Download App
3.27% Jiwa Tiruan

Chapter 2: Sniper & AI yang Belajar dari Pengalaman

DAR!

DAR!

Sosok pemuda itu menembak pria lain yang mencoba melawan nya. "Jika saja kamu tidak menyerang, mungkin aku tak perlu melakukan ini, tenang saja, luka itu hanya luka ringan bukan?" Dia adalah Akiyama, seorang penembak jitu atau Sniper yang sedang bertugas memantau keadaan sekitar. Namun ketika dia memantau, tanpa sepengetahuan nya seorang pria mencoba menyerangnya sehingga dengan terpaksa Akiyama menembak betis dari pria itu.

"Teroris juga ya, hah sudah ku duga." Akiyama hanya bertugas untuk menembak jika di bawah ada sesuatu yang diluar dugaan sehingga dia harus membuat 1 peluru bersarang di kepala target. "Kapten, 1 teroris menyerang ku dan berhasil dilumpuhkan." Lapornya dengan menggunakan walkytalky yang sering dibawa oleh nya. "Untuk sekarang kau diam dulu, setelah aku memastikan semuanya aman, aku akan segera menghubungi atasan untuk mengamankanmu." Akiyama mengikat pria yang sedaritadi merintih kesakitan karena darah terus mengalir dari betisnya yang berlubang. "Master, biar Haru obati dia, Master lanjutkan misi nya."

"Terimakasih, Kamu benar benar meringankan tugasku." Sudah 1 minggu berlalu, sejak diciptakan nya Haru. Haru selalu memaksa untuk ikut karena dia ingin mengetahui bagaimana rasanya turun ke medan pertempuran yang sesungguhnya. Ternyata memang, peperangan melawan teroris dalam dunia nyata benar benar berbeda, itu lah yang ada dalam pikiran nya. Akiyama kembali pada posisi nya yang mana saat ini dia dan Haru berada di atas gedung tinggi, memantau tim nya yang sedang menerobos gedung tua yang diyakini tempat transaksi gelap diadakan. Mereka mendapat laporan dari beberapa mata mata khusus. Yang mereka lihat disana adalah transaksi yang mana mereka memperjualbelikan AI hasil curian yang ingatan nya sudah direset sehingga para AI malang itu tidak tau apa apa, baik tentang dirinya atau majikan asli nya. Sehingga disaat seperti ini, tugas Akiyama dan regu nya adalah sebagai pelindung AI, bukan pemberantas AI. "Kapten, bagaimana keadaannya?" Tanya Akiyama, dia mulai merasakan sesuatu yang tak mengenakan.

"Mereka menyerang balik, Ketua komplotan berada di lantai 2."

Akiyama mengerti dan melihat sosok yang berada di dekat jendela lantai 2, dia memegang pisau dengan seorang tawanan AI yang sedang diancam. "Aku melihatnya, dia sedang mengancam AI yang tak berdosa dengan pistol, selain itu, aku bisa melihat 2 pasukan kita yang berada di depan nya."

"Tembak jantungnya." Perintah sang kapten, dia sudah tak memiliki pilihan lain selain membunuh ketua dari komplotan itu. "Baik."

"Master, bersemangat!"

"Siap." Akiyama mengarahkan laras panjang nya pada pria yang terlihat dari jendela itu. "Zoom." Perintah Akiyama, dengan otomatis Scope yang ia pakai melakukan Zoom dan menjernihkan bayangan sehingga target tidak buram. "Target terkunci, bersiap menembak, 3.. 2.. 1."

Tak.

Suara dari pelatuk yang ditarik. Senapan itu memiliki peredam suara yang membuat suara dari senapan itu tak terdengar. Yang terdengar hanyalah suara angin yang ditembus oleh peluru serta kaca yang pecah karena ditembus oleh peluru Rifle itu.

Pistol berjenis Desert Eagle itu terjatuh ke lantai. Jantung pria yang menjadi sasaran Akiyama sudah benar benar berlubang dan menembus, namun untungnya ketika itu AI yang diancam olehnya sempat menghindar ke samping sehingga dia tak terkena peluru yang berkekuatan tinggi itu. "Target dilumpuhkan." Akiyama kembali melihat kondisi sekitar supaya dia tau bagaimana keadaan dengan menggunakan Scope 8x itu.

"Tutup." Dengan otomatis lensa scope itu kembali tertutup dengan menggunakan pelindung supaya tidak gugus. "Haru, bagaimana?"

"Dia baik baik saja, master, Haru sudah menyuruhnya beristirahat, untungnya dia menurut." Jelas Haru sambil duduk di samping pria yang tertidur itu. "Kamu memang AI yang baik ya."

"Master yang mengajari Haru, jadi, ini bukan salah Haru." Setelah 1 minggu bersama, sikap Haru yang berasal dari pengalaman itu sudah benar benar terlihat, dia sudah tidak terlalu kaku dalam bicara, bahkan terkadang dia selalu menunjukan sikap manja khas para gadis yang sedang dalam masa pubertas.

Kini Akiyama mengerti kenapa seorang rekan dalam melakukan Misi terutama bagi seorang sniper sepertinya itu adalah hal yang sangat penting. Akiyama adalah seorang sniper yang membutuhkan perlindungan dari belakang karena siapa tau kejadian serupa akan terjadi sehingga jika dia memiliki pengawal atau rekan, maka dia bisa fokus dalam melakukan misi utama nya yaitu sebagai seorang Sniper

Beberapa jam berselang, mereka menunggu kedatangan anggota medis yang akan membawa pria yang terluka ini dan segera menanganinya. Karena dia juga manusia, maka setidaknya dia harus mendapatkan pertolongan sebelum masuk ke penghakiman.

Akhirnya tim yang mereka tunggu tunggu itu tiba sehingga sekarang mereka bisa pulang menuju Shibuya. Mereka berdua tinggal di Shibuya tepatnya Sinjuku Golden Gai. Tempat yang terkenal dengan spot yang sempit dan gang berliku liku.

***

Akiyama Point of view

Sudah 3 tahun aku bekerja sebagai pasukan militer khusus ini. Sejak dulu aku sangat senang berada di atas gedung sendirian karena memang jika melakukan misi seorang diri terutama seorang sniper seperti ku adalah hal yang sangat nyaman, tenang. Dulu aku pernah mengerjakan misi bersama seorang rekan seumuran, pemuda itu terbunuh karena kebodohan nya sendiri. Dia tergelincir dari atas gedung pencakar langit sampai tubuhnya tak bisa dikenali lagi.

Sejak saat itulah aku lebih suka melakukan nya sendirian. Namun ayahku sangat khawatir padaku sehingga dia berinisiatif untuk menciptakan ai yang senantiasa berada di sampingku. Mungkin menurutnya jika rekanku adalah AI, aku tak perlu khawatir karena jika dia rusak atau hancur, maka dia bisa diperbaiki bahkan ingatan nya bisa dikembalikan. Namun kenyataan nya tetap saja, aku selalu merasa khawatir ketika mengerjakan misi bersama Haru selama 1 minggu ini.

Aku selalu menoleh ke belakang untuk tetap memastikan Haru tetap ada di dekatku. Mungkin Haru tak diberi program untuk bertarung,dia dipaksa untuk belajar dari pengalaman, belajar apapun itu, dia diciptakan tanpa diberikan pengetahuan sedikitpun. Bahkan ketika aku mengajarinya bertarung menggunakan senjata api, tubuhnya bergetar hebat, dengan kata lain dia masih belum siap untuk bertarung.

Namun meski begitu aku harus tetap membawa nya ke medan tempur seperti ini karena aku takut, bukan takut sendirian, Haru adalah AI pertama yang diberikan program Belajar Dari Pengalaman, sehingga pasti banyak para Bayangan yang mencari dan hendak menjualnya.

Bayangan, mereka adalah kelompok yang selalu berbuat onar untuk menculik dan menjual AI yang sudah memiliki pemilik, mereka akan mencuci otak AI tersebut, namun meski ingatan nya sudah dihapus, kemampuan dari Ai itu akan tetap ada

Dan itulah yang berbahaya, jika saja Bayangan menculik AI yang memiliki kemampuan bertarung, maka sudah jelas mereka akan menyalah gunakan AI itu.

Yang menjadi pertanyaan adalah, apa yang diinginkan mereka sebenarnya?

Bersambung


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C2
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login