Download App

Chapter 2: Plaything

Mata Anna bersinar penuh harapan. Dengan tidak sabar ia bertanya, "Apa itu CEO Cahya?"

Senyum tipis Ruan kembali merekah, "Become a plaything."

Ekspresi Anna berubah 180 derajat. Wajahnya memucat seketika dan napas Anna tertahan.

Plaything?? Kenapa nggak sekalian aja bilang pel*cur!

Brengs*k!! Bajing*n!!!

"Or.. Nona lebih milih keluarga Nona hancur? Memusnahkannya bukanlah hal yang sulit."

Napas Anna berhenti sejenak saking kagetnya ia dengan fakta yang ada. Anna merasa ditampar dengan kenyataan di hadapannya.

Tubuhnya melemas kehilangan tenaga.

"No.."

Sembari Ruan kembali menaruh rokok diantara kedua bibirnya, ia melemparkan pertanyaan retorik, "So?"

"..."

"?"

"..."

Waktu kian berjalan maju, Ruan tetap dengan santai merokok sembari mengawasi Anna tanpa bosan.

Batin dan pikiran Anna bertarung mati-matian untuk membuktikan siapa yang benar.

Haruskah Anna menghilang saja? Tapi bagaimana dengan nasib adiknya nanti?

Haruskah Anna setuju? Tapi pekerjaan memalukan yang tidak ada harga dirinya itu sangat kotor dan menjijikkan!

Setelah terjerat sekian lamanya, Anna menatap Ruan dengan putus asa. Ruan yang mengetahui keputusan Anna bangkit dari posisi nyamannya dan berjalan mendekati Anna.

"...jika saya menjadi... um, bagaimana dengan nasib saya?"

"You'll be fine as long as you obey me."

Ketika jarak diantara mereka sudah menipis hingga tersisa satu langkah kaki, Ruan sengaja berhenti. Ia menunggu Anna mengibar bendera putih.

Wanita di depan Ruan itu menundukkan kepalanya dalam kekalahan dan menutup matanya erat-erat, demi mencegah air mata yang akan terjatuh bebas. Anna merasakan sakit hati yang luar biasa. Begitu sakit hingga rasanya ia tidak ingin menyerah tanpa perlawanan.

"Can you guarantee my debt will be gone if I agree?"

Ruan tertawa tanpa suara. "Let's see."

Anna menutup matanya erat-erat, lalu mengambil napas dalam. Dikala ia membuka mata lagi, tatapannya sudah berubah. Menunjukkan keteguhan yang tidak sesuai dengan situasi Anna. "Saya setuju."

Ruan mengangguk puas, "Good."

Ruan melempar sisa rokok ditangannya sembarangan. Kini setelah keinginannya terpenuhi, senyum kecil yang bertengger di wajah Ruan tersapu bersih. Ekspresinya menjadi ekstra dingin dan keji.

Anna gemetar pelan melihat Ruan. Ia refleks berseru, "T-Tapi tolong biarkan saya tetap bekerja!"

Dia perlu uang untuk membiayai adiknya. Anna tidak mau berhenti bekerja.

"Berlutut."

Anna berjengit kecil sebelum mengangkat kepalanya penuh dengan kebingungan. "What?"

Mata Ruan menyipit dan menyebarkan aura berbahaya yang tidak dapat dihindari. Tanpa banyak bicara Ruan menjambak rambut Anna dan mendorongnya ke bawah. Tangan Ruan yang menekan Anna terasa sangat berat dan kuat, hingga lutut Anna tidak sanggup menahan bebannya dan terlipat membentur ke lantai.

Anna belum sempat mengeluh kesakitan ketika kepalanya ditarik lagi oleh Ruan.

"Satisfy me. Then we can talk."

Sekarang wajah Anna tepat berada di depan resleting celana Ruan. Mata Anna terbelalak lebar. Ia bisa melihat gundukan di depannya mulai membesar dan membentuk tenda kecil.

Suara rendah Ruan melantun merdu bak bisikan setan yang menjerat jiwa manusia, "Buka."

Mata Anna membulat. Ia mendongak, menemukan Ruan yang terlihat kejam dan menakutkan. Anna menatap matanya dengan horor.

Melihat Anna yang membeku, Ruan merasa kesal. Ia langsung mendorong wajah Anna dan menempelkannya ke selangkangan Ruan.

Anna memejamkan mata erat, merasa agak kesakitan di kepalanya. Anna pun tahu bahwa ia tidak memiliki pilihan lain, jadi dalam detik itu juga Anna sedang menyiapkan dirinya.

Selagi Anna berusaha menyemangati dirinya sendiri, Anna bisa merasakan gundukan itu kian membesar.

Hidung Anna terasa sedikit basah karena cairan kejantanan yang menembus keluar celana dan menempel di hidung Anna. Namun anehnya, ketika ia mencium wangi khas seorang pria Anna menjadi ikut terganggu. Sesuatu bergejolak di dalam dirinya. Degup jantungnya berdetak kencang bagai bunyi gendang dengan irama cepat.

Tangan Ruan mengarahkan wajah Anna untuk bergerak dan mengusap-usap selangkangannya.

Dengan suara serak Ruan memerintah, "Cepat buka."

Tangan Anna terangkat dan bergerak secara perlahan ke arah sabuk celana Ruan. Dengan gemetaran Anna membukanya.

Ketika bunyi 'klik' terdengar, Ruan menjauhkan Anna dari selangkangannya.

Setelah sabuk itu terlepas dan resleting Ruan sudah diturunkan, dada Anna berdebar-debar hebat. Ia terpengaruh dengan suasana yang ada dan merasa panas melihat gundukan di depannya. Napasnya menderu dan mulai agak terengah-engah. Terlebih lagi, pipinya merona merah matang.

Ruan menyadari kondisi Anna. Pria itu tertawa samar. Rupanya Anna suka diperlakukan secara kasar. Mereka belum melakukan apa-apa tetapi hanya dari perlakuan Ruan, gadis itu sudah terangsang.

Ruan berujar pelan, "Peganglah."

"Uu-um..huff..."

Perintah Ruan seperti bacaan dongeng yang menghanyutkan.

Ini salah! Seharusnya Anna tidak sepatuh ini! Tidak, tidak boleh!

Namun.. betul-betul.. hatinya terpikat dan ada kebahagiaan tersendiri yang muncul disaat menerima kekejaman Ruan.

Anna tidak merasa ia bisa menahan diri. Gadis itu melewatkan tahapan-tahapan awal dan segera menyelipkan tangannya ke dalam. Saat tangannya menyentuh kejantanan Ruan, Anna kaget dan menariknya sedikit sebelum memberanikan diri untuk menggenggamnya. Bagaimanapun juga, ini kali pertama ia memegang secara langsung kepunyaan para laki-laki. Selama ini Anna cuma pernah melihatnya melalui layar laptop.

Benda itu terasa sangat.. kaku, besar, dan panas. Panasnya terasa seakan-akan menjalar dari tangan ke seluruh tubuh Anna.

Anna menarik keluar pen*s Ruan.

Plop.

Pen*s Ruan yang terbebas berdiri tegak dan gagah. Di ujung kepalanya, cairan ejakulasi dini sudah menetes dan mengalir ke bawah batang. Batangnya berdiametar cukup besar dengan ukuran panjang. Nampak urat-uratnya terlihat berkedut di sekeliling batang. Turun ke bawah, Anna menemukan dua kantong besar yang terlihat nikmat untuk dikulum.

Tanpa sadar, Anna menelan ludah.

Kejantanan ini menggoda Anna, membuat insting dan gairah tersembunyi Anna bangkit dan bergejolak. Mata Anna tak bisa lepas dari penis Ruan.

Ruan menyeringai tipis, merasa puas akan reaksi Anna, "Hisap!"

Ia kembali mendorong Anna ke arah penisnya. Hentakan Ruan membangunkan Anna dari lamunannya. Ia merasa malu bukan main disuruh menghisap. Namun, semakin ia merasa malu semakin panas dan terangsang dirinya.

Ruan benar-benar seperti iblis yang bisa menarik jiwa Anna hanya sekedar melalui tubuhnya. Menggoda dan melempar umpan menggunakan kejantanannya dan membuat Anna terlena menikmati kegilaan ini.

Anna membuka mulutnya lebar-lebar lalu menelan kepala kejantanan itu. Lidah Anna bergerak lihai memutari kepala pen*s dan menjilati lubang sekresi itu. Mencicipi cairan ejakulasi yang terasa asin dan gurih, menikmatinya dalam diam. Mulutnya tak berhenti menghisap.

Ruan menggeram pelan. Ia semakin mendorong kepala Anna maju. Batang penis itu masuk dengan senang hati dan seekor ular mulai melilit batang itu, memutarinya, bergerak ke atas bawah, menggodanya di daerah-daerah yang sensitif.

Jari-jari Anna dengan aktif bergerak maju mundur dan memijat sisa batang yang terlewatkan diluar. Terkadang ia juga memijat dua buah biji yang menganggantung indah di ujung.

"Hah! Kamu hebat."

Ruan menyeringai lebar, matanya memancarkan sinar yang berbahaya.

Tangannya memegang kuat belakang kepala Anna dan menahannya di tempat. Kemudian Ruan menggerakkan pinggulnya ke depan tanpa belas kasihan. Pen*s itu menyodok mulut Anna dan terus berlari maju hingga masuk ke dalam tenggorokkannya. Anna merasa tercekik dan ingin memuntahkan batang ini keluar, tetapi pinggul Ruan bergerak cepat dan pen*snya mendarat masuk dengan kekuatan yang besar. Mata Anna sudah mulai berlinang dan mulutnya berceceran air liur, yang tetap tidak berhasil menghentikan Ruan.

Ruan mempercepat gerakannya dan menutup matanya rapat. Ia bergumam penuh kenikmatan, "Ugh.."

"Ohhk! Akhh! Ah.. Aa-Ahh!" Anna tersedak, berusaha bernapas dari penyiksaan nikmat ini.

"Buka lebar-lebar!!" sentak Ruan.

Anna merespon dengan berusaha melebarkan mulut dan tenggorokannya. Aksi ini memudahkan akses keluar masuk pen*s Ruan semakin lancar.

Ruan bisa merasakan tepi tenggorokan Anna yang membungkus pen*snya erat terasa sangat lembut dan hangat, membuatnya mendesah kenikmatan.

Ruan meningkatkan hentakannya dan kecepatan pinggulnya bergerak. Ia secara paksa mendorong semua batang penisnya ke dalam mulut Anna hingga masuk dalam-dalam ke tenggorokan. Bahkan setengah bagian dua buah biji Ruan dapat masuk ke dalam mulut Anna.

"F*ck!!"

Wajah Anna memerah sulit bernapas. Berbanding terbalik dengan itu, lengannya justru melingkari pinggul Ruan seakan meminta lebih.

Air liur Anna melompat kemana-mana membasahi batang kejantanan dan paha Ruan hingga lari ke lantai.

Namun Ruan tidak peduli. Pen*snya bergerak keluar masuk dengan kecepatan penuh. Ia merasa mulut Anna yang hangat dan bisa merasakan ratusan mulut kecil menghisap batangnya.

Sungguh, inikah yang disebut kenikmatan duniawi?

"Pegang mereka!" dengan tergesa-gesa Ruan memerintahkan. Anna yang tahu maksud Ruan segera memegang dua kantong biji Ruan dan memijatnya penuh gairah.

Gerakan Ruan terasa urgen, dan kekuatan menyodoknya meningkat tajam. Pen*s Ruan masuk dalam-dalam ke saluran tenggorokan yang tidak pernah terjamah sebelumnya. Sangat sempit, empuk, dan panas, menghisap dan menyelimuti seluruh permukaan pen*s. Membuat Ruan hampir kehilangan kendali dan ingin menyodok mulut ini hingga rusak.

Sesaat kemudian Ruan menekan kepala Anna dengan kencang ke selangkangannya. Menelan habis seluruh batang penis. Wajah Anna menempel sempurna di selangkangan Ruan, wajahnya bergesekan dengan bulu kemaluan Ruan, menimbulkan getaran-getaran yang tak terasakan. Jarinya tambah cepat memijat dan menekan-bekan dua buah biji kantong itu.

Ruan menggeram panjang. Mata ular piton itu pun terbuka menyemburkan cairan-cairan putih. Ejakulasi Ruan berlangsung hingga dua puluh detik lamanya. Anna dengan hati bergetar, menelan seluruh cairan yang keluar dari kejantanan Ruan.

Setelah selesai Ruan menarik pen*snya perlahan, berusaha memperpanjang sensasi-sensasi akhir setelah ejakulasi.

Plop.

Pen*s yang keluar itu masih kelihatan berenergi walaupun terlihat sedikit layu. Kulitnya mengkilap dibanjiri air liur dan uratnya nampak bergeliut di sekitar permukaan. Meninggalkan kesan perkasa.

Anna yang sedari tadi kesulitan bernapas akhirnya bisa mendapatkan oksigen kembali. Tubuhnya mengejang dan pandangan matanya langsung melayang.

Orgasme yang tak disangka-sangka itu datang setelah menerima perlakuan kasar Ruan. Kenikmatan itu membuat Anna sulit mengatur napasnya yang berantakan.

Anna pingsan dan terkulai lemas di lantai.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login