Download App

Chapter 2: Chapter 2 : Meet New Students

"Anda sudah bertemu dengan calon murid baru Academy, Dekan?"

Ujar An Quan atau gadis yang sering disebut sebagai Nona Peramal.

Ia sekarang berada di toko Perangkat Jiwa milik Seorang pria licik berkacamata didepannya.

Terlihat pria berkacamata tersebut masih terdiam sambil terlihat memikirkan sesuatu.

Seperti peristiwa masa lalu, mungkin?

Tak lama setelah itu pria tersebut mengeluarkan senyum yang terlihat sedikit sendu sambil memutar kursinya dan memandangnya dengan senyum tipis.

"Sebentar lagi Monster² kecil Sherk akan bertambah"

Ujarnya sambil menatap atap langit toko yang terlihat sudah agak berdebu.

"Setelah ini anda harus membersihkan semua debu yang berada disini"

Lanjut Dekan dengan memandang An Quan yang berada di depannya terdiam membeku dengan memeluk buku tebal di kedua tangannya.

Manik hitam berlian tersebut menjadi lebih kosong seperti mata yang buta. Raut wajahnya di balik masker abu-abu terlihat sangat tenang seperti air yang tak bergejolak.

Seolah sudah terbiasa dianggap seperti ini. An Quan memandang kursi Dekan yang pergi meninggalkannya dengan membawa sekantung koin emas yang ia dapatkan dari berjualan perangkat jiwa yang lemah.

Flashback On

"Lihat ini, kau tak akan bisa berguna bagi kami. Kau itu hanya beban bagi kami!!"

Ujar wanita berambut Coklat muda pendek dengan menunjuk tubuh An Quan yang tergeletak penuh dengan darah disekujur tubuhnya.

Wanita berambut coklat pendek dengan gaun yang minim memperlihatkan bagian² tak senonoh dengan sepatu boot tanpa celana.

Disamping wanita itu terlihat seorang gadis berambut hitam kecoklatan yang lengannya penuh dengan luka dipeluk oleh seorang pemuda bersurai biru ungu gelap yang melihatnya.

Gadis dengan lengan yang terluka memasang wajah seolah tak berdaya dan kesakitan di wajahnya yang terlihat pucat.

Pakaian dengan bahan sutra kualitas terbaik yang membungkus tubuhnya kini telah koyak digantikan dengan Jaket milik pemuda yang memeluknya.

Pemuda yang memeluknya memiliki manik biru langit cerah dengan surai biru ungu gelap. Ia memakai pakaian dengan bahan yang baik. Dengan mata memandangnya melihat sampah terburuk.

"Kau melalaikan tugasmu melindunginya hanya untuk anak kecil tak berguna, huh?"

Saat itu, ia membeku karena mendengar suara intimidasi serta aura pembunuh yang kuat menyelimuti tubuh kurusnya yang tersembunyi di dalam jubah hitam yang terkoyak dengan sungai darah yang terus mengalir dari tubuh kecilnya.

Flashback Off

An Quan sedikit menggelengkan kepalanya dan memijat pelipis kepala dengan pelan. Mencoba untuk melupakan bayangan ingatan masa lalu yang tak berguna di kepalanya.

'Lebih baik aku mengerjakan apa yang Dekan suruh' pikirnya sambil meletakkan buku tebal pada portal kecil yang mengambang disampingnya.

Ia mulai membersihkan seluruh bagian dalam toko dengan cermat menggunakan sapu tangan dan beberapa sedikit bantuan elemen angin kecil untuk membersihkan debu keluar.

Setelah merasa sudah cukup dibersihkan, An Quan beranjak pergi dari toko tersebut. Keheningan absolut melanda toko yang tak lama kemudian terlihat seorang pria berjubah hitam memasuki toko tersebut sebentar sebelum pergi keluar menghilang bagaikan angin dari kerumunan masyarakat yang beraktifitas.

Tak ada yang menyadarinya, kini 'pintu' yang selama ini terbuka lebar akan tertutup selamanya jika takdir terus berjalan seperti ini.

Kini An Quan sudah kembali ke kamar asrama perempuan Academy Sherk. Di kamarnya hanya terdapat satu buah kasur, satu lemari kecil dan sebuah meja di dekat kasur.

Kamar yang hanya cukup di huni oleh satu orang. Anehnya tidak ada debu kotor seperti kamar asrama lain. Untuk info kamar milik An Quan berada di antara Asrama Laki² dan perempuan.

An Quan duduk di ujung kasur dan mulai memahat sesuatu dengan batu² yang ia kumpulkan.

Krieett...

Squeekk....

Terdengar suara yang membuat An Quan menghentikan aktivitas nya dan menoleh ke arah pintu yang dibuka oleh makhluk kecil bercakar panjang yang imut.

Kelereng abu² tersebut menatapnya dengan gembira dengan salah satu tangannya yang memegang sekarung buah apel, ia mendatangi An Quan dengan antusias.

An Quan membiarkannya duduk dipundaknya dan Xiao Bei yang meletakkan kantung berisi apel ke meja dekat kasur An Quan.

Squeekk....

Squeekk..

Ia mengoceh dengan bahasa yang mungkin tidak akan dimengerti oleh manusia. Tapi, An Quan mengerti apa yang dibicarakan oleh teman kecil itu kepadanya.

"Jadi, kau tak terima kalau gagak itu mencuri salah satu buah apel milikmu Xiao Bei?"

Ujarnya dengan tersenyum tipis di balik masker yang ia kenakan. Menurutnya mungkin hanya Xiao Bei yang saat ini bisa menaikkan moodnya, karena Xiao Bei sudah ia rawat Xiao Bei masih bayi.

[Iya, gagak itu sangat sombong. Huh, lihat saja jika bertemu lagi. Aku akan memberikannya pelajaran]

Ocehnya dengan berapi-api. Dari penglihatan luar Xiao Bei terlihat seperti bersemangat. Namun, berbalik dari penglihatan An Quan.

Ia hanya melihat seorang adik laki-laki yang mengadu pada kakak perempuannya kalau ia sudah ditindas.

Ia mengelus-elus kepala mungil Xiao Bei beserta kedua telinganya yang hampir menyerupai kelinci untuk membuatnya tenang.

Xiao Bei yang menerima elusan tersebut menggeram senang, karena sudah lama ia tak menerima elusan dari gadis yang sudah ia anggap sebagai kakaknya.

Tak lama kemudian An Quan berdiri dari tempat tidurnya dan berjalan keluar ke arah area Tes Keempat. Bersama Xiao Bei yang bersembunyi di balik jubah hitam miliknya.

Sesampainya disana ia melihat Senior Ao yang memprotes Senior Dai Mu Bai yang membawa pemuda yang tak asing di penglihatannya.

Dan ia melihat area Tes Keempat yang dipenuhi oleh Senjata tersembunyi yang beracun, ia mengambil panah kecil di dekatnya dan memasukkannya ke dalam saku di jubahnya.

Ia melihat sekeliling dan menemukan 3 orang gadis yang salah satunya pingsan. Ia mengenali gadis berambut kepang yang nampak seperti kalajengking.

Satu gadis yang menggendong gadis kelinci itu memiliki wajah yang sangat dingin dengan manik hitam legam dan surai hitam sebahu miliknya, membuatnya terlihat anggun dengan pakaian hitam yang agak ketat membungkus tubuhnya yang sangat proposional dengan kaos kaki hitam yang mencapai paha dan sepatu boot hitam.

Gadis di sebelahnya memiliki wajah yang agak ramah dengan senyum lega terpatri. Rambut hitam kelabu miliknya terurai dengan bando berwarna hijau zamrud yang cocok. Ia memakai gaun hijau zamrud lembut yang terlihat seperti bangsawan. Ia memakai sepatu berwarna hijau muda. Kulitnya yang terlihat sangat lembut dan terawat memberikan kesan Nona Muda Yang Rendah Hati.

Tapi, An Quan yakin kalau gadis itu tak sebaik dan seramah yang diperlihatkan. Ia tahu dari sorot matanya yang terlihat seperti menyombongkan dirinya sendiri.

Mungkin di pandangan orang lain gadis itu terlihat lega melihat temannya baik-baik saja. Akan tetapi tidak bagi An Quan yang bisa melihatnya.

"Penjaga kecil"

Suara bariton yang dingin nan serak terdengar menusuk telinganya memanggilnya.

Membuat semua orang mengalihkan perhatian mereka ke arah tatapan Zhao Wu Ki yang menatap seorang anak gadis serba gaun jubah hitam yang menutup mata kirinya dengan poni rambut dan masker yang menutupi sampai kehidungnya.

Ia juga memakai sarung tangan ketat berwarna kelabu yang menunjukkan betapa kurusnya anak tersebut, serta kulit tangannya yang tertutupi perban memperlihatkan kulit putih pucat yang nampak seperti mayat.

An Quan mengetahui siapa yang memanggilnya seperti itu. Zhao Wu Ki, Wakil Dekan Academy Sherk.

"Baik"

Ia membalasnya dengan suara yang datar dan tak begitu lirih tapi semua orang mendengarnya. Mulai berjalan ke arah Wakil Dekan yang berdiri sambil memegang bahu kanannya.

"Cepat kembalikan area seperti semula" ujarnya dengan sedikit tersenyum karena dirinya tak perlu bersusah payah untuk membersihkan area penuh dengan racun dari Landak kecil itu.

An Quan mulai menunjukkan Wuhun miliknya yang adalah buku hitam dengan aura dingin dan membuat orang membeku saat melihatnya.

Buku hitam yang memiliki simbol Zodiak yang mengelilinginya dengan lambang Bunga Teratai dan Mawar di tengahnya.

"Healing Area : Return"

Satu kalimat yang diucapkan oleh An Quan dan semua orang melihat keajaiban yang mungkin mustahil untuk dilihat sekali lagi.

Rumput² yang mereka pijak mulai bersinar kehijauan terang dengan senjata tersembunyi dan cairan racun mulai menghilang seperti debu dan terbawa oleh angin.

Tenaga para siswa baru yang awalnya sudah hampir habis kini seolah terisi ulang.

Luka dan bekas racun yang tersisa dari Zhao Wu Ki menghilang dan saat beberapa saat kemudian cahaya kehijauan tersebut menghilang secara perlahan.

Mereka seolah menatap Dewi penyembuh dan keberkatan berada di sana.

An Quan yang melihat itu langsung kembali ke area asrama tanpa memperdulikan apapun lagi, namun ia memberhentikan langkahnya sesaat.

"Wakil Dekan Guru Zhao, jangan lupakan Saya Dibebaskan Dari Biaya Academy. Dan Anda Harus Membayar Saya"

Ucapnya dengan pelan namun semua orang mendengar suara datar nan dingin darinya.

Ia kembali melanjutkan langkah kakinya ke Asrama miliknya yang penuh dengan keheningan.

Sesampainya di kamar, ia berhenti sesaat menatap kedua tangannya yang dibungkus oleh sarung tangan abu-abu.

'Aku naik satu tingkat lagi, ya?' pikirnya dengan bersandar pada pintu yang sudah tertutup rapat.

Ia terduduk dengan memeluk kedua kakinya. Rambut kelabu miliknya dibiarkan menyentuh lantai kamar.

Ia mengangkat poni yang menutupi bagian kiri wajahnya yang sudah tertutupi oleh masker dan melihat ke cermin kecil di dinding.

Pantulan sepasang manik Berlian Zamrud cerah menatap tajam dengan pupil kucing yang menghiasinya. Wajah yang setengahnya tertutup oleh masker.

'Apakah aku memang berguna?' ia menurunkan poni miliknya untuk menutupi wajah bagian kiri sekali lagi.

Matanya menatap sendu jendela yang terbuka dan memperlihatkan keakraban Senior dan Siswa/i baru.

'Apakah aku memang tidak pantas mendapat kebahagiaan?' batinnya dengan manik hitam kelabu yang terlihat kosong.

Squeekk....

Suara cicitan keluar dari jubahnya, sepasang manik abu-abu yang terlihat memelas keluar dari jubahnya.

Gerakan Xiao Bei yang keluar dari jubah An Quan dengan cakar yang sudah mengecil ia memeluk leher An Quan dan sedikit mengusapkan telinga panjang miliknya ke pipi An Quan.

Hal tersebut membuat An Quan menjadi sedikit geli dan merasa gemas dengan kelakuan Adik lelakinya Satu ini.

'Asalkan Xiao Bei masih bersamaku mungkin tidak apa apa' batinnya sambil mengusap pelan kepala belakang Xiao Bei.

Ia tersenyum kecil dengan segala ketulusan yang ia punya di balik masker miliknya.

'Aku masih harus lebih kuat' pikirnya dengan tenang dan perlahan ia tertidur dengan posisi terduduk di kasur dengan kepala yang tersandar di jendela

Tak lama kemudian terlihat siluet berjubah hitam mengangkatnya dan meletakkannya di kasur.

"Kau berhak atas semua itu" gumam siluet jubah hitam tersebut yang langsung menghilang meninggalkan keheningan yang melanda kamar Asrama An Quan.

Krieett...

Pintu asrama sedikit terbuka memperlihatkan pria paruh baya berkaca mata yang dipanggil Dekan menatap kamar sekeliling Ruangan yang menjadi murid pengganti Academy Sherk.

Ia melihat An Quan sudah tertidur dengan tenang beserta selimut tipis yang menyelimuti tubuhnya.

Ia menampilkan senyum sedikit tak berdaya sebelum menutup kembali pintu Kamar tersebut dan pergi ke arah Tempat Kantor miliknya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Bersambung~

••••••••••••••••••••••••••••••••••


Load failed, please RETRY

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login