Download App
63.63% Love Rules

Chapter 7: Salah Paham

Vroom vroom vroommmm.....

Deru suara knalpot motor sport menggema di jalan depan kedai Babeh Asep yang mulai sunyi semenjak kejadian tadi. Suara yang begitu berisik dan menyakitkan telinga itu semakin lama semakin jelas terdengar.

Tak lama kemudian terlihat motor berwarna hitam biru memasuki kawasan tempat parkir kedai Babeh Asep, seketika membuat pandangan Tio dan teman-temannya terbangun dan refleks berdiri dari tempat duduknya, Tio menyipitkan matanya melirik dengan pandangan penuh murka. Entah mengapa suasana berubah menjadi tegang.

Disisi lain bunyi langkah mantap terdengar dari kaki imut seorang gadis yang sedang menapaki jalan disepanjang trotoar seorang diri. Menanti Abang Gojek yang tak kunjung datang. Wajahnya terlihat lemah lesu, membuat orang-orang yang berlalu lalang berpikir mungkin beban hidupnya begitu besar hingga Ia tak bisa menyembunyikannya lagi dari orang-orang.

Tak berselang lama, datang seorang pria berjaket hijau menggunakan motor matic, pria itu mulai mendaratkan motornya dengan pelan tepat disamping gadis itu.

"Permisi neng, apa benar anda yang memesan ojek online atas nama Neoma Alesha Anindya?" Tanya Abang Gojek

Alesha yang sedari tadi menatap kebawah pun langsung mengangkat pandangannya ke arah suara itu berasal.

Seketika Abang Gojek yang melihat Alesha pun terkejut, matanya terbelalak sembari mengucapkan takbir.

"Allohuakbar," Seru Bang Gojek

"Kenapa si mang kaya ngeliat setan aja," Ucap Alesha

"Dari tadi saya tungguin juga lama banget ngga datang-datang," Sambungnya dengan wajah kesal.

"Maaf neng tadi dijalan macet," Ujar Abang Gojek

"Tapi ini benar dengan Neoma Alesha Anindya," Sambungnya heran

"Iya bang itu saya, emang kenapasi?" Tanya Alesha sembari memakai helm yang dikasih Abang Gojek

"Namanya cantik kirain orangnya juga cantik, eh.. ternyata kaya biskuit good time," Celetuk Abang Gojek mengeluarkan sedikit tawa.

"Sembarangan Abang ini, kata ayah saya, saya itu orang paling cantik nomer 2 setelah ibu saya," gumam Alesha.

"Iya lah neng terserah neng," Ucap Abang Gojek sambil tertawa.

Alesha pun pergi meninggalkan tempat itu, motor yang Ia tumpangi mulai menyusuri jalan beraspal.

Deruman motor dibelakang punggungnya membuat gadis itu menoleh seketika ke belakang dan mendapati seseorang mirip dengan kakak kelas idolanya. Ia terus menatapnya sampai akhirnya motor yang Ia tumpangi tersalip jauh dibelakang.

"Bang bang bang, ikutin motor sport itu bang," Teriak Alesha didekat telinga Abang Gojek sambil memukul-mukul pundak si Abang.

Tanpa berpikir lama, Si Abang pun mempercepat kendaraannya menuruti permintaan si gadis tompel itu, Ia menambah tancapan gas ditangan kanannya. Matanya menuju kearah motor sport yang menjadi targetnya. Mereka terus membuntuti hingga motor itu perlahan mulai berhenti dan membelokan stang kearah kiri menuju sebuah tempat.

Pria itu mulai memasuki tempat itu, Alesha dan Abang Gojek berhenti didepan gerbang , Ia turun dari motor dan mengintip dari balik gerbang yang bolong-bolong.

"Ngapain si neng," Tanya Abang Gojek yang masih duduk diatas motor.

"Usttttt," Alesha mengangkat hari telunjuknya kearah bibirnya tanpa menjawab pertanyaan dari Si Abang.

Ia mulai mencermati sekelilingnya.

"Kedai Babeh Asep," Ucap Alesha lirih membaca tulisan yang ada ditempat itu.

"Ohh ternyata ini kedai," Sambungnya sambil melihat-lihat kearah kedai itu.

Seketika Alesha terkejut mengetahui bahwa dugaannya benar, Ia melihat Jiro bersama mahasiswa senior dikampusnya.

"Ooo... jadi dia anak geng motor?" Ucapnya sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Tapi kenapa kemaren pas nolong gue bawa mobil ya?" Sambung Alesha kebingungan.

"Asudahlah bodoamat," Sambungnya sambil menggerai rambutnya yang dikuncir dua itu.

Karena sangking penasarannya dengan sosok senior tampan tersebut, Ia pun mencoba fokus mendengarkan pembicaraan Jiro dan teman-temannya. Perasaannya mulai tidak enak ketika melihat teman-temannya Jiro yang menampakkan pesona sangar sejak kedatangan Jiro.

Dan tiba-tiba saja Alesha dikejutkan oleh teriakan dari salah seorang dari mereka,

"Jiro.. Jiro Haditama!!" Teriak Tio, sembari menyunggingkan bibirnya dengan senyum sinis. Ia menepuk kedua tangannya dan melangkahkan kakinya mengahadap Jiro.

Jiro melepaskan helm dan meletakkannya di motor, seperti biasa Ia membenarkan rambut jambulnya sambil melihat dikaca spion. Awalnya Ia merasa biasa saja, namun Ia mulai sedikit bingung melihat keanehan diwajah teman-temannya.

"Jiro..!!" Teriakan Tio kembali didengar. Kini Ia telah berdiri tepat dihadapan Jiro sembari memasukan kedua tangan ke saku celananya.

Diikuti teman-temannya yang berdiri dibelakang Tio, mereka terdiam bak patung tidak ada yang mengucapkan sepatah kata pun selain serangan tajam ke mata Jiro.

Setelah lama saling menatap, Jiro yang mulai kebingungan dengan tingkah temannya sontak bertanya,

"Ada apa ini," Ucapnya

Tak lama kemudian Tio mengepalkan tangannya dan mendaratkan pukulan kewajah Jiro. Pukulan keras berkali-kali memenuhi wajah pria tampan tersebut. Serangan yang mendadak itu pun tak sempat ditahan oleh tangannya.

Semua teman-temannya hanya terdiam melihat itu. Sebenarnya mereka tidak tega namun apalah daya mereka sudah dikecewakan.

Alesha terpenganga melihat kejadian itu, Ia terkejut dengan apa yang dilakukan oleh orang itu kepada Jiro. Ia hendak menolong namun Ia tidak mau ikut campur urusan mereka. Ia pun mencoba menahan dirinya sambil terus menutup mulutnya yang seolah ikut merasakan sakit.

"Apa-apaan ini," Seru Jiro yang mulai membela diri.

"Omong busuk!" Seru Tio sambil memegang tangan Jiro yang mencoba menangkis pukulan darinya.

"Ini ada Apa! Kasih tau ke gue!" Seru Jiro menatap tajam mata Tio.

"Lo bilang ke kita kalau ayah lo pengusaha di luar negeri! Tapi apa?!! Lo bilang kayak gitu cuma buat kedok doang kan?! Munfik Lo!!" Seru Tio dengan nada keras Ia sudah tidak bisa lagi menahan amarahnya.

"Maksud Lo?" Tanya Jiro yang tidak bisa meresapi perkataan Tio.

"Gausah pura-pura ngga tau! Basi!" Ucap Tio sambil mendorong Jiro kebelakang.

Untung saja Jiro bisa menyeimbangi tubuhnya sehingga Ia tidak terjatuh.

"Kalian kenapa si? Gue baru dateng langsung dipukulin, Aneh tau ngga! Coba jelasin ke gue, gue ngga tau apa-apa sumpah," gumam Jiro sambil tertawa kecil melihat kebingungan ini.

Arghhh... Hendak saja Tio memukul Jiro kembali, namun bisa dicegah oleh teman-temannya.

"Sabar Tio sabar, jangan emosi," Ucap Bambang mencoba menenangkan Tio yang sudah terbakar emosi.

"Jadi gini, tadi ada polisi datang kesini nanyain seseorang yang sedang jadi buronan, kemudian polisi tadi nyodorin foto dan difoto itu adalah gambar ayah lo," Ucap Bambang

"Haa?? Ini gimana si gue ngga ngerti deh sumpah! Kalian becanda kan??" Tanya Jiro sambil tertawa kecil

"Dan polisi bilang ayah lo pengedar narkoba diperbatasan perairan," Jelas Bambang

"Ngga ini ngga mungkin! Kalian pasti becanda kan? Gue tau kalian pasti mau nge prank gue, haha ngga lucu!" Jawab Jiro membuka lebar kedua bibirnya dan menampakan giginya.

"Kalau ngomong jangan asal ya!" Sambung Jiro mengelak, Ia yakin kalau ayahnya tidak seperti apa yang dituduhkan teman-temannya.

Kemudian Tio menunjukan foto ayah Jiro yang tadi ia minta kepada polisi.

"Lo liat ini! Lo liat!!" Seru Tio yang terus mengeluarkan amarahnya.

Kemudian Jiro meraih foto yang ditunjukkan Tio, Ia terkejut kalau foto itu adalah gambar ayahnya, kemudian Ia melihat dibalik gambar itu.

"Engkus Haditama," Ucapnya dalam hati sambil menahan air mata.

Kemudian Ia menatap wajah teman-temannya satu persatu. Entah apa yang teman-temannya pikirkan, intinya sekarang pikirannya sedang diujung tanduk. Ia pun mengusap wajahnya dengan kedua tangannya, Ia menarik-narik rambutnya seolah tidak menyangka ayahnya telah melakukan hal senekat itu.

Ia berpikir berarti selama ini ayah memberinya nafkah uang haram. Namun kenapa Ia berbohong padanya dan Ibu. Ia berkedok seolah-olah menjadi pengusaha diluar negeri.

"Sekarang jelasin ke kita! Maksud Lo bikin geng anti narkoba apa?" Tanya Tio lirih

"Lo manfaatin kita buat nutupin pekerjaan ayah lo? Terus biar orang-orang ngga curiga sama Lo iya??!!!" Ucap Tio mencoba melepaskan diri dari pegangan temannya.

Kini singa dalam dirinya mulai terbangun.

Sedangkan Tio yang masih terpukul mendengar kenyataan pahit ini pun masih terdiam, Ia terus memikirkan ayahnya.

"Kita kecewa sama Lo Ro!" Ucap Reza

"Kalau kayak gini mending bubar aja! Ngga usah ada geng anti narkoba lagi!" Sambung Bambang

"Iya gue setuju, lebih baik bubar! Gue ga nyangka Lo bisa manfaatin kita kaya gini!" Ucap salah seorang temannya yang lain.

"Dengan ini gue nytain kalau geng Anti narkoba ini bubar!!!" Seru Tio sambil menatap tajam mata Jiro.

Tio melepaskan gelang tangannya yang menjadi simbol geng pemuda anti narkoba, dan diikuti oleh teman-temannya. Mereka kemudian pergi meninggalkan Jiro.

Jiro yang masih syok itu pun tidak mengucapkan apa-apa. Ia masih memikirkan ayahnya dan merasa kecewa. Pikirannya saat ini acak-acakan, seolah Ia hanya ingin pergi dari dunia ini. Ia pun mulai merasa dendam dengan ayahnya, belum lagi apa yang akan dia katakan kepada ibunya.

Kemudian baru saja hendak Ia mengenakan helm, tiba-tiba matanya tertuju pada seseorang yang ada didepan gerbang.

Alesha yang sedang berbicara dengan Abang ojek pun tak menyadari jika Jiro sedang menghampiri dirinya.

"Neng itu neng dibelakang," Lirih Abang Gojek sambil melirikan matanya kepada Alesha seolah memberikan kode.

"Apa si bang," Balas Alesha kebingungan.

"Ngapain lo disini!" Ucap Jiro yang sudah dibelakang Alesha.

Mendengar itu Alesha terkejut dan langsung gugup. Ia mencoba membalikkan tubuhnya namun Ia takut.

Tanpa berpikir lama Jiro memegang tangannya dan menariknya ke tembok, sehingga Alesha pun bersandar ke tembok berhadapan dengan Jiro.

"Ngapain Lo disini?!" Tanya Jiro lirih

"Lo buntutin gue?!" Sambungnya yang mulai geram.

"Bisa ngga jauh-jauh dari gue! Gausah nambah masalah hidup gue! Bisa ngga Lo ngga usah ngikutin gue!" Sambungnya sambil menatap tajam Alesha.

Seketika orang-orang yang berlalu lalang pun berkerumun menyaksikan mereka berdua bak pertunjukan pameran.

"Gausah berharap lebih ke gue! Karena gue ngga bakal suka sama cewe kaya Lo! Ngaca!" Seru Jiro dengan lantang yang membuat Alesha semakin ketakutan.

Kemudian Jiro menyadari banyak orang yang sedang menonton dirinya, Ia pun langsung pergi meninggalkan Alesha. Belum lama Ia melangkah, kemudian Ia membalikkan badannya kembali,

"Gausah buntutin gue! Urus urusanmu sendiri!" Ucap Jiro sambil menunjuk Alesha.

Alesha yang masih syok itu pun terdiam sambil menatap Jiro yang pergi meninggalkannya.

"Apa yang udah gue lakukan," Gumam Alesha dalam hati.

"Neng gapapa neng?" Tanya Abang Gojek yang tidak tega melihat Alesha.

Kemudian orang-orang itu mulai mencaci maki Alesha. Mereka menatap Alesha dengan tatapan sinis, mengisyaratkan seolah mereka membenci gadis itu.

"Ihh mba, sadar diri dong??! Ga punya malu banget si!" ucap Ibu-ibu yang ada disitu.

"Ngimpi kali ya cintanya bakal terbalas," Sambung yang lain

"Dia tampan begitu mana mau sama kamu?! Mana tompelnya gede banget lagi?! Saut penjual sayur yang tak sengaja lewat.

"Aduhh.. kalau anak saya si, saya ajarin buat jual mahal, ngga kaya dia murahan," Celetuk ibu-ibu yang memakai daster.

"Ngga malu mba masa cewe ngejar-ngejar cowo," Sambung Ibu tadi.

"Mending kalau cantik, lah orang jelek begini pasti cowoknya malu banget tadi, kasian banget cowoknya," Saut ibu-ibu yang lain.

Suara-suara itu terus bersautan ditelinganya.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C7
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login