sudah sangat bucin itu.

Seperti yang sudah di sarankan oleh Daniel kemarin, pagi ini Yesaya dan teman-teman nya yang lain termasuk Janet sedang menunggu seseorang di parkiran, sampai sebuah mobil jazz milik Shea berhenti di depan gerbang

" nah tu mobil Shea..... " ucap Ragil

mobil tersebut meninggal area sekolah setelah Ajeng turun sendirian tanpa Shea

" kok Ajeng sendirian, Shea nya mana? " Yesaya sudah menghampiri Ajeng diiringi oleh yang lainnya

" em....anu... itu shea- " Ajeng menjadi gugup

" Lo kenapa sih, jadi gagap gitu... ana anu itu... ngomong yang jelas " pinta Vino

" iya, Shea mana? kok Lo dateng sendiri? " sambung Janet

" Shea pergi sama orang tuanya, ha iya dia pergi sama orang tuanya " jawab Ajeng dengan cepat

" pergi...???? " ucap Yesaya serentak dengan teman-teman nya

" iya dia pergi "

" pergi kemana? " Yesaya mulai tak sabar

" aku kurang tau mereka pergi kemana, karena aku kan cuma pembantunya yang memiliki batasan untuk bergaul sama Shea dan aku juga nggak bisa ikut campur masalah majikan... maaf semuanya aku duluan ya.... " ucap Ajeng dengan terbata-bata lalu berjalan meninggalkan mereka semua

" maafin aku kak, aku nggak bermaksud bohong tapi Shea sendiri yang minta supaya aku nggak ngasih tau kalian yang sebenarnya, terutama kak Yesaya " batin Ajeng yang merasa bersalah pada Yesaya dan teman-teman nya

Yesaya sudah berada di kantin sendirian, karena sudah hampir satu bulan Shea tidak masuk sekolah dan tidak memberikan kabar pada dirinya

" Shea masih belom bisa di hubungi? " tanya Daniel yang menghampiri nya lalu duduk berseberangan dengan Yesaya

" nggak, bahkan ponsel nya juga nggak aktif " pandangan Yesaya lurus pada gelang di pergelangan tangan kirinya

" Lo udah coba tanya Ajeng lagi? "

" udah, dia juga nggak tau kapan Shea pulang... gue ngerasa kayak ada yang di sembunyiin Shea dari gue deh " Yesaya mengusap wajahnya dengan kasar

" gue nggak tau salah gue apa " Yesaya menghela nafas berat, sedang kan Daniel hanya diam melihat sahabatnya yang sudah frustasi.

Yesaya sudah berjalan di koridor kelas bersama Daniel, mereka melihat wanita dewasa yang baru saja keluar dari ruangan kepala sekolah

" eh itu bukan nya nyokap tiri Shea ya? " ucap Daniel

Yah, Daniel dan Yesaya memang sempat hadir di pernikahan Brian dan Shalu tempo hari karena orang tua mereka juga merupakan tamu undangan di acara itu sekaligus rekan bisnis Brian Alexander

" bener banget, samperin yuk... sekalian kita tanya soal Shea " Yesaya berlari menghampiri Shalu yang sudah hampir sampai di parkiran

" selamat siang Tante.... " sapa mereka berdua dengan sopan, dan di balas anggukan oleh Shalu

" Tante, mama tiri nya Shea kan? " tanya Yesaya membuat Shalu tersenyum canggung tapi bukan karena ucapan Yesaya barusan tapi Shalu tau kemana arah pertanyaan Yesaya nanti nya

" kita mau tanya soal Shea Tante, karena udah satu bulan ini Shea nggak masuk.... kira-kira kenapa ya Tante? " tanya Yesaya lagi

DEG!!!!!

Sudah Shalu duga, Yesaya pasti akan bertanya seperti ini dan dirinya sendiri bingung harus menjawab apa karena Shea juga sudah meminta padanya agar tidak mengatakan apapun pada teman-temannya jika ada yang bertanya keberadaan dirinya

" maaf, saya buru-buru " Shalu tak menghiraukan Yesaya dan Daniel yang masih mematung, Shalu langsung masuk kedalam mobilnya lalu meninggalkan area sekolah.

" sebenarnya Shea kenapa sih " Yesaya semakin kesal.

" sabar..... " Daniel menepuk pundak Yesaya

" gue ngerasa aneh aja.... perasaan gue nggak ngelakuin apa-apa tapi kenapa kayak nya dia menghindar dari gue..... jelas-jelas waktu itu kita baik-baik aja " Yesaya menghela nafas berat " seharusnya di ngabarin gue supaya gue nggak hawatir " sambung nya lagi

******

Shalu sudah tiba di rumah sakit dan sekarang sudah berada di ruang VVIP tempat Shea dirawat intensif. Shea masih terguling lemah di atas ranjang pandangan nya lurus keluar jendela memikirkan nasibnya di kemudian hari

" hai... " Shalu mengecup puncak kepala Shea dengan penuh kasih sayang

" kamu sudah makan? "

" aku nggak nafsu makan Tante, rasanya hambar lagian setiap yang aku makan pasti ujung-ujungnya keluar lagi " pandangan Shea tetap lurus keluar jendela

" Shea..... kamu harus tetap makan, supaya kamu punya tenaga untuk melanjutkan kemoterapi tahap kedua " bujuk Shalu

" apa setelah kemoterapi aku bisa sembuh? " Shea mengalihkan pandangannya pada Shalu.

" jika kamu memiliki keyakinan dan kemauan untuk sembuh maka nggak ada yang nggak mungkin sayang " Shalu mengusap lembut wajah Shea yang sudah pucat pasi, bahkan tubuh Shea sudah terlihat sangat kurus karena nafsu makannya yang juga ikut berkurang

Shea memegangi perutnya merasakan mual dan ingin muntah karena efek dari kemoterapi

Uwekkkkk Uwekkkkk!!!!!

Shea memuntahkan cairan kuning yang begitu menyengat, namun dengan sigap bahkan tak merasa jijik sekalipun Shalu membersihkan bekas muntahan Shea

" maafin aku ya Tante, udah ngerepotin Tante.... " lirih Shea bahkan matanya sudah berkaca-kaca, setelah Shalu keluar dari WC untuk membuang bekas muntahan Shea

" nggak apa-apa sayang, Tante ikhlas melakukan semua ini... karena Tante menyayangi kamu tulus dari lubuk hati " Shalu menyeka air matanya yang hendak jatuh.

Seseorang memperhatikan mereka berdua di balik pintu, ikut merasakan sakit dan sedih yang diderita oleh Shea namun selalu menyembunyikan semua rasa dihadapan Shea.

" apa Tante ketemu Yesaya di sekolah? " Shea meraba kalung pemberian Yesaya yang masih melilit di leher nya

" iya... dia menanyakan kamu "

" tapi Tante nggak ngomong apa-apa kan sama dia? " raut wajah Shea nampak cemas

" Tante nggak ngomong apa-apa, tapi menurut Tante sebaiknya kamu menghubungi dia.... "

" aku nggak mau buat dia sedih Tante, dan aku nggak mau buat di hawatir tentang sakit aku "

" apa menurut kamu, dengan yang kamu lakukan sekarang itu tidak membuat nya sedih dan hawatir.... justru yang kamu lakukan saat ini itu lebih menyakiti perasaan nya " bujuk Shalu dengan lembut, membuat Shea terdiam

" wah... wah... wah... sepertinya ada pembicaraan serius nih " Brian masuk kedalam ruangan dan Langsung menghampiri putri kesayangannya

" bagaimana keadaan kamu sayang? "

" seperti yang papi liat " wajah Shea terlihat sangat sayup

" tadi Shea mual dan muntah lagi mas " sambung Shalu

" itu efek dari kemoterapi, tapi papi yakin princess kesayangan papi pasti kuat " Brian mencium punggung tangan Shea

" kamu sudah makan siang mas? " Shalu dan Brian duduk di sofa dalam ruang rawat Shea

" belum, aku masih mau menemui dokter Abimana di ruangannya "

" apa aku boleh keluar? aku pengen duduk di taman " tatapan Shea lurus kearah jendela

" kamu masih terlalu lemah sayang " Shea mengalihkan pandangannya kepada Brian

" please..... " sorot mata Shea terlihat sangat memohon

" papi minta izin dulu sama dokter Abimana " ujar Brian kemudian langsung keluar menuju ruangan Dokter Muda itu.

Beberapa saat kemudian, dokter Abimana dan Brian pun kembali keruangan Shea, dan sudah membawa kursi roda

" katanya, ada yang mau ketaman nih " ujar Dokter Abimana dengan senyum yang begitu manis di wajahnya yang begitu tampan

" boleh kan dok? " tanya Shea

" tentu saja, asal ada satu syarat " membuat Brian dan Shalu tersenyum, karena tau maksud dari dokter muda yang tampan itu

" syarat? syarat apa? "

" kamu harus menghabiskan makan siang ini dulu " dokter Abimana menunjuk piring berisikan bubur yang masih utuh.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C80
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login